"Aaaaaaaa!!"
"Pocong!!"
"Kabuuurrr!!"
"Bangs*t! Kaki gue jangan diinjek woy!"
"Anj*ng, sejak kapan pocong suka kelayapan pagi pagi?!"
"Janc*k, kaget aku!"
Teriakan demi teriakan, umpatan demi umpatan terdengar dari para murid yang berada di area masjid sekolah. Tidak hanya berteriak, para siswi banyak yang lari terbirit-birit karena kaget dan takut.
Teriakan mereka mengundang perhatian para murid yang sedang berada di lapangan. Banyak murid dan guru yang tergesa-gesa menuju ke arah masjid untuk melihat apa yang sedang terjadi.
"Woy! Siapa sih yang usil pagi pagi begini?!" salah seorang siswa bertanya dengan sedikit berteriak.
"Ada apa anak-anak?" tanya Pak Indro, guru BK yang terkenal galak seantero sekolah.
"Itu, Pak. Tadi ada pocong," jawab salah satu siswi yang memakai jilbab.
"Lah ngawur. Mana ada pocong munculnya pagi," balas Pak Indro tak percaya.
"Mungkin pocongnya kepala keluarga, Pak. Jadi harus cari nafkah," celetuk seseorang dari belakang Pak Indro. Guru yang berperawakan tinggi dan gagah itu memutar tubuhnya untuk melihat orang yang bersuara.
"Kamu kalau bicara suka nyeleneh."
"Loh, kalau mau cari nafkah 'kan memang harus berangkat pagi, Pak. Kalau kata bunda saya, biar rezekinya gak dipatok ayam," lagi-lagi siswa itu berkata tidak masuk akal.
"Otak gesrek lo beneran kayak pipa rucika ya, Don. Mengalir sampai jauh," kali ini Alif yang membalas ucapan tidak masuk akal Dondi.
Mereka berdua setelah dari kantin memutuskan untuk bermain basket bersama murid yang sedang berolahraga di lapangan. Berhubung ada kegaduhan di sekitar masjid, mereka berdua jadi penasaran dan berakhir di sini.
"Otak gue nih limited edition, bro. Jangan maen-maen, jangan maen-maen!" ucap Dondi mendrama.
"Nih ya, Don. Kalau pun ada otak kayak punya lo dijual di pasar, kaga mau beli gue."
"Kaga mau beli atau kaga mampu beli?" kata Dondi dengan nada bicaranya yang meremehkan.
"Emang otak lo kalo dijual harganya berapa sih, Don? Paling juga dapet permen kaki sebiji," balas Alif tak kalah sinis.
"Kalian udah kayak suami istri, ribut mulu kerjaannya," kata Pak Indro yang sudah jengah mendengar perdebatan kedua murid itu.
"Mana mau saya punya imam kayak Alif, Pak. Iwww, bukan tipe saya banget," ujar Dondi aneh. Alif bergidik ngeri mendengarnya.
"Jijik banget gue," Alif bergumam.
"Si Alif itu, Pak, namanya aja yang Alif. Kalau disuruh baca Alif ba ta, mana bisa dia."
"Sembarangan kalo ngomong. Gini gini Umi gue lulusan pesantren," balas Alif tak terima dengan ucapan Dondi.
"Yang lulusan pesantren 'kan--" belum selesai Dondi berbicara, suara Pak Indro terdengar.
"Sudah, sudah. Kalian tuh bikin saya pusing, tau gak?"
"Enggak, Pak," balas Dondi dan Alif bersamaan.
"Ah, sudahlah."
"Astaghfirullahal adzim, Bapak ini berdosa banget," ucap Dondi dengan nada bicaranya yang alay.
"Kenapa lagi, Dondi?" tanya Pak Indro geram.
"Itu Bapak tadi kenapa ngomong asudahlah? Ish ish ish, tak patut" kata Dondi sembari menggelengkan kepalanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Almeta Annora
Teen Fiction"GUE SUKA SAMA LO!" - Almeta "Gue enggak!" - Elzio "Kenapa?" - Almeta "Ngaca sono!" - Elzio _________________________________________________ Namaku Almeta Annora. Nama yang indah bukan? Perempuan yang hidupnya terus bercahaya dan berambisi tinggi m...