back off

61 17 0
                                    

apakah pilihan adalah takdir?...



tidak ada pesta malam ini, aku tidak punya keberanian sebesar itu untuk menemui yeon setelah melihat sebuah fakta yang ia berikan tanpa sengaja,mengurung diri di kamar adalah pilihan yang aku ambil,menghindari orang-orang rumah takut nantinya mereka menyadari raut wajahku yang suram, aku yang terbiasa memendam semuanya sendirian meski ayah selalu berusaha untuk mendekatiku mencoba membuka pintu-pintu yang tanpa aku sadari sering aku kunci,masih saja sangat sulit bagiku untuk berbagi luka.

tidak ada airmata,aku tidak menangis sama sekali kesedihanku serasa lebih seperti amarah dan kecewa,bohong jika aku bilang aku tidak ingin memukul yeon lelaki yang saat ini statusnya masih kekasihku, tetapi dibanding memukul aku ingin yeon menjelaskan semuanya padaku tapi.., walau  aku memang sudah mengetahui faktanya.

aku masih terus melamun di atas tempat tidurku berbaring menatap atap kamarku, kenangan bahagia terputar di kepalaku tidak seperti biasanya, kali ini kenangan bahagia itu malah menyakitiku, aku merasa dicampakkan.

ting.. layar hp ku menyala menandakan ada notif pesan yang masuk, mendengarnya tidak juga membuatku bangkit,aku tidak tertarik sama sekali sepertinya malam ini aku kehilangan energi positif yang selalu aku kumpulkan.

bukan lagi bunyi pesan masuk, kali ini handphoneku berbunyi lebih lama sepertinya ada yang menghubungiku, lagi-lagi aku sama sekali  tidak tertarik, aku sudah tau siapa yang menghubungiku kali ini, kembali kamarku terasa sepi sepertinya penelpon merasa lelah karena aku tak kunjung mengangkat panggilannya.

Sampai pintu kamarku diketuk pelan, aku lihat somi yang membuka pintu kamarku,dengan kepalanya yang masuk di pintu kamarku yang tidak ia buka lebar,.

"kak.., " panggil somi kali ini mendekati ranjangku, tempatku berbaring telentang

"aku sedang tidak bertenaga untuk berdebat somi.. "gumamku pelan,tidak seperti somi yang biasanya tidak peduli bagaimana aku menegurnya ia akan terus menjailiku,tapi kali ini aura kekecewaanku sangat kuat sampai-sampai somi sepertinya bisa merasakan itu.

"kak yeon menelponku..  Tadi, dia menanyakanmu"

Aku menghela nafas pelan,mengangkat tangan kananku meletakkannya di atas dahiku

"somi..., aku sedang sakit.., "ucapku pelan..

"oh?... ,somi terkejut kemudian mengangkat tangannya untuk memegang dahiku seperti yang aku lakukan tadi, hendak mengecek suhu tubuhku.

"kakak tidak panas, apa aku perlu panggilkan ibu" somi berujar pelan

"jangan...,  katakan saja pada lelaki yang menelponmu aku sedang tidak enak badan"

Aku tau somi cukup dewasa mengerti situasi yang aku ciptakan, tapi sungguh mencari-cari  alasan untuk tidak bertemu yeon sangat melelahkan.

"baiklah"
Somi bergerak hendak meninggalkan kamarku

"jangan lupa tutup pintunya"
Jika biasanya somi akan mengabaikannya kali ini sepertinya somi berubah menjadi anak yang baik, ia menutup pintu sepelan mungkin,  membuatku tersenyum kecil, senyum pertama setelah aku melihat peristiwa sore tadi.

****

Pagi ini badanku terasa cukup segar tapi tidak dengan hatiku, aku merasa sangat aneh dengan itu, kenapa aku harus terluka untuk seseorang yang sama sekali tidak memperdulikan perasaanku, kenapa cinta harus seribet ini, merepotkan.

Setelah mengabaikan handphoneku satu malaman

"bagaimana kabarmu?"

ChoiceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang