Proses

16 5 1
                                    

Di Apartemen Ardi...

.
.
.
.

Hana sengaja berkunjung ke tempat tinggal Ardi untuk sekedar meluangkan waktu bersama. Ardi tengah duduk pada kursi meja makan di dapur. Sementara Hana sedang membuatkan makanan favorite Ardi yaitu Mie Instan. Sebenarnya Ardi masih terbesit perasaan yang tidak tahu bagaimana ia menjelaskan nya. Tapi melihat Hana kini bersamanya ia semakin lega.

"Hana..." saut Ardi yang dari tadi hanya memperhatikan Hana di dapurnya.

Sambil membawa 2 mangkuk mie Hana menuju ke meja makan dan duduk di kursi berhadapan dengan Ardi. Menyajikan mie di hadapan mereka berdua.

"Ada apa? Apa kau merasa tidak enak badan?" jawab nya khawatir.

Ardi menggeleng perlahan, "Bukan itu, aku hanya.."

"Tidak perlu kau lanjutkan. Sekarang lebih baik kau makan dulu. Aku tahu kau sedang lapar." Hana tersenyum.

Ardi hanya mengangguk dan mereka mulai memakan mie tersebut. Saat Ardi mengambil suapan pertamanya ia merasa mie tersebut hambar dan kurang asin. Ia lalu menambahkan penyedap beberapa sendok ke dalam mienya. Setelah dirasa cukup, barulah Ardi menikmati mie nya.

Hana yang melihat Ardi menambahkan penyedap sebanyak itu merasa khawatir. Mungkin Ardi kehilangan nafsu makanan nya sehingga ia tidak merasakan mienya sudah cukup berbumbu. Tapi Hana tidak terlalu mempedulikan nya, ia tetap melanjutkan makan malam bersama Ardi di sini.

Setelah makan malam Hana memutuskan untuk pulang dan berpamitan pada Ardi. Mereka hanya berpisah kamar karena mereka sama sama tinggal di apartemen tersebut. Ardi berada di lantai 3 sementara Hana berada di lantai 4 gedung apartemen. Cukup dekat jika di hitung oleh banyak nya lantai di gedung ini.

Ardi kemudian menuju ke kamarnya dan tidur untuk waktu yang cukup lama.

#######################

Pagi hari mulai tiba. Matahari bersinar di langitnya

Jam mulai menunjukkan pukul 08:30

Ardi terlambat, saat ia terbangun dan melihat jam di samping ranjang tidurnya yang dia pikirkan hanya, "AKU TERLAMBAT!"

Dengan cepat Ardi segera mandi, berpakaian seragam dan berangkat sambil membawa sebungkus roti dari dapur. Tak lupa ia membawa tas nya yang baru.

Ingat di episode 3? Disitu Ardi memang memberikan tasnya pada nenek Senna namun itu tas yang sudah lama dan hanya berisi kertas dan buku kosong yang saat itu dia bawa. Jadi, tentunya dia tidak rugi memberikan nya sebagai barter.

Tapp.. tap.. tap..

Langkah kakinya terus berlari ke arah menuju sekolahan. Namun, ia rasa langkah kaki nya semakin ringan dari hari kemarin. Mungkin ini salah satu kelebihan permen itu? Ardi berpikir kembali sambil terus berlari.

Tepat di depan gerbang yang hampir ditutup oleh Pat Satpam, ia langsung masuk ke area sekolah.

Setelah sampainya di depan kelas, ia melihat guru sudah memasuki kelas nya. Dengan mengendap endap ia masuk ke kelas dan segera menduduki tempat duduk nya sendiri. Teman sebangkunya yaitu Revan berbisik pada Ardi, "Tumben telat, Di,"

"Sttt.. Jangan membicarakan itu sekarang." Ardi fokus memperhatikan guru yang daritadi menulis di papan tulis. Syukurlah dirinya tidak ketahuan telat ke kelas. Ardi bisa dibilang siswa yang rajin dan tanpa ada garis 'Kosong' di absen nya.

Revan hanya mendengus dan kembali memperhatikan guru.

####################

Kriinggg....

Jam istirahat telah tiba dan bunyi bel istirahat berbunyi. Anak anak yang lain sibuk dengan kegiatan nya masing masing. Ada yang mengerjakan sisa tugas, ada yang ke kantin dan ada pula yang bermain game bahkan tidur di kelas.

"Ardi!" Hana menyapa Ardi yang tengah duduk di kursi kelasnya. Hana sedang berdiri di pintu kelas menunggu Ardi untuk keluar dari tempatnya.

Ardi menoleh ke arah Hana berada, ia lalu bergegas menghampirinya.

"Ayok, kita ke kantin bersama." senyum manis tergambar di wajah Hana.

"Iya," ardi menyetujui dan sambil berpegangan tangan mereka berjalan di lorong menuju kantin.

Banyak mata yang memperhatikan disekeliling mereka dari adik kelas maupun teman sebaya. Namun, mereka tidak peduli dan terus berjalan menuju kantin.

Sesampainya di kantin...

Ardi POV

Aku memasuki kantin bersama Hana. Tak terasa kantin yang lumayan jauh dari kelas kami terasa begitu dekat ketika kami bersama. Tapi, aroma menyeruak dari berbagai arah menusuk hidungku. Sepertinya penciuman ku semakin tajam

Kami berencana mencari tempat duduk terlebih dahulu, setelah dapat segera kami tempati dan duduk di sana.

"Hana, aku akan mengambil makanan nya, kau tunggu saja disini." ucap ku sambil menatap Hana.

Hana mengangguk dan tersenyum. Entah kenapa setiap aku melihatnya tersenyum, hati ku merasa sangat damai. Aku akan melindungi senyuman itu.

Di stand makanan, segera saja ku ambil 2 nampan makanan di sana. Ku isi dengan berbagai macam sayur dan lauk. Sesudah nya, aku hampiri tempat duduk kami.

Aku melihat Hana sedang membaca buku yang tak pernah ku lihat. Apa Hana baru saja membeli buku itu kemarin? Aku bertanya tanya sambil terus melangkah mendekatinya.

Aku duduk di hadapan Hana dengan 2 nampan makanan di tangan ku. Lalu ku hidangkan di atas meja kami berdua. Hana yang saat itu fokus pada bukunya langsung melirik padaku. Mata nya yang berwarna coklat terang itu menatap ku.

"Terimakasih ya, Ardi." senyum nya.

"Sama-sama," kami berdua pun menikmati hidangan nya.

Tetapi, aku merasa tenggorokan ku semakin lama semakin sakit. Aku berusaha menahan nya agar Hana tidak kehilangan selera makan nya.

Setelah makanan ku habis, segera ku berkata, "Hana, aku akan pergi ke toilet sebentar."

Tak bisa ku tahan lagi. Aku berlari ke toilet pria.

"Eghh, tenggorokan ku," rintih ku saat itu juga.

Ku muntahkan semua makanan yang barusan ku makan. Rasanya sakit sekali. Seperti tubuh ini menolak untuk mencerna nya. Mungkin ini yang dimaksud oleh nenek Senna. Rasanya seperti tercabik cabik. Aku tidak bisa mendeskripsikan lebih jelas. Satu kata yang kini berada di pikiran ku 'Memuntahkan nya'

"Uhukk.. uhukk.. Arghh," meski sudah ku muntahkan rasa sakitnya tidak bisa hilang.

Pandangan ku kabur dan jantung ku seperti berhenti untuk melakukan tugasnya.

Dan semuanya gelap...

-----------------------***------------------------
Bersambung...

LOVE BITETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang