Not ready

50 11 0
                                    

Tidak seperti yang myungsoo anjurkan, tentu sangat tidak mudah bagiku bertukar pesan dengan seseorang yang pernah menorehkan luka untukku meski tidak terdengar dewasa tetap saja aku tidak bisa mengelak dari perasaan itu bahwa aku masih kurang nyaman untuk berhubungan meski hanya sekedar teman, lagi pula aku terlalu bingung untuk membalas pesan yang yeon kirimkan, bukankah aneh jika aku meresponnya lebih tepatnya aku tidak menemukan bagaimana caraku untuk membalasnya.

Tapi sepertinya yeon sedang kehilangan pikirannya, meski aku hanya mengabaikan pesannya, hal itu jelas tidak membuatnya menyadari keenggananku seperti hari ini, aku masih memandang kosong pesan di handphone yang sudah aku baca membiarkannya tergeletak di meja kerjaku, saat ini aku masih berada di sekolah dan sebentar lagi jam sekolah akan selesai

"kau sibuk...?"

"bisakah kita bertemu ?, maksudku aku ingin mengatakan sesuatu"

"kau masih disekolah bukan ?, biarkan aku menjemputmu"

Rentetan pesan itu entah kenapa malah membuatku kesal, kenapa yeon kembali menghubungiku ketika aku dalam keadaan seperti ini.

Aku langsung membuka ruang obrolanku dengan myungsoo

"kau sibuk.?"

"myungsoo.."

Tidak ada balasan, sepertinya myungsoo sedang sibuk

Kembali aku membuka ruang obrolanku dan yeon memutuskan untuk membalas pesannya setelah mengabaikannya

"sepertinya aku tidak punya apapun untuk dibicarakan,dan untuk jemputan mungkin tidak, terimakasih"

Balasku kemudian kembali meletakkan handphoneku, notif pesan kembali berbunyi, aku langsung melihat handphoneku berharap myungsoo yang menjadi pengirim pesan itu, tidak sesuai dugaanku pesan itu masih saja dari yeon

"tidak, aku akan menunggumu".. balasnya

Aku menghela nafas pelan kemudian menelengkupakan kepalaku keatas meja kerjaku

Tok..tok..

Suara ketukan itu membuatku mengangkat kepala

"kau baik-baik saja suzy?" Tanya yuri yang memang berada di samping meja kerjaku

"ah..yah aku baik-baik saja" jawabku mencoba meyakinkan

"bel sudah berbunyi,aku kira kau sedang sakit"

"oh?,...tidak-tidak,aku baik-baik saja, terimakasih" ucapku masih mencoba memperbaiki penampilanku

"baguslah kalau begitu aku duluan" ucap yuri berlalu

"ah yaa.." balasku tersenyum kecil, kemudian teringat sesuatu

"oh tunggu....,yuri...?"

Yuri berbalik memandangku seolah berkata ada apa

"aku sepertinya sedang butuh udara segar, sudah lama kita tidak jalan berdua, aku ingin.."

"senang mendengarnya.." yuri memotong perkataanku kemudian bergerak kearahku dan menarik kursinya kemudian medekatiku

"aku mau, tentu aku sangat mau, aku setengah mati menahan diri untuk tidak bertanya apapun padamu, itu sangat menyiksaku kau tau?, melihat sahabatku kesulitan itu juga menyulitkanku"

Aku memandang yuri dengan pandangan tidak tertebak, mendengar yuri berucap seperti itu sepertinya aku sudah menyiksa diri terlalu jauh

"suzy..?"panggilnya pelan melihatku melamun

"ah,,ya, maafkan aku, tidak seharusnya.."

"tidak.."lagi-lagi yuri memotong ucapanku

"tidak apa-apa, maksudku aku tidak keberatan, tapi aku akan menjadi sangat bahagia jika kau bisa bercerita padaku" ucapnya memelukku

Aku tersenyum pelan menanggapi ucapannya, sepertinya tanpa aku sadari aku sangat menutup diri lebih dari yang aku bayangkan,bahkan sahabatku sendiri yuri merasa aku terlalu jauh untuk sekedar menyembuhkan luka

"terima kasih'

"tentu..., kau tau aku sudah menunggu saat-saat ini, hari dimana kau akan mulai membuka diri kembali menjadi suzy yang percaya diri lagi"

"Kalau begitu kita..., apakah kau punya tempat yang bagus untuk dikunjungi?" tanyaku pada yuri

"tentu saja aku punya bagaimana kalau kita naik mobilmu saja kebetulan aku sedang tidak membawa mobil?"

"tentu akan sangat menyenangkan membawa.. penumpang lama sepertimu" balasku dengan nada yang sengaja aku jeda

*****

Seperti rencanaku dan yuri tadi, kami segera menyambangi mobilku, aku dan yuri berjalan pelan sambil berceloteh riang, aku merasa sedikit beban dibahuku seperti meleleh dengan sendirinya, kenapa aku baru menyadarinya bahwa aku terlalu menutup diri hanya karena sebuah pengkhianatan

"suzy.." aku mengenalinya, suara itu seolah semua tawaku tadi terserap, badanku sedikit menegang yuri yang menyadari perubahanku langsung menoleh kearah suara yang memanggilku tadi,mendapati yeon berada tidak jauh dari mobilku yuri langsung memeluk lenganku dan berbisik menyadari sesuatu

"jika kau ingin, hanya abaikan saja" yuri menghipnotisku pelan-pelan

aku juga tidak mengerti kenapa aku harus setakut ini bertemu dengan yeon jika aku tidak mempunyai perasaan lagi, lagi pula aku ada myungsoo tapi kenapa aku setakut ini, yuri yang masih memeluk lenganku perlahan menarikku kearah mobil mengabaikan yeon

sepertinya yeon tidak mudah menyerah,kali ini ia mendekati kami mencoba menahan yuri, yang menyembunyikanku kali ini dibelakang punggungnya

"sepertinya kau lebih senang dengan penolakan yang lebih kasar daripada diabaikan?" yuri berucap dengan nada remeh, namun yeon tidak memedulikannya

"aku ingin berbicara dengan suzy"

"maaf tuan, apakah perkataannku tadi masih kurang jelas untuk dipahami,aku kira murid di kelasku ..."

"aku ingin berbicara dengan suzy bukan denganmu" yeon memotong ucapan yuri dan kali ini mencoba mendekati ku untungnya yuri masih berdiri kokoh menghalangi yeon apa jadinya jika yuri tidak di sini jujur aku tidak bisa membayangkannya

"yak!!.. yuri berteriak kali ini

"aku masih cukup baik saat ini tuan jangan biarkan aku memanggil satpam kali ini.."aku menggenggam tangan yuri mencoba mengatakan kita pergi saja, yuri menghela napasnya menyadari  genggamanku yang mengerat, yuri kembali menarikku tapi masih berusaha yeon halangi, entah bagaimana bisa seolah memanfaatkan segala ruang kosong yeon menyentuh lenganku yang bebas

"yak!!yuri kembali berteriak melihat yeon yang masih saja keras kepala, aku membalik pandanganku menatap pergelangan tanganku yang yeon tahan

"ku mohon" ucapku pelan dengan nada putus asa

"kali ini saja, aku tidak sekuat itu untuk bertemu denganmu lagi yeon" aku menaikkan pandanganku menatap yeon, aku bisa menyadaarinya, tatapan mata yeon bergetar

Yuri kembali menarikku kearah mobil kemudian beralih kearah kemudi mobil meninggalkan yeon yang mematung memandang kosong hamparan parkiran tanpa menoleh ke arah mobilku yang bergerak pelan meninggalkan sekolah.

ChoiceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang