Gurami Bakar

14 3 0
                                    

MUNGKIN hanya perasaan saja, atau memang ada sesuatu yang berubah? Ketika Gumala datang ke HCC sore ini, semua tatapan teman-teman langsung tertuju kepadanya. Bukan tatapan seperti biasanya yang ramah dan menawarkan persahabatan, tapi mengandung kecurigaan dan kewaspadaan. Gumala juga didiamkan, tidak ada yang menyapa atau sekadar basa-basi menanyakan kabar.

Callista ada di meja pojok depan, jauh dari Gumala. Gadis itu dikelilingi banyak teman, bicara dan tertawa keras, kelihatannya sangat gembira. Sekarang adalah minggu ke enam Callista bergabung di HCC. Dengan kecantikan dan sifatnya yang ramah pada siapa saja, Callista mudah sekali berbaur dan mendapat banyak teman. Pikiran buruk pun menyelinap tanpa permisi, membuat Gumala gelisah. Bagaimana kalau Callista penyebab di balik sikap teman-temannya yang aneh hari ini?

Gumala tidak punya waktu menebak-nebak lebih lama karena Chef Hilda sudah masuk dapur dan membagikan selembar kertas. “Apa kabar Sahabat Happy semua? Sudah siap untuk memasak hari ini?”

“Siap Chef!”

“Masakan yang akan kita buat sekarang adalah ikan bakar bumbu rujak. Ada yang sudah pernah bikin ikan bakar?”

Seorang peserta mengacungkan jari. “Saya sudah pernah bikin ikan bakar, Chef. Tapi bumbunya bukan bumbu rujak. Pakai bumbu biasa seperti yang diajarkan ibu saya.”

“Bagus. Tapi yang akan kita buat sekarang pakai bumbu rujak. Bahan-bahannya sudah tertulis di catatan yang saya berikan pada kalian.”

Semua orang segera menekuni catatan yang dibagikan Chef Hilda dan memberikan reaksi bermacam-macam setelahnya. Ada yang biasa saja, ada yang tersenyum-senyum senang karena merasa proses memasaknya mudah, ada pula yang mengeluh karena menganggap cara memasaknya rumit.

“Selain bisa memasak makanan enak, kita juga dituntut untuk bisa memilih bahan makanan yang bagus. Jadi silakan sekarang kalian memilih bahan makanan di ruangan sebelah. Saya beri waktu sepuluh menit. Awas! Saat memilih bahan makanan tidak boleh merusak bahan makanan; seperti membuat remuk, tumpah, pecah, rontok, patah, dan lain-lain.”

Para peserta kelas memasak segera berlari ke ruangan sebelah, tempat menyimpan bahan makanan. Gumala berusaha berjalan cepat, tapi tetap saja ia ketinggalan dari teman-teman yang lain. Memiliki tubuh yang sangat gemuk membuat gerakannya lebih lambat.

Di ruangan tersebut ada dua freezer khusus untuk menyimpan ikan. Karena peserta harus membayar setiap kali ikut satu pertemuan untuk satu masakan, tidak mungkin tidak kebagian ikan. Ikan gurami di dalam freezer justru dilebihkan. Siapa peserta yang cepat bergerak dan bisa mendapat ikan paling bagus, dia sangat beruntung. Biasanya ada saja teman yang membantu Gumala memilihkan bahan makanan di tempat yang sulit dijangkau, atau beberapa orang akan memberi jalan agar Gumala bisa lewat. Namun kali ini tidak. Tak ada seorang pun yang peduli pada Gumala. Mereka tidak mau memberi jalan, bahkan terkesan menghalang-halangi. Akhirnya, Gumala hanya menemukan lima ekor ikan gurami yang bentuknya sudah tidak keruan. Sirip patah atau remuk sebagian. Gumala mengambil yang terbaik dari yang terburuk.

Suara alat masak mulai beradu. Ada yang menghaluskan bumbu, menumis bumbu, dan menggoreng ikan. Gumala tak menemukan kesulitan berarti. Ia sudah sampai pada tahap menggoreng ikan. Tiba-tiba seseorang yang ada di sebelah meja Gumala memanggil, “Gumala! Gumala!”

SIAPA LEBIH CANTIKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang