[05] Dinas Lagi

346 71 29
                                    

Happy reading
.
.
.

Malam tiba, rembulan tidak ada untuk menerangi malam kelabu. Malam ini bulan mati, tidak ada bulan purnama dan bulan sabit.

Johnny berdiam diri di atas balkon, ditemani secangkir kopi buatan mesin serba guna. Ia mendengus samar, malam hari suhu dingin mulai naik.

"Papa?" panggil anak kecil yang tinggi se pahanya.

Johnny memutar tubuhnya 180°, ia menemukan anaknya yang sudah berjalan mendekati dirinya. Hendery merentangkan tangan keatas, ingin di gendong oleh sang papa.

Johnny tersenyum mengarah anak kecil itu, mengangkat tubuh sang anak. Hendery memeluk erat leher sang papa.

"Why? what's wrong with you?" heran Johnny, sebelumnya ia tidak pernah mendapati tingkah Hendery yang manja seperti ini.

"Kenapa kau menjadi manja setelah aku tinggal dinas, jagoan?" tanya pria itu, ia heran dengan tingkah laku sang anak.

"Papa, Dery takut." lirih si anak, ia menenggelamkan wajahnya pada ceruk leher sang papa.

"Hei, apa yang kau takutkan? tidak ada apa-apa," Johnny berusaha menenangkan Hendery yang akan menenangis itu.

Hendery mulai menggelengkan kepala, "Papa kita sedang tidak aman sekarang,"

Johnny mengerutkan dahinya, berusaha mencerna perkataan Hendery.

"Ada masalah apa? aku rasa untuk saat ini tidak ada hal yang harus di takuti, tapi.."

Johnny memotong ucapannya seketika, mengingat pasien anak kecil yang kehilangan banyak imun.

"Tapi apa papa?" desak Hendery yang menatap raut wajah kecemasan Johnny.

Papanya tersenyum lugas, "tidak, tidak ada."

Hendery melengkungkan bibirnya kebawah, "Papa aku takut ke sekolah, aku takut ke sekolah." gumam Hendery.

"Mengapa? apakah ada teman yang menjahili mu? atau ada guru yang galak?" tanya Johnny penasaran.

Anak nya itu menggeleng, "Bukan,"

"Lalu? jangan membuat papa menjadi penasaran," tukas pria berbadan kekar itu.

Hendery tak bisa berkata-kata setelah ucapan terakhir sang papa, ia mengingat kemarin bagaimana tubuh anak-anak yang menjadi kelinci percobaan para profesor itu. Kurus kering seperti tidak punya gizi, dan tatapan sayu berjalan pun sangat lamban.

"Papa, apakah kita bisa hidup damai setelah pemerintah mengadakan suntik vaksin untuk masyarakat?" tanya Hendery.

Johnny menatap tajam tatapan raut wajah yang penuh akan ketakutan, kemudian mempererat pelukan sang anak, Johnny berharap penuh apa yang di pikirkan oleh Hendery semoga tidak akan pernah terjadi.

"Kita akan aman, sungguh." ujar pria bertubuh kekar.

.
.
.

Pagi hari ini Chitta terbangun agak lama, apakah karena efek menjadi ibu hamil Chitta menjadi pemalas sedikit?

"John, apakah kau akan dinas lagi?" tanya wanita itu setelah melihat sang suami yang keluar dari kamar mandi.

Darkness Of The World || JohnTen [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang