Myungsoo tidak terlalu banyak membawa barang hanya ada dua koper yang terlihat di sampingnya,karena tidak bisa mengantarnya,aku memutuskan untuk menyusul karena ada pekerjaan di sekolah yang tidak bisa aku tinggalkan tadi, tapi sepertinya myungsoo masih punya banyak waktu, terlihat dari ia yang masih berada di bangku tunggu sambil memainkan handphonenya, aku berjalan mendekat"dimana bibi? " tanyaku setelah mendekatinya kemudian mengambil posisi duduk di sampingnya
"oh kau datang?" myungsoo bertanya balik tanpa menjawab pertanyaanku
"bagaimana mungkin aku tidak datang?"
"aku tau, kau pasti akan datang, suzy tidak akan mengabaikan myungsoo" myungsoo mencoba untuk menggodaku
mengabaikan ucapan myungsoo dengan senyumnya yang cukup menyebalkan, aku mendengus pelan
"aku bertanya mana bibi?"
"sudah pulang" ucapnya kemudian kembali menyalakan handphonenya yang sempat ia abaikan
aku terdiam mendengar jawaban myungsoo, tidak merasa heran dengan fakta bahwa bibi,ibu myungsoo pulang terlebih dahulu sebelum myungsoo berangkat, hubungan anak dan orang tua anatara myungsoo dan ibunya cukup rumit, tidak pernah ada perkelahian, keduanya cukup saling perhatian namun keduanya masih bertingkah canggung dengan fakta bahwa myungsoo sempat kesulitan menerima ayah myungsoo menikah lagi dengan wanita baru, ibu myungsoo saat ini, ditambah lagi ayah myungsoo sudah terlebih dahulu menemui Tuhan, membuat keduanya menjadi terlibat dalam ikatan yang cukup canggung.
"masih lama?, pesawatmu?"
myungsoo tidak langsung merespon pertanyaanku, ia kembali mematikan handphonenya kemudian, memasukkan handphonenya ke sakunya,kembali menoleh ke arahku
"sebentar lagi, aku sengaja cepat datang, dan kemudian membohongimu, karena aku sepertinya merasa berat untuk pergi"
aku terkekeh pelan, aku sudah tau ia membohongiku sedari tadi, sengaja membuatku bergegas datang agar ia tidak kesepian
"seharusnya kau tidak datang terlalu awal jika kau kesepian seperti ini"
"aku takut berubah pikiran jika terlalu lama di rumah, aku takut kau malah membuatku goyah"
"kenapa denganku?" tanyaku bingung
"kau mungkin mengira aku terlalu ambisius atau apapun itu, aku cukup mengerti menerima respon awalmu ketika aku mengabari berita ini, sama sepertimu aku juga takut,tapi di hal lain kau juga membuatku yakin untuk menerima beasiswa ini"
aku cukup terkejut mendengar myungsoo berbicara tentang apa yang ia rasakan, aku sama sekali tidak menduga myungsoo juga berpikiran seperti itu, ia meraih tanganku kemudian menggenggam erat tanganku
"kau tau, sepertinya aku mulai punya tujuan hidup saat kau membiarkanku membantumu bangkit dari masa lalumu, aku tau masa-masa itu sangat sulit bagimu tapi lukamu entah mengapa membuatku merasa menjadi lebih berarti setelah semua penolakan dan kekecewaan yang kulalui di masa lalu, bertemu denganmu membuatku menjadi lebih percaya diri"
aku masih terdiam mendengar myungsoo sedikit berbeda dari ia yang biasanya,mendengar ia berbicara seperti ini membuatku sangat tersentuh, laki-laki ini sangat punya banyak pesona bisa-bisanya ia terus membuatku jatuh cinta setiap hari.
myungsoo tersenyum lembut menatapku lekat
"kau pasti sangat tersentuh bukan ?, melihatmu tidak berkedip seperti ini" terkekeh pelan, kemudian menyentuh kelopak mataku mengelusnya mencoba membuat mataku tertutup
aku menutup mataku pelan kemudian membukanya, masih tidak memberikan reaksi apa-apa, suara pemberitahuan pesawat myungsoo membuat aku dan myungsoo tersadar, myungsoo bangkit diikuti dengan aku yang masih cukup kikuk
"sepertinya aku akan masuk" ucap myungsoo
"aku sangat senang dan merasa terbebani karena menjadi tujuan hidup seseorang, tapi karena seseorang itu adalah myungsoo ,sepertinya aku akan sangat menyukainya" ucapku akhirnya tersenyum, melihatku tersenyum myungsoo balas tersenyum kemudian berjalan mencoba mendekatiku meraih tanganku lagi tidak berucap apa-apa, sepertinya myungsoo tau aku belum selesai
"aku penasaran kata-kata seperti apa yang ingin kau dengar dari ku di saat-saat seperti ini?....
"aku mencintaimu" ucap myungsoo memotong perkataanku
mataku dan myungsoo bertemu memandang dengan lekat, terdiam seolah dapat saling mengerti
"aku juga, aku mencintaimu" balasku
myungsoo mendekatiku mencium keningku pelan, perasaanku terasa meluruh, myungsoo membiarkan ketulusannya menyentuhku, ucapan cinta yang myungsoo katakan membuatku semakin percaya untuk terus menunggunya.
Bersambung......
sebuah keleraan adalah guru dari perpisahan, lagi-lagi aku terus berdoa
semoga ada hati yang akan sembuh