[2] Terserah

78 24 7
                                    


"Jika anda mencari orang lain dalam diri saya, maaf anda tidak akan dapat menemukannya"

***

"Eh Mas Alfi sudah pulang. Kok tumben Mas Alfanya belum pulang". Baru saja aku memasuki rumah dan langsung disambut pertanyaan dari mbok Maryam.

Mbok Maryam adalah asisten di keluargaku. Kata mamah, beliau ikut kami sejak umurku enam bulan. Mbok Maryam ini tetangga Papahku di Jepara. Ya, Papah dan mamah memang asli orang Jepara. Sebelum menikah dengan mamah, papah sudah mempunyai pabrik pembuatan meubel ukir khas Jepara, papah juga mempunyai toko meubel sendiri di Jepara. Baru setelah menikah, mereka memutuskan untuk membuka cabang toko meubel di Jakarta sekaligus pindah tinggal di sini.

Usaha papah pun berhasil, toko meubelnya di Jakarta berkembang pesat dan bahkan bisa membuka cabang satu lagi. Setelah 2 tahun menikah, barulah aku lahir. Dan mbok Maryam dipekerjakan untuk mengurus rumah dan menemani aku ketika papah mamah sedang keluar.

"Gak tau. Eh mbok, mamah di mana yah," tanyaku balik

"Ibu pergi ke minimarket di depan, Mas. Mau beliin mba Gea es krim. Soalnya dari tadi minta dibeliin terus." Gea adalah adikku. Umurnya baru delapan tahun, dan dia sangat dimanja sama mamah. Maklumlah, anak terahir dan cewek sendiri.

"Berarti Gea nya ikut?"

"Iya mas."

"Ya udah mbok, makasih." Pungkasku.

Setelah berbincang dengan mbok Maryam, aku berlalu pergi ke kamarku. Langsung ku rebahkan tubuh di atas kasur yang empuk. Rasanya nyaman sekali bisa berbaring dikamar sendiri dengan tenang. Ku buka aplikasi pemutar musik dan langsung ku cari lagu kesukaanku ketika santai, Lucky man - mocca

Ku pejamkan mata sambil mendengarkan lagu yang santai ini. Tapi entah kenapa tiba-tiba aku teringat Alya. Yaa, Alya yang sedang tersenyum, Alya yang sedang cemberut, Alya yang sedang melamun, dan Alya yang sedang mengucir rambut memakai jepitan rambut warna merah miliknya.

Ia cantik sebagai remaja usia 17 tahun yang make upnya tak tebal seperti tante-tante.  Ia cantik sebagai anak rumahan yang tampil seadanya ketika kita bertemu. Dan ia cantik sebagai gadis yang tak suka bicara banyak pada orang yang tak dekat dengannya.

Alya adalah sosok murid yang patut diteladani oleh siswa lain. Sementara aku? Banyak guru yang pernah memasukanku ke dalam ruangan BK.

"Alfi" ku dengar ada suara Alya memanggil.

"Paling cuma perasaanku" bisikku dalam hati.

"Alfi... dipanggil kok diem aja"

"Eh gila ini suara Alya beneran"

Benar saja, pas ku buka mata ternyata memang ada Alya lagi berdiri. Dari mana Alya masuk? Kapan datangnya?

"Eh kamu beneran ternyata. Kirain cuma perasaanku doang" ucapku pada Alya.

"Iya nih, aku bosen dirumah. Makanya aku kesini."

"Tapi kamu masuk lewat mana? Emangnya di depan nggak ada mama?"

"Alfi, aku tuh kangen tau" ucap Alya tanpa menjawab pertanyaanku

"Kangen apa?"

"Kangen kita yang dulu, waktu masih SD. Kita main bareng, ke sekolah bareng, bahkan maju pentas pun bareng. Aku, kamu, sama kakakmu" curhat Alya dengan nada kerinduannya.

"Aku juga kangen sih, tapi kan kamu juga tau kalau sekarang tuh udah beda. Udah nggak bisa disamain kayak dulu lagi"

"Beda kenapa?"

GALVANOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang