Naruto masih fokus menggambar, mengabaikan Hinata yang sedang mengintip dari balik punggung lebarnya. Gadis itu penasaran setengah mati denan jenis gambaran Naruto yang sedang di buatnya, dia baru kali ini menemukan seorang designer laki-laki tapi punya karakter keras juga kasar. Setaunya designer itu kebanyakan perempuan dan sekalinya ada laki-laki pasti dia sedikit bencong, tapi Naruto berbeda. Sekali lihat saja semua orang tau kalau pemuda itu arogan dan sombong, sangat tidak mencerminkan karakter designer yang biasanya ramah dan murah senyum. Naruto itu kebalikannya!
“Nar itu seriusan gambar lo?” tanya Hinata pelan, pasalnya model gambar itu terlihat sangat em- bagaimana mengatakannya ya tapi menurut Hinata itu sedikit buruk. Tidak seperti gambar-gambar yang terpajang di sana atau bahkan berserakan di lantai.
“Kenapa emang?” tanya pemuda itu santai.
“Enggak papa sih, bagus kok.” bohong Hinata, dia tidak mau menakuinya bahwa model baju itu sangat-sangat tidak menarik sama sekali. Dia tidak ingin menghina hasil karya tangan emas seperti Naruto.
Naruto mengeluarkan ponselnya lalu menscroll galerinya. Dia menunjukan sebuah foto wanita yang tengah berdiri. “Kalau dia yang make menurut lo gimana? Jawab jujur aja gak usah bohong.” datarnya, Naruto menyerahkan ponselnya ke arah Hinata sementara dia menyingkir sedikit agar gadis itu bisa duduk di sebelahnya.
Hinata duduk di sebelah Naruto dia mengamati gambar itu dengan serius, lalu mencocokannya dengan model gaunnya. “Lo gak akan marah kalau gue jujur?” tanya Hinata ragu.
Naruto mengelengkan kepalanya yang dia sandarkan di meja, dia sengaja duduk di lesehan agar dia mudah berbaring jika lelah seperti sekarang.
“Menurut gue sih kurang menarik aja kalau terlalu banyak renda di dada kaya gini, enakan rendanya ini di buat sedikit di deket perut buat nutupin perut dia yang agak, besar.” ujar Hinata yang memelan di ujung kalimatnya.
Naruto mengangkat kepalanya spotan.“Benerkan kata gue, jelek banget model ini itu cewek gendut tapi mau pamer dada mulu. Padahal udah gue bilang pakai belahan dada tinggi aja nanti punggungnya yang di expose tapi dia masih ngeyel. Bangsat banget!” gerutunya kesal, dia melempar sketsa itu begitu saja sambil mendengus kesal, “Bego banget emang itu, udah gue bilang jelek masih aja keras kepala. Batu banget anjing.”
Hinata hanya bisa tersenyum canggung mendengar umpatan kasar Naruto, dia meraih susu kotak yanga ada di dekat mereka lalu menyerahkannya ke Naruto. “Minum dulu gih, capek lo kan?” tawar Hinata. Pemuda itu mengangguk lalu meraih susu itu dan meminumnya.
“Nyesel gue setuju buatin dia gaun,” ketusnya sambil mencoret-coret sketsa yang sudah di gambarnya berjam-jam.
Hinata mengangguk saja, dia tau suasana hati Naruto sedang tidak baik jadi ia tidak ingin memperburuk itu, “Yang iklas dong kerjanya. Kalau lo marah-marah terus kaya gini gak akan jadi gambar lo nanti.” gumam Hinata sambil memijit pipis Naruto dengan jemari mungilnya, “Kalau pelanggan lo maunya gitu lo turutin aja toh mereka yang pakai kan? Lo cuma perlu gambar sesuai permintaan dia aja. Kalau sewaktu-waktu dia protes soal model baju lo tinggal bilang kan itu kemauan dia sendiri.” ujar Hinata pelan.
Naruto mengangguk, kepalanya pening luar biasa memikirkan betapa menyebalkannya kliennya tadi.
“Balik aja yuk, besok lagi kerjanya.” ajak Hinata.
Naruto menggeleng pelan, “Gak bisa, bulan depan nikahnya dan gaun ini harus siap tiga minggu lagi. Gue harus selesain ini sekarang.” tukas pemuda itu. Dia mengambil kertas kosong lalu mulai mengambar lagi.Hinata menatapnya iba padahal kantung mata pemuda itu sudah terlihat sangat jelas tapi dia belum bisa istriahat, pasti melelahkan. “Gue temenin ya sampai lo balik?” ujar Hinata.
“Yaudah lo tidur aja, di sana ada kamar nanti baliknya gue bangunin.” ujar pemuda itu. Sepertinya kelelahan membuat kemarahan pemuda itu sedikit berkurang, dia jadi lebih kalem dan juga tak banyak bicara.
Hinata berlari kecil ke dalam kamar yang di maksud Naruto, dia mengambil bantal dan selimut lalu kembali keluar. Dia mencari posisi nyaman tepat di sebelah Naruto, “Kenapa tidur di sini? Di dalem aja kali.” ujar pemuda itu sambil menatap Hinata heran.
“Gak papa di sini aja, gue mau temenin lo sambil tidur.” kata Hinata sambil menepuk-nepuk bantalnya kemudian merebahkan dirinya di sana.
Naruto mengendikan bahunya acuh lalu kembali fokus ke sketsanya sampai tiba-tiba suara Hinata memanggilnya pelan, “Naru,” panggil Hinata pelan.
Naruto bergumam pelan menjawab panggilan itu tanpa minat menoleh atau sekedar melirik, “Ucapin selamat malam sayang dulu terus cium,” rengeknya pelan. Padahal gadis itu terlihat sangat mengantuk bisa-bisanya dia meminta hal-hal aneh seperti itu.
Naruto menghela nafas pelan kemudian menunduk, dia mengecup dahi Hinata lembut kemudian bergumam pelan, “Selamat malam, sayang.”
Meski bernada datar dan ketus Hinata tetap tersenyum manis, hatinya bergemuruh hebat hanya karena mendengar panggilan sayang Naruto. Entah kenapa dia sangat menyukai cara pemuda itu memperlakukannya. Kadang kasar, dingin, kadang juga lembut.
“Selamat malam, sayang.” lirih Hinata sebelum jatuh tertidur dan perlahan masuk ke dalam alam mimpinya yang begitu indah.
Wajahnya terlihat damai ketika terlelap, bibir mungilnya itu tetap menyunggingkan senyum meski dalam keadaan tidur hingga menggoda Naruto untuk terus menatapnya.
Naruto menatapnya lamat, jemari besarnya bergerak untuk menyisir rambut Hinata pelan. Menyigkirkan helaian-helaian rambut yang menganggu tidur Hinata itu pelan, jemarinya turun ke pipi kemudian mengelusnya lembut. “Mimpi indah,” lirih Naruto sambil mengusap-usap pipi Hinata pelan, senyumnya begitu tipis namun tulus.
Naruto tidak bisa memungkiri perasaan hatinya yang turut nyaman karena keberadaan gadis itu. Meski kadang logikanya masih menolak tapi terkadang ada fase dia nyaman dengan keberadaan gadis itu. Gadis gila yang memaksanya menjadi kekasih juga mengekorinya sampai kapanpun.
Naruto hanya berharap Hinata tidak seperti gadis-gadis lain yang akan kabur dari sisinya setelah mengerti watak asli dirinya. Iya semoga saja.
Kau tau, sebuah dinding yang sangat kokoh punakan hancur pada masanya, cepat atau lambat dinding itu akan tetap menemui kehancurannya juga. Dan ketika dia hancur, puing-puingnya yang dulu kokoh hanya menjadi abu tak berguna.
Tbc gan!
Thanks udah mampir.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cold Boyfriend | Namikaze Naruto✔️
Fanfiction21+ Jangan mampir kalau masih merasa belum cukup umur! Disclaimer : Masashi Kishimoto Ide cerita : MhaRahma18 Cover by : Pinterest