Candra Adipati. Seorang pria tampan yang terkenal bad boy di sekolahnya. Candra sebenarnya satu sekolah dengan Almeta, tapi dia jarang sekali terlihat karena memang sering bolos. Ia sudah menyukai Almeta sejak ia melihat Almeta membantu seorang nenek-nenek yang akan menyeberang jalan.
Candra terkenal dengan sosok yang dingin dan tertutup. Bahkan, di sekolahnya ia tidak memiliki teman satu pun. Menurutnya, itu tidak perlu. Teman gengnya sudah cukup untuk menghiasi hari-harinya.
Masih di tempat yang sama, tapi di waktu yang berbeda. Almeta dan Candra duduk manis di halaman panti yang penuh rerumputan. Almeta yang meminta Candra untuk menemaninya di halaman. Awalnya Candra menolak dengan alasan kondisi Almeta yang belum pulih. Tapi, Almeta yang keras kepala memaksanya. Akhirnya, berakhirlah mereka berdua di sini.
Mereka duduk berselonjor. Pandangan Almeta tertuju pada bintang-bintang yang bertaburan di angkasa. Sementara, Candra fokus memandangi lekuk wajah Almeta.
Cukup lama mereka dalam posisi seperti itu. Hingga akhirnya Candra memanggil Almeta pelan, "Ta!"
Almeta bergeming. Pandangannya masih tertuju di langit yang bertaburan bintang.
"Lo masih suka sama Zio?" Candra bertanya ragu. Sejujurnya ia bisa melihat betapa Almeta menyukai Zio. Tapi, ia ingin mendengarnya langsung dari mulut Almeta.
"Kenapa lo? Tumben banget nanya beginian," kata Almeta tanpa memalingkan wajahnya.
"Gue 'kan cuma nanya, Ta," Almeta berdehem sebelum menjawab pertanyaan Candra.
"Mungkin," Candra mendengus saat mendengar jawaban Almeta.
"Itu bukan jawaban, Ta."
"Terus, jawabannya kayak apa?" tanya Almeta. Gadis itu sengaja mengulur-ulur waktu untuk menjawab pertanyaan Candra. Ia tahu, laki-laki itu sudah lama menyukainya.
Mudah saja bagi Almeta mengetahui itu. Dia gadis yang mudah peka. Tapi, selama ini ia berpura-pura tidak tahu tentang perasaan Candra padanya.
"Lo tinggal pilih aja. Iya atau enggak," Almeta mengetuk-ngetuk jari telunjuknya di dagu. Candra terlihat menunggu jawaban Almeta.
"Gue pilih atau aja deh," ujar Almeta dengan wajah tanpa dosanya. Candra yang kesal akhirnya memalingkan wajahnya.
Beberapa menit berlalu. Keheningan masih menyelimuti kedua insan yang sedang bergelut dengan pemikiran mereka. Hingga suara Almeta terdengar dan Candra langsung menoleh padanya.
"Jatuh cinta itu ternyata gak semenyenangkan kata orang-orang, ya," Almeta terlihat mengambil nafas panjang.
"Mencintai tapi tidak dicintai. Terdengar sangat menyedihkan," gadis itu terkekeh di akhir kalimatnya.
"Gue kadang mikir, kenapa gue jadi bego banget gini, ya? Udah jelas-jelas El gak suka sama gue. Tapi, gue selalu ngejar-ngejar dia."
"Gue gak tau perasaan apa yang gue rasain. Cinta atau obsesi? Menurut gue, keduanya memiliki definisi yang beda tipis."
"Cinta ... Gue gak bisa menjabarkan apa-apa soal itu. Karena sampai detik ini, gue hanya sampai tahap menyukai, bukan mencintai," sahut Candra dan seketika itu Almeta menoleh padanya.
"Cinta?" Almeta membeo. Candra mengangguk dan tersenyum tipis.
"Iya, lo mencintai Zio. Semua yang lo lakuin buat Zio udah mencerminkan kalau lo mencintai dia," Almeta masih terlihat bingung dengan ungkapan Candra.
"Seseorang bisa melakukan apa pun untuk orang yang dicintainya. Sama kayak lo. Lo bahkan rela mempertaruhkan nyawa lo demi Zio," ujar Candra yang membuat Almeta membelalakkan matanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Almeta Annora
Teen Fiction"GUE SUKA SAMA LO!" - Almeta "Gue enggak!" - Elzio "Kenapa?" - Almeta "Ngaca sono!" - Elzio _________________________________________________ Namaku Almeta Annora. Nama yang indah bukan? Perempuan yang hidupnya terus bercahaya dan berambisi tinggi m...