[5] Misi Sederhana

39 18 0
                                    

"Kau tak perlu tau latar belakangku.
Yang terpenting sekarang kau temanku, tak mungkin aku berbuat jahat kepadamu."
-Angger-

***

Nafasku masih menderu saat memasuki kamar. Sebenarnya aku cemburu setiap kali melihat Alya dan Alfa berduaan-bukan, bukan hanya pada Alfa, tapi pada semua laki-laki yang dekat dengan Alya-tapi aku bisa apa? Aku bukan siapa-siapa, hanya seorang sahabat yang akan selalu menghibur saat dia patah hati, dan akan ikut bahagia saat ia bahagia. Jujur aku sangat bahagia tiap melihat Alya bahagia, namun tak bisa dipungkiri dalam hati kecil aku merasa marah dan cemburu. Ah entahlah, aku paling tak suka situasi ini.

Ku rebahkan tubuh di atas kasurku yang empuk sembari menunggu nafasku normal kembali. Sejenak terdiam, aku langsung teringat misi dari Angger. Langsung ku ambil handsfree yang aku simpan dalam tas sekolah. Aku mendengarkan sebentar dan langsung faham, cukup sederhana. Tak mau lama-lama, aku pun langsung mempersiapkan peralatannya.

"Fi!" ucap Alfa mengagetkanku. Aku baru sadar kalau pintu kamar belum ditutup.

"Eh Fa, gimana? Alya pulang bareng lo kan?"

"Iya, aman. Tenang saja." Alfa langsung berlalu dan pergi ke kamarnya sendiri.

Aku langsung bersiap kembali selepas Alfa pergi. Berhubung nanti malam acara formal, jadi aku sudah menyiapkan setelan jas blazer kesukaanku. Aku mengenakan celana jeans warna hitam, kaos pendek warna putih polos, dan mengenakan setelan jas blazer warna hitam yang bermotif bunga mawar berwarna putih di bagian punggung kiri atas. Rasanya setelan ini sangat cocok untukku.

Pakaian sudah dikenakan, rambut sudah disisir, dan parfum sudah disemprot. Tinggal mengemas peralatan yang harus dibawa. Semuanya aku letakan diatas dipan, ada ponsel, handsfree, kotak hitam, sisir, hair color spray temporer, pomade, handuk kecil, lipp balm, eye liner, dan yang pasti gitar akustikku. Jangan heran jika aku membawa beberapa alat make up.

Dulu waktu aku mendapat misi kedua dari Angger, dia membelikanku alat-alat make up tersebut. Katanya, saat melakukan misi penampilanku harus berbeda dengan penampilan hari-hari biasa. Katanya sih supaya aku tidak mudah dikenali. Waktu itu Angger sendiri yang meremake wajahku. Dari mulai kulit, mata, bibir, sampai rambut. Karna hal itulah aku mulai belajar dan sekarang bisa meremake sendiri.

Semua peralatan aku masukkan kedalam tas pinggang milikku, dan gitar aku masukkan kedalam tasnya sendiri. Semua sudah siap, jam sudah menunjukan pukul 18.30 WIB. Acara dimulai pukul 20.00 WIB, aku harus datang lebih awal untuk bersiap-siap.

Tas pinggang ku selempangkan di dada didalam jas, dan tas gitar aku tenteng. Malam ini aku mengenakan sepatu sneakers warna putih. Sekejap aku berkaca, "ganteng juga lo Alfi," gumamku sambil tersenyum sendiri. Kunci motor sudah ditangan, tinggal turun dan berangkat.

"Alfi, kamu mau kemana?" Tanya mamah di dapur saat melihatku menuju garasi.

"Alfi mau manggung mah," jawabku singkat.

"Kamu tidak makan malam dulu? Ini sudah matang loh, papah juga sudah pulang."

"Nggak Mah, Alfi makan malam disana."

"Ya udah, kalau bisa pulangnya jangan sampai tengah malam yah."

"Iya Mah, Alfi berangkat dulu," pungkasku sambil berlalu menuju garasi.

Baru saja aku mau mengenakan helm, tiba-tiba ada yang meneleponku. Ternyata si Dika.

"Apa Dik?"

"Eh Fi besok kan hari minggu, kita latihan band di studio yg biasa."

GALVANOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang