Bab 3

117 18 0
                                    

Written by: AfiKusuma (wattpad) Voyzafiys (instagram)


"Walau raga kita berjauhan, aku selalu mendoakanmu. Karena dari doalah aku merasa lebih dekat denganmu. Ann, kutitip rindu ini untukmu lewat doa."

***

"Bisma aku sudah menjalankan misimu untuk menemui Ann di rumah sakit. Sekarang sesuai janjimu kemarin, tolong keluarlah dari tempat persembunyianmu dan selamatkan Ann. Selamatkan dia untuk keluar dari perangkap predator itu."

Sesuai perkataan Devi, aku sudah diizinkan pulang pagi ini. Aku menurut saja, ke mana Mario menjalankan mobilnya. Rupanya, dia mengantarku ke sebuah rumah mewah. Namun aku bingung, karena di depan rumah itu banyak orang dengan memakai warna baju yang hampir sama, yakni hitam. Oh dan ada bendera warna kuning yang terpasang. Apa ini adalah rumah ibuku yang baru saja meninggal?

Aku, Mario dan Ibu turun. Kami masuk ke dalam. Di sini, nampaknya aku masih kebingungan, karena aku sama sekali tidak mengingat apa pun bahkan sampai keluargaku, aku tidak ingat. Namun perasaanku seketika berubah seperti roller coaster saat melihat jenazah seorang wanita paruh baya yang tengah di doakan. Rasanya begitu sesak dan sakit bahkan mendorong air mataku untuk keluar. Dari sini aku paham, bahwa dia memang ibuku. Kalau tidak, mana mungkin aku bisa merasakan perasaan aneh ini.

Aku terus menangis sampai Ibu selesai dimakamkan. Aku terus mendapat pelukan dari wanita yang bernama Julia dan dari kakak laki-lakiku. Hanya saja aku tidak melihat Devi sama sekali. Dia di mana?

Mungkin, kakiku yang paling akhir melangkah untuk meninggalkan makam, dan Mario masih menemaniku.

"Kau pergi duluan saja, aku masih mau disini."

"Tidak! Aku tidak akan membiarkanmu sendirian. Apalagi kau baru saja keluar dari rumah sakit."

"Aku masih ingin berdialog batin bersama ibuku. Dengan begitu aku bisa tenang pergi meninggalkannya."

"Huh, ya sudah tapi jangan lama-lama ya. Aku tunggu di mobil bersama Ibu, setelah itu kita langsung pulang."

Mario pergi meninggalkanku dan hanya aku disini sendirian dengan perasaan campur aduk di tengah langit abu. Kenapa di saat kondisiku begini, aku kehilangan anggota keluargaku? Aku merasa, ujianku baru saja di mulai ketika aku bangun.

Aku merasakan angin terus menyapu tubuhku, bahkan menerbangkan dedaunan dari pohon di atas kepalaku.

Krek!

"Argh!" pekikku karena aku terkejut tiba-tiba ada seseorang dari belakang seperti melindungi kepalaku dari sesuatu.

Kepalaku mendongak dan tatapanku bertemu dengan seseorang yang memiliki paras rupawan bak pangeran. Tangannya menutupi kepalaku dengan lengan kekarnya. Tatapanku seolah terkunci, seperti ada rasa yang tersirat di dalamnya. Rasa ini sama kurasakan ketika keningku di cium oleh pria misterius di rumah sakit. Parasnya mirip, namun ada sesuatu yang terasa berbeda. Bahkan ia memakai hoodie yang sama.

Hangat, nyaman, sekaligus sesak.

Rasa sesak yang justru datang di belakang, membuatku tiba-tiba meneteskan air mata menatapnya. Aku bahkan melihat dengan jelas, airmatanya juga menetes hingga wajahnya memerah.

"Ann?" lirihnya sendu dan begitu lembut.

Pria ini perlahan memegang pipi sebelah kananku dan mengusap air mataku yang membuatku tak bisa berbuat apa-apa selain merasakan kelembutan sentuhannya dalam-dalam.

BK1 - SamarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang