3. Insiden kecil

3.7K 329 64
                                    

Naruto kira masa terpenjaranya hanya akan terjadi satu hari nyatanya tidak. Dia terjebak di rumah sakit ini selama dua hari dan yang lebih parahnya gadis aneh itu turut menjaganya sejak kemarin. Menyebalkan padahal Naruto ingin segera kabur dari sini dan kembali ke butiknya. Tapi apa daya, gadis itu menjaganya seperti herder yang menjaga dombanya. Selalu menatapnya tajam saat terlihat melakkan beberapa gerakan mencurigakan.

“Tolonglah ya lo itu gak perlu natap gue selama dua puluh empat jam! Gue akan kabur dari sini!” ujar Naruto jengah. Dia mulai lelah di perhatikan terus menerus oleh gadis itu. Apakah dia tidak lelah padahal Naruto saja sudah muak.

“Gak akan! Gue gak bisa ninggalin lo karena gak ada yang jagain lo di sini. Lo bisa kabur kapan aja, gue gak mau ya di cap gak bertanggung jawab cuma gara-gara pasien gue mati kena mag. Ogah!” ketus gadis itu, dia membuka ponselnya lalu duduk di sofa. Mengabaikan sosok Naruto yang tengah mengerutu kesal.

Kenapa Hinata melakukan ini? Entahlah. Dia hanya merasa suka dan nyaman ketika berada di sekitar pemuda gila itu. Dia hanya ingin menemaninya, itu saja.

Naruto menghela nafas pelan, sepertinya dia akan benar-benar terjebak dengan gadis idiot itu. Ah betapa menyebalkannya hidup ini. “Lo gak punya kerjaan apa selain gangguin gue? Ini hari minggu mending lo pergi jalan sama pacar atau temen.” ujar Naruto kesal.

“Gue sibuk, gak lihat lo gue lagi jagain pasien bandel.” ketus Hinata sambil memainkan ponselnya. Terserah Naruto mau apa, dia akan tetap di sini sampai Naruto keluar dari rumah sakit.

“Bangsat lah!” umpat Naruto kasar, dia membating tubuhnya kembali ke ranjang. Gadis sialan itu benar-benar, padahal dia sudah lebih baik dan ingin pulang saja. Wanita di mana-mana itu sama saja, gila dan menyebalkan.

“Sehari aja lo gak ngumpat bisa gak? Pengang kuping gue.” jengah Hinata, dia heran bagaimana bisa di bumi ini ada mahluk seperti Naruto. Selalu mengumpat dan marah, apa dia itu keturunan angry bird? Tidak kan?

Tiba-tiba ponsel Hinata berbunyi beberapa kali, dia menjawab panggilan itu dengan segera, “Halo?” sapanya.

Baru saja dia berucap sekali tiba-tiba wajahnya pucat pasi dan juga kaku, gadis itu terlihat begitu ketakutan. Dia mematikan ponselnya lalu melemparnya begitu saja. Hal itu tidak luput dari pandangan Naruto. Entah apa yang mereka bicarakan yang jelas Naruto bisa menangkap dengan jelas raut ketakutan di wajah Naruto.
Gadis itu menatap horor ponselnya yang masih saja terus berdering, “Kenapa?” tanya Naruto heran.

Hinata menoleh kaku dan siapa sangka matanya terlihat menggenang sekarang, gadis itu sedang menahan tangisan. “M-mantan pacar gue, dia lagi ke rumah sakit ini. Gue takut dia ngelukai lo.” ujarnya kaku.

Naruto mengerutkan keninggnya, memangnya seperti apa mantan kekasihnya itu hingga gadis itu terlihat begitu ketakutan? 

“Gimana ini,” gadis itu mengigit kukunya ketakutan. Naruto menghela nafas pelan. Ini yang tidak dia sukai dari wanita, selalu berlebihan dalam mengekspresikan sesuatu. Padahal semua masalah itu bisa di selesaikan dengan baik bukan?

Pintu ruang inap Naruto di buka oleh seorang pria bersurai putih gading itu kuat, Naruto mengerutkan keingnya saat Hinata malah berdiri menutupi tubuhnya dari pria itu.

“Lo ngapain ke sini sih? Lo gak tau ini rumah sakit. Seenaknya aja main sadap GPS orang!” gadis itu membentak pria itu dengan suara bergetarnya.

“Lo gak akan bisa lari dari gue Nat, gak akan bisa! Gue masih sayang sama lo!” pemuda itu hendak menyeret Hinata keluar namun Naruto menepis tangan pemuda itu kasar. Dia menarik perut Hinata kebelakang hingga punggung gadis itu bertubrukan dengan dada bidang Naruto.
Hinata berjengit kaget saat merasakan tangan hangat melingkari perutnya, “Pergi Toneri! Jangan bikin kekacauan di rumah sakit pliss.” ujar gadis itu lagi.

“Gak akan kalau lo-” ucapan Toneri terhenti saat Naruto menyelanya.

"Lo budeg apa bego? Dia udah nyuruh lo keluar kan?” Naruto berbicara pelan dengan deepvoice nya yang entah kenpa terdengar sangat mengerikan. Nada bicarnya datar dan menusuk, auranya tiba-tiba berubah dingin dan kelam.

“Dia siapa Nat?” Toneri berkata dengan suaranya yang sedikit bergetar. Aura laki-laki itu terlalu pekat dan dominan, dia tidak bisa menyaingi aura tajam itu.

“D-dia pacar baru gue, mending lo pergi!” Hinata meremas kuat ujung jaketnya, persetanlah dia perlu mengusir lelaki gila ini secepatnya.

“Hahahaha.. apa bagusnya laki-laki itu Nat? Jelas gue lebih ganteng, lebih kaya dan lebih kuat dari dia. Dia cuma laki-laki sekarat yang bisanya cuma tiduran di ranjang doang, dia gak akan bisa ngelindungi lo.” lelaki itu tertawa sinis kemudian menarik tangan Hinata kasar hingga pegangan Naruto terlepas.

Dia menyeret paksa Hinta ke arah pintu hingga gadis itu menjerit tak karuan. Telinga Naruto sakit, dia benci gadis berisik dan menyebalkan itu. Naruto mencabut selang infusnya paksa hingga tangannya berdarah, dia menyibak selimutnya kasar lalu berjalan ke arah Hinata. Langkah kakinya terkesan pelan namun penuh perhitungan.

Auranya sangat kelam dan mengerikan sekarang, sorot mata birnya dingin dengan alis menukik tajam. “UDAH GUE BILANG LEPAS YA LEPAS! JANGAN GANGGU PUNYA GUE BANSAT!” satu pukulan telak mendarat di rahang Toneri hingga lelaki itu jatuh tersungkur dengan darah yang mengucur deras di luka robek bibirnya. Naruto menarik Hinata ke pelukannya, menyembunyikan wajah gadis itu di dada bidangnya sementara tangan kirinya menekan kepala Hinata agar tak berbalik sedikitpun.

Tangan kanannya mengepal kuat, urat lehernya menegang dengan gigi gemlatuk kuat, “Keluar dan jangan pernah ganggu Hinata lagi atau gue bakalan congkel mata lo pakai jari?!” tekan pemuda itu pelan. Entah dorongan dari mana dia beralih mencium pucuk kepala Hinata lembut sambil mengusap kepalanya pelan.

Toneri berdecih pelan lalu berdiri, “Gue pasti dapetin lo Nat,” ujarya sinis lalu pergi keluar dari ruangan itu dengan raut wajah penuh amarahnya.

Naruto tak peduli, dia hanya merasa kesal dan perlu menghajar pria gila itu.

Sementara Hinata, gadi itu tengah membeku di tempatnya. Jantungnya berdegup kencang bahkan debarannya sanggup membuat kepalanya pening luar biasa. Aroma maskulin Naruto menusuk indra penciumannya, begitu tenang dan terkesan tegas seperti karakternya. Hinata tidak mengerti perasaan apa ini, kecupan lembut yang Naruto lakukan di pucuk kepalanya membuat dia merasa nyaman dan aman.
Hatinya bergemuruh hebat. Perasaan apa ini?












Tbc gan!

Ternyata kalian banyak yang ga folow aing ya? Jadi kalian gatau kl aing lagi buat pengumuman. Pdhl mo bom up semalem tp kaga ada yang respon jadi aing tidur aja🙄

Dahlah ya curhatnya. See you💚

Cold Boyfriend | Namikaze Naruto✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang