Hana menyipitkan matanya ketika mata Ardi berubah menjadi merah menyala. Ardi tiba tiba memegang kepalanya dan menunduk. Dengan perasaan khawatir Hana memperhatikan nya.
"Kau baik baik saja kan, Ardi?," tanya nya cemas.
"Ugh..," ardi meringis pelan namun ia tidak mau terlihat lebih menyedihkan dari ini. Ardi mengangkat kepalanya kembali, "Aku baik baik saja." lanjutnya dengan senyuman.
Perlahan matanya mulai kembali seperti semula. Meski kesakitan namun Hana kini sedang berada di sampingnya ia tidak ingin Hana mengkhawatirkan dirinya.
"Lebih baik kau istirahat saja, besok aku akan meminta izin pada wali kelas." nada suara Hana terdengar lirih.
Ardi hanya mengangguk karena bagaimana pun itu jalan yang terbaik. Ia tidak mau merepotkan orang lain ketika di sekolah nanti. Mereka pun kembali menuju Apartemen dan menuju kamar masing masing. Sebelum berpisah Hana memberikan semangat dan kekuatan lewat kata kata nya.
"Ardi, Aku tahu kau sedang kesakitan. Seharusnya kau keluarkan, jangan ditahan akan lebih baik jika tidak kau pendam. Aku percaya padamu. Percayalah juga padaku jika aku akan selalu berada di sisimu. Kau tidak perlu memikirkan hal lain. Kuharap kita bisa bertemu lagi setelah kau sudah kuat untuk bertahan. Aku pergi." Hana berjalan ke lorong menjauhi kamar Ardi. Namun, ia menoleh sebentar. Dan kemudian melanjutkan jalan nya.
Ardi hanya bisa menyaksikan punggung Hana yang semakin menjauhi nya. Ia pun masuk ke dalam kamarnya dan beristirahat.
Hana masih berjalan di lorong, kemudian wajahnya berubah serius. Tatapan nya menatap ke dalam lift. Kemudian masuk sambil menatap tajam ke arah lorong menuju kamar Ardi. Bibirnya bergetar, lalu berkata, "Aku akan selalu mengawasi mu."
##########################
Di kamar Ardi sedang beristirahat. Ia merebahkan tubuhnya ke ranjang. Ardi memikirkan sesuatu sebelum pandangan nya semakin gelap...
.
.
.
.
"Ck, lagi lagi aku tersadar disini." ucap Ardi yang kini berada di alam bawah sadarnya. Seperti biasa Rhazak sedang memperhatikan nya yang baru saja tiba.
"Yo, Kau tertidur lagi? Tidak ada waktu hanya untuk bermalas malasan. Kau harus mengatasi masalah mu." nada suara Rhazak terdengar mengejek.
Ardi sedikit menundukkan kepalanya, kemudian ia berkata, "Berapa lama aku harus bertahan seperti ini?,"
"Mana ku tahu. Itu masalah mu, bukan masalah ku." ucap Rhazak sambil menggerakan bahunya.
"Kau tahu kan jika aku semakin menjauh dari Hana karena hal ini? Kenapa kau tidak bisa mengatakan sesuatu yang berguna bagiku." gertak Ardi meski masih terdengar ragu.
"Hey, kau menggertak ku? Baiklah, akan aku beri tahu sesuatu untuk mengurangi rasa sakitmu meski hanya sementara." Rhazak terlihat santai.
Ardi menatap Rhazak serius, ia menunggu sepatah kata apapun untuk bisa mereda penderitaan nya. Matanya terbelalak ketika telinganya tidak salah mendengar yang dikatakan Rhazak.
"Meminum darah manusia," senyum licik tergambar di bibirnya.
Ardi sedikit terkejut, namun ia tahu jika suatu saat hal ini pasti akan terjadi. Tidak ada yang bisa membantah bahwa vampir memerlukan darah untuk hidup. Tangan Ardi mengepal meski tidak kuat namun matanya jelas menggambarkan bahwa ia tidak ingin melakukan cara itu.
"Ya ampun, aku tahu jika kau tidak akan mau melakukan nya, kan? Mau bagaimana lagi. Itu keputusan mu, mau atau tidak kau yang merasakan nya." Rhazak menatap Ardi yang sedang membuang mukanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE BITE
FanfictionHanya cerita yang terinspirasi dari animasi Nicole Eckert. Namun memiliki jalan cerita yang sedikit berbeda dari animasinya. Berceritakan Seorang Remaja lelaki bernama Ardi yang ingin menjadi pria yang disukai oleh Hana, temen semasa kecilnya. Ardi...