13 - Fear and Anger

1.5K 80 20
                                    


Happy Reading

"Chika tugas kamu udah dikerjain?" tanya Mamanya di suatu pagi. Seperti biasa. Selalu mengingatkan segala keperluan anaknya.

Chika menggumam, "Hmmm...."

"Jangan lupa kacamata kamu, masker, hand sanitizer kamu mana? Kok ngga ada di meja? Pasti masih di kamar." Meski Chika anak manja, Mamanya selalu telaten dan sabar menghadapinya. Senantiasa mengecek bawaan setiap berangkat sekolah. Yang punya tas hanya mengaduk mangkuk serealnya sedari tadi tanpa menyuapnya. Chika bengong. Matanya sesekali melirik ke bawah.

Gadis itu sempat takut dan khawatir Mamanya mengetahui apa yang baru saja ia lakukan hari sabtu. Teguran Mamanya karena jalannya tertatih dan agak ngangkang sudah membuat jantung Chika berdegup di atas normal. Ia mengaku sakit pergelangan kakinya kambuh, padahal selangkangan dan kemaluannya masih terasa nyeri karena pergulatan nafsunya dengan Vito.

Hari minggu kemarin bahkan Chika mengurung diri di kamar seharian, meminta Christy menghubunginya dan saling bercerita yang absurd agar pikiran Chika teralihkan. Video tiktok yang lucu lumayan mengatasi memori yang tak ingin ia ingat. Sedangkan Vito yang memilih ke Bandung mengunjungi kedua orang tuanya untuk sebuah keperluan.

"Mana kacamata Chika, Mah?" Chika kebingungan mencari sesuatu di atas meja makan.

"Lho tadi Mamah bilang apa? Ya sudah kamu ambil sana!" perintah Mamanya yang juga sedang sarapan pagi.

"Iya, nanti. Aku ngabisin ini dulu." Chika mengaduk lagi serealnya yang sudah terendam susu dan tak lagi renyah. Ponselnya yang bergetar di atas meja tak ia hiraukan. Tatapan matanya kosong menatap satu titik tanpa ekspresi. Satu suapan sereal langsung disudahi Chika karena sereal itu sudah menyatu bersama susu. Ia tak berselera lalu membalik sendoknya. Perutnya yang lapar tak dirasakan sebagai sesuatu yang harus disegerakan. Tidak seperti biasanya. Nafsu makannya berkurang.

"Pah, anterin ya?" pinta Chika.

Pak Richard mengerutkan keningnya, "Tumben?"

"Ayo, Pah. Anterin." Chika memaksa, mengambil tas di atas meja lalu berjalan ke luar. Baru saja hendak membuka pintu, Mamanya menegur.

"Kacamata kamu mana, Chika? Pasti yang lain ketinggalan juga?"

Chika berdecak kesal, "Aah...tolong ambilin Mah."

"Kamu kebiasaan pelupanya," Mamanya menggelengkan kepala, masuk ke dalam rumah mengambil milik Chika yang tertinggal. Sepuluh menit Mamanya kembali membawa pouch yang berisi kacamata, hand sanitizer, dan sebagainya. Sampai coklat yang Chika juga kelupaan bawa untuk menaikkan mood nya.

Usai pamit pada Ibunya, Chika memilih jok paling belakang di mobilnya. Bantal besar empuk di sana digunakan menyangga kepalanya sambil menikmati cokelat dairy milk ukuran besar. Moodnya perlahan meningkat. Ditemani channel youtube favoritnya sepanjang perjalanan. Tidak lupa rutinitasnya memesan paket sarapan dari aplikasi g*f**d untuk ia kirimkan ke Om Vito tersayang di kantor.

°°°

"Hei...lho udah sarapan?" sapa Mira mendapati Vito tengah menikmati machiato dan sandwich kiriman dari Chika di kubikelnya.

Vito terlihat panik, ia memang sudah janji akan sarapan bareng Mira di luar, "Yuk..." Ia buru - buru menghabiskan makanannya.

"Kamu udah sarapan kan?" tanya Mira mengernyitkan dahi. Sudah beberapa kali ia memergoki Vito sarapan dengan variasi menu. Dan berbeda pula jawaban Vito ngeles ketika dikonfirmasi soal janji sarapan mereka di luar kantor.

"Ini tadi pas lewat ada diskon fifty percent pake credit card. Sayang dilewatin. Hahaha..." Vito menenggak seperempat machiatonya lalu menggandeng Mira keluar kantor. Tak ingin berlama - lama dan berdebat soal mendahului sarapan. Tanpa Vito ketahui, Mira mengecek daftar promo di resto donat lokal itu di ponselnya dan tercengang.

Bidadari Badung 4 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang