Naruto menghela nafas pelan, gadis menyebalkan itu masih saja menerornya. Kalau di pikir-pikir lagi seharusnya Naruto tidak perlu menurutinya karena dia bukan siapa-siapa bagi Naruto. Entah dorongan dari mana pemuda itu secara naluriah menuruti kemauan gadis itu meski harus di warnai percekcokan. Konyol sekali padahal dia bukan type orang yang mudah di perintah, tapi kenapa dengan gadis itu dia bisa luluh?Naruto mengacak rambutnya frustrasi, memikirkan Hinata hanya akan membuat kepalanya berdenyut pusing. “Abaikan dia Naruto, abaikan. Hidupmu tenang sebelum kau mengenal alien aneh itu.” Monolog pemuda itu sambil mulai menggores pensilnya di buku sketsa.
Jadwal fashion show yang akan di ikutinya sudah dekat dan gaun yang akan dia tampilkan belum jadi sama sekali, bahkan ide untuk gaun musim semi yang menjadi tema acara itu pun belum terbayang sama sekali di kepala Naruto. Semua masih buram dan abu-abu, ketika dia mulai menghayal dan merangkai bentuk pakaian di kepalanya secara tiba-tiba bayangan Hinata masuk dan menghancurkan segala idenya. Menyebalkan sekali, entah di dunia nyata atau di dunia khayalan gadis itu selalu saja mengacau segalanya.
Naruto mencoba memfokuskan pikirannya kali ini, “Ayo fokus, karir gemilang lo di pertaruhin sekarang Naruto. Fokus!” Naruto mulai menutup mata, membayangkan sulet tubuh Shion yang akan menggunakan salah satu busana rancangannya, dia mengingat tiap inchi tubuh gadis berambut pirang itu dengan baik lalu perlahan dia membuka mata. Fokusnya telah kembali ke awal, dia langsung menggoreskan pensilnya dengan lihai. Sulet tubuh Shion sudah dia hafal di luar kepala karena gadis itu salah satu model andalannya sekaligus pelanggan setianya. Membuat gaun untuk gadis itu bukanlah hal yang sulit.
Sekitar dua jam ahirnya Naruto menyelesaikan satu sketsanya untuk shion, gaun musim semi berwarna biru pastel. Sangat manis di gunakan terlebih Shion memiliki kulit putih yang begitu bersinar membuatnya terlihat elegan ketika memakai ini.
Naruto menyandarkan kepalanya ke kursi, satu masalahnya terpecahkan tinggal satu masalah lagi. Siapa model ke duanya? Karin? Fuu? Tayuya? Konan? Atau Sakura?
Naruto mengetuk-ngetuk keningnya sambil berfikir keras, dari sekian banyak model yang biasa menjadi langgananya kenapa tidak ada satupun yang menurutnya pas untuk memakai gaun buatannya.
Dia terus berfikir keras namun sial, hanya wajah Hinata lah yang terbayang di kepalanya. Senyum, tawa bahkan ekspresi merajuk gadis menyebalkan itu terekam jelas dan terus berputar di kepala Naruto seperti kaset rusak yang membuatnya muak dan pening.
Tiba-tiba ponsel yang ada di saku Naruto bergetar menampilkan sebaris nama yang sanggup membuatnya kesal luar biasa, ‘Sayang’ nama itu seperti nama malaikat maut yang sangat mengerikan bagi Naruto.
Dia mengabaikan panggilan itu namun beberapa saat ponselnya kembali berdering, “Ganggu banget sih,” gerutunya sambil meraih ponselnya.
Naruto mengangkat panggilan itu tapi mulutnya terkunci rapat, “Halo?” panggil Hinata dari seberang telefon. “Naruto?” panggil Hinata lagi namun Naruto masih enggan menjawab, “Sayang?” masih tidak Naruto tengah sibuk menggores pensilnya di kertas karena secara tiba-tiba dia dapat ide sebuah gaun musim semi yang sangat manis. “Daddy..” panggil Hinata lagi.
Naruto berdecak sebal, buyar sudah ide di kepalanya karena tingkah gadis itu yang memanggilnya Daddy. Ketahuilah Naruto sangat tidak menyukai itu, bukan tidak suka karena benci tapi lebih ke.. entahlah yang jelas itu sangat mengganggu kewarasannya, “Brisik banget sih anjing.” ketus Naruto sambil menghempaskan pensilnya kesal.
“Ya habis lo sih di panggil gak dengerin, udah sore nih lo gak mau jemput gue?” tanya gadis itu pelan berharap Naruto mau berubah pikiran dan menjemputnya di klinik.
“Gue sibuk, lo balik naik driver online aja.” ketus Naruto acuh. Dia takan peduli, baginya Hinata itu hanya menganggu waktu senggangnya saja. Benar-benar gadis merepotkan yang kurang kerjaan.
“Niat awalnya sih gitu, tapi entah kenapa perasaan gue gak enak makanya gue minta jemput lo.” Lirih Hinata pelan. Dia tidak sedang berbohong, saat dia hendak memesan driver online entah kenapa perasaannya tidak enak seperti ada suara yang menahannya untuk memesan itu.
“Lo gak lagi modus kan?” selidik Naruto sambil menautkan alisnya, meski dia tidak sedang bersitatap dengan Hinata tapi Naruto yakin Hinata cukup paham ekspresinya.
“Tapi kalau gak mau jemput ya gak papa juga sih, semangat ya kerjanya gue balik masih satu jam lagi kok mana tau lo berubah pikiran jemput aja ya.” Lanjut Hinata, tak ada sahutan dari Naruto sama sekali dan Hinata mengasumsikan bahwa pemuda itu menolaknya. Hinata sudah sukup hapal. “Semangat kerjanya, love you.” Masih tak ada sahutan Hinata memilih mematikan sambungan telefonnya.
Naruto terdiam membisu, darahnya berdesir hangat saat mendengar Hinata mengatakan kalimat sakral itu dengan lembut. Entah kenapa sesuatu dalam dirinya seperti tergelitik hingga memancing seulas senyum manis yang membuat wajahnya kian tampan.
“Gue pasti gila,” gumam Naruto sambil mengacak-acak rambutnya frustrasi.
***
Hinata memandang ke luar dari balik jendela, cuaca cerah di luar sana tapi entah kenapa hatinya gelisah seperti ada hal yang akan terjadi setelah ini. Gadis itu takut tapi tidak tau harus berbuat apa selain diam, “Nat gak pulang?” tanya Gaara yang baru saja membereskan pakaiannya juga alat-alatnya.
“Nggak dok, dokter duluan aja.” ujar Hinata sambil mengulas senyum. Dia tidak akan meminta tolong pada Gaara, dia tidak mau dokter tampan itu salah paham.
“Aku masih mau nyelesain laporan pasien sih, gak papa sekalian aku temenin kamu kan?” tawar Gaara. Hinata mengangguk meski dalam hati tak rela, dia ahirnya mulai membereskan peralatannya juga mengganti baju. Dia tidak mau berada di klinik ini hanya berdua dengan Gaara.
Sekitar lima belas menit kemudian Hinata selesai membereskan peralatannya, dia menyandang slingbag bawaannya lalu menyusul Gaara di ruangannya, “Dokter saya mau pulang duluan, dokter jangan lama-lama di klinik sendirian, bahaya.” ujar gadis itu memperingatkan Gaara. Hari mulai senja dan mentari mulai tenggelam ke peraduannya meninggalkan gelap yang membutakan mata.
“Hati-hati, Nat.” pesan Gaara. Hinata mengangguk lalu berlari kecil keluar klinik. Dia berniat jalan kaki saja ke apartemennya meski lumayan jauh, perasaannya benar-benar tidak enak sekarang jadi dia tidak berani menggunakan fasilitas umum meski tidak menampik bahaya lebih besar bisa saja mengintainya jika dia sendirian.
Tiba-tiba seseorang menarik Hinata kasar lalu menyeret tubuh gadis itu ke gang sempit tak jauh dari kliniknya. Hinata mengerang saat tubuh mungilnya terhempas dan membentur dinding, “Argh!” gadis itu memegang tengkuknya yang berdarah karena membentur dinding kuat. “Lo siapa?” tanya Hinata sambil berdiri kesusahan.
Gadis itu menegang saat melihat siapa sosok yang menyeretnya ke tempat sepi ini. Toneri, Ōtsutsuki Toneri. Mantan kekasihnya yang masih mengejar-ngejar Hinata. “Kita ketemu lagi sayang,” ujar pemuda itu sambil tersenyum miring.
Hinata merasakan tubuhnya meremang, suara berat itu terdengar lebih menakutkan puluhan kali lipat dari biasanya. Hinata hendak berlari namun Toneri menendang punggungnya dengan kasar hingga gadis itu tersungkur, dahinya terbentur bebatuan koral yang ada di gang itu hingga berdarah. “TOLONG!!!” jerit Hinata kencang. Toneri mengepalkan tangannya lalu sebuah tamparan mendarat telak di pipi gadis itu. Toneri kalap, jujur dia hanya melakukan hal spontan yang ada di kepalanya. Dia tidak memperkirakan apa yang akan di lakukan gadis itu.
Hinata memegang pipinya yang memerah, panas dan perih menjalar ke sluruh wajahnya hingga perlahan air matanya turun membasahi pipinya. Dia takut sekali, dia tidak pernah ada di situasi mengerikan seperti ini. “TOLONG!!” jerit Hinata sekali lagi. Toneri takut akan ada orang yang datang ke sini dan memergoki ulahnya dia berlari handak memukul Hinata namun secara tiba-tiba sebuah bogem mentah mendarat di rahangnya hingga tubuhnya terhentak jauh.
“Brengsek!”
Tbc gan!
Siapa hayo?
Gaara apa Naruto?
KAMU SEDANG MEMBACA
Cold Boyfriend | Namikaze Naruto✔️
Fanfiction21+ Jangan mampir kalau masih merasa belum cukup umur! Disclaimer : Masashi Kishimoto Ide cerita : MhaRahma18 Cover by : Pinterest