18 - Tentang Aku, Kamu, dan Dia

1.2K 81 17
                                    


Happy Reading

Tubuh Chika segera diangkat ke brankar begitu sampai di ruang IGD sebuah Rumah Sakit terdekat dari rumah Mira. Namun hasil pemeriksaan dokter, Chika dalam keadaan baik - baik saja.

"Gimana keadaan anak saya, dok?" tanya Mamanya Chika. Wajahnya tentu khawatir. Apalagi tadi mendengar dari mulut Christy kalau Chika hamil.

"Anak Ibu dan Bapak baik - baik saja. Sepertinya kelelahan, stress. Tekanan darahnya tinggi. Dan pasien sedang mengandung."

"Ya Tuhan Chika..." Mamanya Chika memeluk tubuh besar suaminya. Tak ada kata - kata lagi yang bisa mereka ucapkan selain shock mendengar penjelasan dokter.

"Pasien sedang mengandung janin berusia dua belas minggu. Kondisinya sehat. Ibunya juga sehat. Hanya perlu banyak istirahat untuk menjaga kehamilannya."

Tangan Pak Richard mengepal, seakan ingin meninju sebuah objek untuk melampiaskan kekesalannya. Ia masih meredakan amarahnya karena istrinya terus menangis. Emosinya tentu beralasan. Anak gadis yang ia sayang, ia besarkan, ia jaga baik - baik. Tiba - tiba mengalami kehamilan oleh seorang pria yang ia amat percaya untuk membimbing anaknya belajar. Benar - benar tidak menyangka Vito akan menjerumuskan anaknya sedemikian. Menghancurkan masa depan, cita - cita, dan harapan Chika.

Di kamar rawat, Chika masih belum sadarkan diri. Jarum infus menancap di lengan kirinya. Di sofa, Christy dipeluk erat Bu Richard.

"Maafin Christy, Tante. Maafin Christy," isak Christy di pelukan Mamanya Chika.

Tak ada kata yang terucap. Ia tidak tahu lagi apakah harus emosi, malu, atau apapun itu. Pak Richard mondar mandir, ia tak bisa tenang dan duduk berpikir apa yang harus dilakukan. Jelas saja sebagai seorang Ayah ia khawatir. Hari Senin, lusa, anaknya akan mengikuti UAN. Dan hari ini ia mendapat kabar anak satu - satunya hamil. Bagaimana bisa dalam keadaan seperti ini Chika berkonsentrasi menghadapi ujian. Atau malah berita kehamilan Chika sudah menyebar dan anaknya tidak boleh mengikuti ujian. Lalu bagaimana dengan komentar dan justifikasi yang akan Chika terima dari teman - temannya. Apakah Chika sanggup bersekolah dalam keadaan hamil?

Ara lalu masuk ke dalam kamar, "Om, maaf. Ada yang mau izin ketemu di luar."

"Siapa?"

"Namanya Vito."

"Sebentar."

"Iya, Om." Ara kembali keluar dari kamar, sesaat ia melirik Chika yang belum sadarkan diri. Hatinya hancur dan tak menyangka. Ara tak memungkiri ia masih mencintai Chika. Hanya saja kondisi yang sudah ia ketahui tak akan memungkinkan lagi ia bisa dekat dengan gadis itu.

"Pah, sabar ya? Tahan emosi. Bagaimanapun dia Ayah dari janin ini." Bu Richard mengelus perut Chika.

Pak Richard tak menjawab. Ia mengecup kening anaknya lalu keluar kamar. Di luar, Vito masih memakai pakaian saat lamaran tadi. Ia berdiri tertunduk lesu.

"Kamu ikut saya!" Pak Richard menunjuk Vito, pria itu mengekor Papanya Chika. Sementara Ara, Flo, Eli, dan Gita duduk tak bisa berbuat apa - apa selain menunggu.

Tak lama Bu Richard juga keluar bersama Christy. "Ara?"

"Iya, Tante."

"Kamu antar teman - teman kamu pulang ya? Kalian istirahat. Tante mohon agar kalian tidak mengatakan kepada siapapun mengenai kejadian tadi. Jangan sampai pihak sekolah mengetahui hal ini ya?" Bu Richard mengusap kepala Christy dan Eli.

Bidadari Badung 4 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang