[3] Tiga Sahabat

59 23 9
                                    


"Jangan lupa banyak-banyakin baca buku, siapa tau nanti bisa baca perasaan orang lain"

***

Hawa pagi yang dingin lembut menyentuh kulit. Meraba dan membisikkan kata, "harimu tergantung pagimu."

Suara penyiar radio menemani pagiku kali ini. Aku sudah bersiap, memakai seragam sekolah dan menyiapkan tas sekolah. Tinggal ku sisir rambut dan menyemprot tubuh dengan minyak wangi, lalu turun kebawah untuk makan.

Aku menyisir rambut seperti biasanya, bagian depan kubiarkan menjuntai terbelah. Bisa dibilang seperti tokoh Jack dalam film titanic yang diperankan oleh Leonardo DiCaprio. Aku memang sangat suka film Titanic, dan sengaja meniru gaya rambut dari Jack. Dan kebetulan wajahku ini cocok dengan gaya rambut itu.

Semua sudah siap, saatnya aku turun ke bawah dan sarapan. Baru saja ku buka pintu kamar, aku langsung berpapasan denga Alfa. Kamar kami bersebelahan, dan kamarku yang paling dekat tangga. Jadi setiap kali Alfa keluar masuk kamar pasti melewati kamarku. Hanya senyuman hambar yang terumbar saat kami berpapasan.

Tak ada suara.

Semenjak SMP kami berdua sudah mulai renggang, karna aku mulai bosan setiap kali dibandingkan dengan Alfa. Dan semenjak SMA kami semakin jauh, karna aku dan papah sering ribut gara-gara papah selalu membandingkan aku dengan Alfa. Aku mulai menghindar dari Alfa, dan Alfa juga mulai merasa canggung.

Aku mulai menuruni tangga. Di luar sepertinya sudah ramai orang-orang berangkat sekolah ataupun berangkat kerja. Ku lihat di meja makan tak ada papah.

"Alfi sini cepat makan, udah siang loh nanti terlambat ke sekolahnya. Papah udah berangkat tadi, katanya ada janji mau ketemu sama klien," tutur mamah panjang lebar. Aku hanya mengiyakan perkataan mamah. Kami makan seperti biasa, ada mamah, Alfa, aku, dan juga Gea.

"Eh Fi, toko buku di deket lampu merah itu lagi ada diskon loh. 20-40% kalau nggak salah. Banyak buku-buku baru juga katanya. Kamu nggak mau kesitu?" Ucap Alfa memecah keheningan.

"Kayaknya menarik. Mungkin ntar pulang sekolah mau mampir. Kamu sih mau kesitu?"

"Belum tau juga. Kalau sempet ya mampir"

Kami dilarang memanggil lo gue saat di rumah, papah dan mamah yang ngelarang. Jadi selama di rumah aku selalu manggil Alfa dengan sebutan kamu. Aku juga tidak pernah manggil Alfa kakak, sebenarnya pernah, dulu waktu masih kecil. Hingga akhirnya aku merasa tak perlu memanggil Alfa dengan sebutan kakak lagi.

"Alfa, kamu hari ini ke sekolah naik apa? Naik mobil kalian?"

"Iya, mah."

"Hati-hati yah kalau nyetir mobil."

Papah membelikan kami berdua mobil saat umur kami 14 tahun. Tapi aku tidak pernah pakai mobil itu saat ke sekolah, Alfa yang selalu memakainya. Aku hanya tidak ingin berangkat bareng Alfa.

Dan aku juga sudah punya motor sendiri sejak kelas 8 SMP. Aku nabung selama dua tahun untuk beli motor retro incaranku. Akhirnya pas kelas 8 SMP aku bisa membeli motor retro jenis Royal Enfield Bullet 350 dengan bantuan tambahan uang dari papah. Aku bisa membujuk papah untuk membelikan motor itu karna aku tidak ingin dibelikan mobil. Alhasil mobil itu dipakai Alfa, dan papah menambahiku uang buat beli motor itu.

Meskipun motor yang kubeli itu second, tapi aku sangat senang karna itu adalah motor impianku. Motor retro warna hitam dengan paduan warna coklat dan sedikit silver.

"Mah, Alfa berangkat dulu yah." Alfa pamit berangkat sekolah terlebih dahulu. Sedangkan aku masih menghabiskan sarapan pagi yang damai ini.

"Iya nak, hati-hatinya nyetirnya. Alfi kamu makannya jangan lama-lama yah. Nanti telat loh"

GALVANOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang