PROGRAM Langkah Langsung Langsing atau 3L yang dilakukan Gumala lumayan sukses. Meskipun sepanjang hari gadis itu mengomel karena dijauhkan dari hal-hal yang ia suka. Apalagi saat kembali ke rumah Gumala untuk mengambil sepeda, pria itu sempat melakukan razia ke seluruh rumah. Makanan dan minuman yang bisa memicu darah tinggi dan menaikkan berat badan pun disita. Kemudian diganti dengan makanan dan minuman yang dibeli Raifan di pasar tadi. Jenisnya hanya dua: sayuran dan buah-buahan.
“Mulai sekarang jam lima pagi harus sudah bangun karena aku akan menjemputmu untuk olahraga,” Raifan mengingatkan.
“Hari Minggu dan tanggal merah juga?”
“Tentu saja!”
“Kenapa kamu bersemangat sekali membantuku diet? Apa alasannya? Ingin melihatku dalam penampilan yang lebih kurus? Kamu penasaran, dalam keadaan lebih kurus aku cantik atau tidak? Jika ternyata setelah lebih langsing penampilanku tetap biasa saja ....”
“Bukan itu!” Raifan memotong. “Karena kita teman, makanya aku merasa berkewajiban membantu.
“Tapi sepertinya yang dilakukan temanku ini sedikit berlebihan.”
Raifan tertawa hambar. “Kamu berpikir aku punya maksud tertentu di balik semua ini?”
“Ya. Aku curiga kamu punya maksud tertentu,” Gumala tidak menutup-nutupi rasa curiganya.
“Memang aku punya maksud tertentu. Awalnya aku sama sekali kamu mau gemuk atau langsing. Tapi semenjak kamu masuk rumah sakit karena serangan darah tinggi ..., dan kata dokter ada gangguan jantung, aku jadi cemas. Oh ..., ayolah! Aku sudah pernah bilang, dalam hal ini—diet—tujuan utamanya adalah demi kesehatan. Penampilan nomor dua.”
Gumala terdiam. Walaupun dibuat “menderita” oleh program 3L Raifan, tapi ia juga sangat berterima kasih. Sepanjang ingatannya, belum pernah ada orang lain yang memberikan perhatian begitu besar terkait berat badan berlebih yang dimiliki Gumala. Tidak orang tuanya. Tidak juga Callista. Mereka biasanya hanya mengomel, menyuruh Gumala diet, diet, dan diet. Tanpa membantu melakukan usaha nyata dan segera menyalahkan Gumala ketika dietnya gagal.
***
Sebuah kabar menghebohkan beredar di HCC. Ada yang melihat Gumala joging bersama Raifan di pagi hari.
“Raifan pemilik Java Batik?”
“Iya!”
“Mungkin kamu salah lihat! Mana mungkin Raifan mau dengan Gumala?”
“Tidak mungkin salah lihat. Aku sering mengantar mama ke Java Batik. Beberapa kali kami bertemu Raifan dan mengobrol dengannya. Tidak mungkin salah orang.”
“Bukankah Raifan berpacaran dengan Callista? Kenapa jadi dengan Gumala?”
“Masa Callista bisa kalah sama Gumala? Mungkin tidak, sih?”
“Mungkin saja kalau Gumala pakai pelet.”
“Hiii ..., mengerikan!”
Gumala sama sekali tidak memerhatikan gosip di HCC walau menyangkut tentang dirinya. Gadis itu sedang fokus pada program diet 3L dan mulai menikmatinya. Hal ini membuat wajah Gumala berseri-seri. Selain karena alasan yang enggan diakui—dirinya bisa bertemu Raifan setiap hari.
Sangat berbeda dengan Callista. Hari-hari bak di dalam neraka yang dulu pernah ia rasakan di kantor, kini malah pindah di HCC. Juga gara-gara gosip seputar dirinya dan Raifan ..., juga Gumala.
Apa aku harus keluar dari HCC? Tidak! Kalau aku keluar dari HCC gara-gara gosip itu, berarti aku kalah! Aku harus menang dari Gumala! Aku harus menang darinya!
Callista menggertakkan gigi. Tanpa sadar ia menekankan pisau pada wortel kuat-kuat, mengalirkan amarah.
“Aaahhh!” Tanpa sengaja jari telunjuk kiri Callista teriris pisau. Darah memancar deras.
Aktivitas semua orang di dapur terhenti. Beberapa mendekati Callista menanyakan keadaannya. Beberapa lagi mengambil obat.
“Hati-hati, Callista! Jangan melamun!” Chef Hilda memperingatkan.
Di satu meja yang lain, seorang gadis bertubuh gemuk hanya melihat dari kejauhan tanpa bisa menolong. Karena ia sadar, pertolongan darinya tak diharapkan.
***
Satu bulan sudah Gumala rutin melakukan joging di pagi hari diselingi jalan santai selama tiga puluh menit, dan Raifan tidak pernah absen menemaninya. Disertai aturan pola makan yang sangat ketat, akhirnya diet Gumala mengalami kemajuan.
“Ini luar biasa! Hebat! Biasanya sebulan naik lima kilo, tapi kali ini terbalik! Aku senang sekali! Terima kasih, Raifan!” Gumala melompat-lompat sampai hampir jatuh karena kehilangan keseimbangan di halaman rumahnya.
“Jangan terlalu senang dulu. Baru turun lima kilo. Tentu targetmu masih jauh dari itu, kan?”
Kedua bahu Gumala melorot. “Benar.”
“Berapa berat badanmu sekarang?”Bola mata Gumala berputar, pura-pura bingung. "Eummm ..., berapa, ya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
SIAPA LEBIH CANTIK
General FictionTentang seorang gadis bertubuh gemuk bernama Gumala, bersahabat dengan seorang gadis cantik, Callista. Mereka menyukai laki-laki yang sama. Muncullah sebuah persaingan yang mengancam persahabatan keduanya.