12 - Netflix and Chill

2.7K 101 26
                                    


Warning : Adult content 18++

Votenya makin menurun :)
Sad ending ya...
Dengerin aja clue-nya : Andmesh - Hanya Rindu
Part sad endingnya dah siap
Wkwkwk

Happy Reading

Sebuah keniscayaan. Usai mengantar Mira pulang setelah membeli cincin pertunangan, Vito menjemput Chika di sekolahnya pukul dua siang dan mengajak gadis itu ke kostannya. Rutinitas yang hampir selalu dilakukan setiap akhir pekan. Kegiatannya selalu sama, beli makanan, Chika numpang mandi, makan di kost, Chika minta suapin, nonton Netflix, bermesraan sewajarnya, lalu mengantar Chika pulang sebelum pukul delapan malam.

"Kaki kamu masih nyeri?" tanya Vito, membuka lima box styrofoam yang berisi dimsum. Nafsu makan Chika memang tinggi. Ia kurang menyukai nasi. Kalau makan pakai nasi, jadinya lauknya lebih banyak dari nasi. Dimsum itu ia letakkan di dalam microwave guna dihangatkan beberapa menit.

"Udah baikan. Belum boleh lari - larian dulu."

Vito menjatuhkan pantatnya di tempat tidur, kaki Chika yang sempat terkilir ia pangku dan usap bagian pergelangannya. Indera perasa telapak tangannya menyapu kulit betis, tulang kering dan telapak kaki Chika. Mulus dan halus seperti kulit bayi. Matanya memandangi gadis cantik itu yang sedang menatap layar ponselnya.

"Geli ih, Om..." Chika menarik kakinya saat telapak kakinya digelitik jemari Vito namun tertahan genggaman tangan Vito.

Vito  mengangkat telapak kaki Chika, mengecup ujung ibu jari kakinya. Ekor matanya melirik gadisnya. Menanti responnya. Lantas bibirnya mengemut dan lumat ibu jari yang mulus dan bersih itu, lidahnya menggelitik dari dalam rongga mulutnya. Chika memejamkan matanya, menggigit bibir bawahnya. Ponsel itu sudah jatuh ke sisi tubuhnya. Jemari Chika meremas kuat seprai. Ia pasrahkan kakinya menjadi sasaran lidah Vito yang terus menari di jari kakinya yang lain. Terdengar desahan kecil dari bibir merah Chika.

"Mandi, Chik. Biar wangi," sahut Vito kemudian. Menyudahi aksinya tadi. Nafas Chika sempat terengah sejenak.

"Om duluan aja, biar bau Tante Mira ga nempel lagi," ucap Chika enteng, mengejutkan Vito, "Aku lagi chat sama Christy dulu."

"Astaga Chika," Vito berdecak, "Baiklah..."

Tak biasanya memang ia mandi jam tiga sore. Tapi penciuman Chika cukup tajam. Vito mengendus bajunya, ada wangi parfum feminin yang berkesan soapy dan floral milik Mira menempel kuat. Beda dengan miliknya yang musky. Pantas saja Chika menyuruhnya mandi. Daripada Chika meradang, lebih baik ia menuruti kemauannya. Dua kali menyabuni tubuh saat mandi rasanya cukup menghilangkan jejak parfum Mira. Ditambah eau de cologne akan menambah maskulinitasnya.

"Chika, tutup mata. Om mau pake baju." Vito melongok dari balik pintu kamar mandi. Ia berbalut handuk menutupi bagian bawahnya.

"Iyaa, cepetan!" Chika menutup wajahnya dengan telapak tangan, tak benar - benar rapat. Di sela jari ia mengintip Vito yang berbalut handuk. Vito yang sedang membuka lemari pakaian tak menyadari hal itu . Chika memandangi punggung Vito yang bidang, bokong pria itu yang besar, otot bahu yang kekar, lekuk tubuh yang atletis.

Vito membalik badannya menghadap Chika, handuk itu dilepaskannya. Gadis itu menelan ludahnya, "Ya Tuhan, Om Vito..." Ia memandangi bagian selangkangan Vito yang menonjol besar. Pria itu hanya memakai celana dalam warna putih.

"Om..." panggil Chika, mengejutkan Vito. Gadis itu tak lagi memejamkan mata atau menutup wajahnya. Malahan tersenyum memandangi tubuh setengah telanjang Vito.

"Astaga Chika!" Vito panik, matanya terbelalak. Ia mencomot handuk dan menutupi area kemaluannya. "Apa - apaan kamu?! Tutup Chika!" hardik Vito tegas. Ia agak kecewa gadis itu mengintipnya. Tentu banyak alasan Vito semarah itu.

Bidadari Badung 4 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang