Seperti pagi-pagi biasanya, Hinata akan bangun dan membersihkan rumah di pagi hari lalu akan pergi ke klinik nanti siang. Gadis cantik itu tinggal di sebuah apartemen yang telah lama di belinya, dia tinggal di sini sejak memutuskan merantau ke Tokyo. Mencoba menggeluti kota metropolitan yang keras ini seorang diri. Jauh dari keluarganya agar dia terbiasa hidup mandiri.
“Selamat pagi dokter,” sapa Hinata pada Sabaku Gaara yang menjadi atasannya.
“Pagi Nat,” balas dokter tampan itu. Gaara sedang sibuk menyusun beberapa berkas tentang pasiennya yang akan melakukan cek up nanti. “Tolong ambilin berkas itu Nat,” Gaara menunjuk beberapa dokumen yang berada di rak. Hinata menganguk dia menyerahkan berkas-berkas yang di maksud Gaara. Gadis itu mengambil duduk di hadapan Gaara sambil membantu menyusun data-data pasien itu.
“Hari ini ada kunjungan lagi dok?” tanya Hinata pada Gaara.
“Iya, nanti jam makan siang aku pergi sampai jam dua siang. Kamu gak papa kan jaga sendirian?” tanya pemuda itu sambil menatap Hinata, “Nanti kalau ada pasien darurat yang kamu sendiri gak bisa tanani langsung rujuk aja ke rumah sakit ya. Aku gak lama kok perginya.” Hinata mengangguk paham.
Dari sekian banyak laki-laki yang Hinata kenal, Gaara adalah satu-satunya laki-laki yang tidak bisa dia anggap teman. Entah karena pemuda itu atasannya atau apa yang jelas Hinata tidak bisa memanggil dokter tampan itu dengan panggilan Aku-Kamu seperti yang dokter itu lakukan padanya.
Semua itu berawal sejak dokter tampan itu menyatakan perasannya, entah kenapa Hinata merasa seperti dia harus menjauhi pemuda itu. Hatinya tidak bisa bergerak untuk membalas perasaan Gaara padahal pemuda itu memperlakukannya dengan sangat baik tapi hatinya tetap tidak bisa di goyahkan.
Bukan Gaara yang bersalah, ini semua salah Hinata. Salahkan hatinya yang membeku dan juga mati ini. Dia memasang dinding dengan Gaara karena dia tidak ingin dokter tampan kian mencintainya.
***
Naruto menatap model cantik yang berdiri di hadapannya itu dengan tatapan mata tajamnya. Dia sedang menganalisa bentuk tubuh gadis itu dan menyesuaikan dengan model baju seperti apa yang akan dia buat. Shion, model yang menjadi brand ambasador salah satu produk kecantikan ternama itu sering datang ke mari hanya untuk membuat baju yang khusus untuk dirinya sendiri. Model itu rela merogoh koceknya dalam-dalam hanya untuk fashionnya.
Naruto menggoreskan pensilnya asal, matanya terlihat tajam dengan raut wajah serius yang terlihat sangat maskulin. Pemuda itu selalu saja terlihat berkarisma apapun yang dia lakukan. Rambut pirangnya di sisir ke kedepan menyembunikan dahi lebarnya yang sangat memukau, bahkan ketika dia tertunduk helain-helaian rambut itu turut menutup sebagian matanya hingga membuat siapa saja yang menatapnya gatal ingin menyingkirkan helaian rambut nakal itu.
Termasuk model cantik itu, dia menyeka rambut Naruto ke atas lalu menahannya dengan jemarinya agar rambut itu tidak menutupi mata Naruto. Jika yang sering terjadi di drama ketika seperti ini adalah sang lelaki menatap gadis itu lalu tersenyum maka tebakan kalian meleset saudara-saudara.
Naruto menatap tajam Shion masih dengan posisinya yang sedikit tertunduk itu hingga membuatnya terlihat sangat mengerikan. “Lepasin tangan lo,” tekannya tajam.
Shion meneguk ludahnya kasar, sekian tahun mengenal Naruto pemuda itu masih saja sama. Batu dan sulit di dekati. “Sorry gue cuma gatel liat poni lo.” ujar gadis itu pelan. Naruto meliriknya sekilas lalu tangannya mengambil sebuah bandana untuk di pakainya ia menyingkap rambutnya dengan sedikit menggoyangkan kepalanya.
Shion mendelik, dahi lebar itu membuat pandangan mata Shion teralih seketika. Pemuda itu terlihat tampan dengan bandana itu, dahinya yang jarang terlihat itu terpampang nyata sekarang. Tak sampai sepuluh menit sebuah sketsa kasar telah selesai buat Naruto, sebuah baju yang hanya akan ada satu di muka bumi ini tentunya. “Lo suka?” Naruto menyodorkan sketsa kasar sebuah dress potongan yang membuat perut pemakainya terxpose, “Gue suka perut lo, itu bisa jadi daya tarik lo kalau lagi photoshoot, jangan kebiasaan pamerin dada itu malah bikin foto lo jadi vulgar, orang bakal fokus ke payudara lo doang bukan nilai seni dari foto lo.” ujar pemuda itu santai.
Shion mengambil kertas itu lalu mengamatinya sejenak, iya dia mengakui ketika melakukan pemotretan atau sekedar foto di instagramnya Shion lebih suka menunjukan dadanya ketimbang perutnya, siapa sangka Naruto juga mengamati hal sekecil itu. “Oke, bulan depan gue ambil.” ujar gadis itu. Dia tidak ingin berbicara dengan lelaki itu lebih lama, wajahnya yang ketus dan gaya bicaranya yang kasar itu membuat Shion ingin lari dari bumi ini.menjauh lalu menghilang dari jangkauan mata Naruto, tapi sayangnya dia tidak bisa. Tangan ajaib pemuda itu bisa menguncinya di sini, Shion selalu suka model baju yang Naruto buatkan untuknya. Apapun itu entah kenapa akan terlihat sangat indah ketika dia gunakan.
“Hn,” jawab pemuda itu acuh. Dia tidak akan memperdulikan apapun selain pekerjaannya.
“Gue balik Nar,” pamit gadis itu yang hanya di abaikan oleh Naruto.
Kulkas itu memang, Shion tidak habis fikir dengan puluhan wanita di luar sana yang terus mengejar Naruto sampai seperti orang gila. Apa yang di cari dari siluman es kerasukan naga api itu? Sikap dinginnya berpadu mulut pedas. Demi Dewa Neptunus yang di puja Sponsbob, Shion tidak akan mengerti bagaimana cara mereka memandang Naruto. “Jangan ketus--ketus sama cewek Nar, jomblo seumur hidup lo nanti.” ketus gadis itu lalu keluar dari ruangan Naruto.
Naruto ingin mengumpati Shion tapi terlambat, gadis itu sudah menghilang di balik pintu.
Naruto menghela nafas pelan, dia tidak mengerti dengan pola pikir wanita. Dia ketus lalu apa salahnya? Dia hanya mengatakan apa yang mneurutnya bagus dan apa yang tidak. Dia berkata rasional yang megacu dari kenyataan. Hell di mana letak kesalahannya?“Bukan gue yang salah, mereka semua aja yang bego.” ujar Naruto kesal. Dia membanting kertas sketsanya lalu menyandarkan kepala di sandaran kursi.
Next___?
Spam dulu sodara-sodara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cold Boyfriend | Namikaze Naruto✔️
Fanfic21+ Jangan mampir kalau masih merasa belum cukup umur! Disclaimer : Masashi Kishimoto Ide cerita : MhaRahma18 Cover by : Pinterest