Siang yang cukup terik, matahari terlalu bersemangat untuk bersinar yang mengakibatkan suhu menjadi lebih panas dari biasanya.
Mungkin duduk di bawah salah satu pohon yang berada di taman adalah pilihan yang tepat. Udara segar yang dihasilkan dari proses fotosintesis mampu membuat siapapun betah bertahan lebih lama di bawahnya, apalagi ditemani semangkuk es oyen.
Seandainya ia mampu seperti pohon, mampu membuat manusia itu bertahan, berlama-lama didekatnya ditengah-tengah udara panas. Menjadikannya tempat favorit untuk berteduh serta sandaran untuk melepas lelah, yaaa... meski sifatnya hanya singgah.
Sayangnya ia Nokia, bukan pohon. Pohon ketika berfotosintesis mengeluarkan oksigen yang bermanfaat tetapi Nokia setelah mengisi asupan untuk hidup -makan- ia hanya mampu mengeluarkan...
"Tai," gumamnya sambil memakan sebutir cilok yang ia bawa dari rumah. Pandangannya masih tertuju pada sebuah pohon mangga yang tak jauh darinya, lebih tepatnya kepada sepasang sejoli yang tengah menghabiskan waktu bersama di bawa pohon mangga, tak lupa diantara mereka terdapat sebungkus makanan dan sebotol air. Saling menyuapi satu sama lain, berbagi cerita dan cinta.
"Emang kenyang sebungkus berdua?"
Ia membuka buku hariannya, mencoba mengalihkan perhatian ke suatu objek yang lebih berkah menurutnya. Membuka lebar selanjutnya, setelah lembar sebelumnya dipenuhi coretan-coretan kalimat cerita hari lalu. Perlahan ia mulai menulis, menulis gabungan huruf-huruf yang membentuk kata lalu kata-kata itu tersusun menjadi kalimat.
Hampir lima tahun ia menghilang, di tahun ini pula aku hampir melupakannya. Hampir saja aku lupa bahwa aku pernah mengenal sosoknya. Sepertinya ia tak rela terlupakan, hingga akhirnya ia hinggap di bunga tidurku beberapa hari terakhir. Ia memperlihatkan senyuman, senyum yang sama seperti lima tahun lalu, lebih tepatnya beberapa waktu sebelum ia menjelma menjadi pribadi asing di raga yang sama.
"Kakak, Kakak, Kak Nokia?" sebuah suara kecil nan asing mampu menghentikan aktivitasnya menulis serta mengalihkan perhatiannya dari buku diary ke pemilik suara.
"Iya, kenapa ya, Dek?"
Cowok kecil berambut lurus itu tersenyum, memberikan lima lembar tiket. Entah tiket apa tapi tiket itu tak begitu asing di pengelihatannya, ia pernah melihatnya, meski lupa dimana.
"Maaf Dek, Kakak, ga—"
"Gratis, buat Kakak."
"Gratis?"
"Iya." Si kecil masih mempertahankan senyumannya.
"Kok gratis? Kamu dapet tiketnya dari mana?"
"Dari kakak-kakak sana." Ia menunjuk ke area tempat parkir yang berada di luar taman.
"Hmm..." Nokia sedikit berfikir. "Gimana kalau tiket kamu Kakak ganti sama voucher makan di rumah makan?" tawarnya.
"Gratis, Kak."
"Atau Kakak ganti sama uang?"
"Gratis, Kakak." Ia tetap kukuh.
"Kalau gratis Kakak ga mau terima," ujarnya pura-pura cemberut.
"I–ya, Kak," jawabnya malu-malu.
"Kakak punya tiga, satu voucher bisa dapet sebungkus nasi sama minumnya. Rumah makannya deket sama kampus sekitar sini, kamu cek aja alamatnya di situ." Nokia menjelaskan secara singkat, tak lupa ia menyerahkan voucher yang ia maksud serta menerima lima tiket pemberian sang bocah.
"Makasih, Kak," ujarnya malu-malu.
Terlihat ia memasukkan voucher tersebut kedalam kota yang berisikan dagangan asongannya, ia berlari kembali ke sebuah tempat parkir diluar taman.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nokia
RandomKata orang, persahabatan antara cowok dan cewek pasti akan melibatkan suatu perasaan. Namun, kisah ini mampu membuktikan bahwa tak semua persahabatan antara cowok dan cewek selalu melibatkan perasaan yang selalu dibicarakan orang-orang. Buktinya, No...