Delapan

4 4 0
                                    

"Aw..." Ia meringis, memegangi kepalanya yang sakit akibat terbentur ujung jendela.

"Ngapain?" tanyanya lagi.

"Eh, Kak Nokia." Ia tersenyum memperlihatkan giginya yang menggenakan behel.

"Ngapain, Ben? Mau nyari Bio?"

"Gak jadi, Kak, takut. Tante Laras kalau marah serem banget, lebih serem dari macan laper." Betran berkata jujur.

"Jangan gitu, gitu-gitu juga bunda gue. Lagian kalau ada lo, Bunda ga bakalan marah ke lo kok."

Betran tertawa. "Tapi beneran, Kak, gue takut. Gue yang liat aja udah merinding, gimana Bio? Emang lu ga takut, Kak?"

"Jangankan lo, pocong pojok rumah gue aja langsung lari kalau denger Bunda marah."

"Jangan gitu Kak, gitu-gitu juga bunda lo," goda Betran.

Nokia berdecak, ia memutar bola matanya. "Gak Bio, ga lo, sama aja bikin kesel. Mending lo pulang aja deh," usirnya.

"Iya, Kak, gue pulang," jawabnya lesu. "Tapi sebelum pulang, boleh minta minum gak Kak? Haus." Ia mengusap-usap lehernya.

"Habis ini langsung pulang! Jangan kelayapan, udah malam!"

"Siap, Kak. Kakak, perhatian banget deh, takut aku kenapa-kenapa ya?" ia menggoda lagi.

Nokia tak memperdulikannya, ia kembali masuk kedalam rumah, namun langkahnya terhenti ketika Betran memanggilnya lagi.

"Eh, Kak."

"APA?" Nokia berbalik badan.

"Minumnya es jeruk ya, Kak. Gak usah pakai gula, nanti takut gulanya kena mental gara-gara kalah manis sama Kakak."

"Gak, ga gue kasih gula, gue kasih cabe." Nokia membalikan badan dan kembali melangkah.

"Jangan, Kak! Nanti cabenya minder, gara-gara kalah saing sama omongan Kakak. Pedes." Betran mengibas-ngibaskan tangan di depan mulutnya yang menganga.

"Request mulu. Jadi minum apa enggak?"

"Jadi lah, Kak, tapi air hangat aja, nanti kalau minum es bakalan beku aku, soalnya sifat Kakak ke aku aja udah dingin." Betran memeluk tubuhnya sendiri.

Nokia berjalan menuju meja ruang tamu, ia mengambil vas bunga yang diletakkan tepat di tengah-tengah meja. "Ngomong lagi gue lempar," ancamnya.

"Damai Kak." Betran mengacungkan jari telunjuk dan tengah, sehingga membuat bentuk huruf V.
...

Tengah malam Nokia berjalan mengendap-endap keluar kamar, ia mengambil beberapa potong brownies coklat dan jus yang berada dalam kulkas.

Cklek

Ia memasuki ruangan remang-remang itu, tak perlu waktu lama bagi Nokia untuk menemukan sakelar lampu. Ruang kamar bernuansa abu-abu kini menjadi terang, memperlihatkan dengan jelas bahwa pemilik kamar tengah tertidur pulas dengan telungkup.

"Bio, bangun!" Nokia dengan kasar memukul pundak Bio.

Bio yang masih menggunakan seragam putih-abu-abu nya mulai menggeliat, perlahan matanya mulai menyesuaikan dengan keadaan cahaya kamarnya yang lebih terang daripada sebelumnya.

"Makam! Gue tau lo belum makan," ujar Nokia. Ia juga memakan sepotong brownies yang dibawanya.

Bio yang melihat piring berisi brownies berada tepat di meja belajarnya langsung memakannya.

"Gue tau niat lo baik, tapi cara lo salah," Nokia memulai, "kalau mau dapet duit ga gini juga. Dulu, orang tuanya Bunda, Kakek sama Nenek meninggal gara-gara kecelakaan, beliau korban tabrakan balapan liar anak sekolah, mangkanya Bunda ga mau lo ikutan balapan liar."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 11, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Nokia Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang