Tuju

9 4 1
                                    

Hujan turun kian deras, senja yang memanjakan mata terpaksa tertutup awan hitam, kabut mulai bermunculan, lampu jalanan telah dinyalakan, hanya beberapa orang yang masih bertahan diluar.

Nokia dengan sweater rajut biru lebih memilih duduk di balkon kamar untuk menikmati percikan air hujan yang mengenai wajahnya. Tak peduli dengan keadaan bajunya yang mulai basah, ia masih asyik dengan lamunannya, pikirannya melayang-layang, mencoba mencerna beberapa hal dengan akal logikanya.

Masihkah ada padamu
Sedikit bayang diriku
Akankah suatu saat
Kau berubah pikiran
Dan kembali.

Suara musik terdengar dari earphone yang bertengger di telinganya. Sebuah lagu diputar untuk menemani sore ini.

Masihkah ada padamu
Sedikit cinta untukku
Akankah suatu saat
Kau kembali kepadaku.

Masih saja sama dengan keadaan lima tahun lalu, hatinya tetap enggan berpaling dari orang itu.

Memang kita t'lah jauh rasanya
Memang kita sudah tak bersama.

Seingatnya, belum ada kata putus yang terucap dari mulut salah satunya, namun perubahan sikap Borneo mampu menjelaskan semua. Borneo yang menjadi kaku dan tiba-tiba menghilang selang beberapa hari setelah pesta ulang tahunnya.

Jika memang kita ditakdirkan
'Tuk bersama s'lamanya
Cinta takkan kemana-mana
Cinta takkan kemana-mana.

Dia pergi begitu saja tanpa pamit, menghilang tanpa kabar bukan sehari, dua hari, ataupun seminggu, melainkan empat tahun lebih. Tak ada jejak yang ia tinggalkan, hanya sebuah tanda tanya besar dan segenggam kenangan yang tersisa.

Di suatu malam, Nokia dan Borneo dipertemukan oleh ketidaksengajaan, atau memang pertemuan mereka sudah direncanakan, entah yang pasti pertemuan mereka merupakan sebuah takdir.

Dert.. dert..

Sebuah panggilan masuk menghentikan lagu yang diputarnya.

"Hallo, Lan."

"Hallo, Ki. Gimana?"

"Tadi sebelum pulang gue mampir ke tempat resepsionis, gue nanya ke mba-mba resepsionis tentang orang yang bawa gue ke rumah sakit."

"Tapi yang bawa lo ke rumah sakit beneran Borneo kan?"

"Iya." Nokia mengangguk, meski Lani tak dapat melihatnya.

"Jadi lo udah dapet informasi apa aja? Lo dapet nomer handphonenya?"

"Gue ga dapet," jawab Nokia dengan perasaan sedih.

"Ya sayang banget. Lu pingsan lagi aja sana, siapa tau kali ini lo dapet nomernya," usul Lani.

"Enggak," tolak Nokia mentah-mentah. "Iya kalau dia mau nolongin lagi."

"Lah terus gimana?"

"Gini Lan, ya emang gue ga dapet nomernya tapi gue dapet alamat rumah barunya."

"What?"

"Gue tadi pas pertama kali nanya, kata mba resepsionisnya Borneo cuman ngasih namanya doang, eh pas gue mau masuk mobil mba resepsionisnya datang nyamperin gue, dia bilang kalau dia ada alamatnya Borneo."

Nokia Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang