19 - Tentang Kita

1.9K 100 46
                                    


Happy Reading

Masa UAN sudah selesai. Semua berjalan dengan baik. Mental Chika cukup stabil dan bisa melaksanakan ujian sangat baik tanpa terkendala keadaan fisiknya yang sedang hamil 12 minggu.

Keputusan besar telah dibuat oleh beberapa pihak mengenai satu hal. Tujuannya jelas, tindakan secara cepat harus segera diambil untuk bertanggung jawab. Bukan karena sebuah perbuatan yang telah atau tidak pernah dilakukan. Tapi nilai - nilai dari sebuah sikap dan kemampuan berdiri di atas ketegasan. Pada prinsipnya semua bermuara pada kasih sayang. Janin yang dikandung Chika butuh kasih sayang Ibu dan seorang Ayah.

°°°

Brisbane, Australia

Seorang make up artist baru saja menyelesaikan tugasnya. Seorang gadis cantik yang ia make up belum mau beranjak dari tempa duduknya di belakang kaca. Tidak, ia bukan sedang mengagumi kecantikan dirinya memakai gaun pengantin dan riasan yang begitu sederhana namun bisa membuatnya tampil sangat cantik. Bahkan level kecantikannya bertambah. Menikah memakai gaun pengantin warna putih dengan hiasan bunga di kepalanya adalah impiannya sejak remaja. Impian itu terkabul di usianya yang 18 tahun bersama seorang pendamping yang akan menjadi suaminya kelak dan selamanya.

"Pecah kacanya weh diliatin mulu!" goda Christy mengelus bahu Chika yang terbuka.

"Gue grogi banget." Chika menoleh.

"Apalagi gue, liat elo cantik banget gini. Kepengen weh."

"Ya udah ayo bareng sekarang?" ajak Chika. Tawa knalpotnya keluar. Christy terkekeh.

"Gue bilang Flo dulu ya? Hahaha..."

"Chris..." Chika menyodorkan tangannya.

Christy menggenggam telapak tangan sahabatnya. "Gemeteran..."

"Ihh, dari tadi tau pas berangkat dari rumah."

Satu kecupan manis sedikit menenangkan Chika yang grogi, "Sama weh. Tapi gue seneng liat lo sekarang. Cemungut ea, Chik?"

Chika menganggukkan kepala.

Seorang pria masuk ke dalam kamar rias pengantin. Ia memakai tuxedo cerah yang makin menunjukkan kegagahannya. "Chika, yuk? Udah mau mulai?"

"Iya, Pah."

Pak Richard mengusap kedua bahu Chika, matanya berkaca - kaca. Rasa bahagia sekaligus sedih tergambar dari raut wajahnya. Bibirnya bergetar saat hendak mengucapkan kalimat. Gestur sentuhan itu mengingatkan Chika ketika Papanya mengucapkan ulang tahun, kemenangan tim basketnya di sekolah, saat memarahi Chika dengan sorot mata tajam namun kata - kata Papanya selalu lembut dan meneduhkan lubuk hati Chika.

"Anak Papa sudah besar..."

Chika juga tak kuasa menahan air matanya. Bibir bawahnya ia gigit untuk menahan agar riasannya tak luntur.

"Jangan nangis, Nak. Papa sayang sama kamu." Kedua telapak tangan besar itu mengusap pipi perlahan dan surai rambut yang jatuh. "Anak manja Papa akan menjadi seorang istri dan Ibu. Anak manja Papa akan menjadi seorang wanita dewasa."

"Pah..."

"Iya, Nak?" Mata Pak Richard akhirnya sembab. Tak sanggup lagi meneteskan air matanya.

"Chika akan tetap anak manja kesayangan Papa."

Pak Richard tertawa pelan. Ia lalu menggandeng lengan Chika.

Prosesi pernikahan di awali dengan anak perempuan kecil dengan gemasnya menaburkan bunga di jalan yang akan dilalui Chika dan Papanya. Suasana harus jelas menyelimuti keluarga yang sedang berbahagia. Pak Richard menggenggam erat tangan anak perempuan kesayangannya menuju altar pernikahan. Di sana telah menunggu seorang cowok tinggi yang sebentar lagi akan menjadi suami Chika. Di belakang ada Christy dan Flo yang bergandengan tangan mengiringi pengantin di depannya.

Bidadari Badung 4 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang