Lima

47 32 76
                                    

"Nokia," panggil Eyang Lasmini. "Nak, bangun! Nokia!" beliau mengguncang pelan.

"Eyang?" ia membuka sedikit matanya.

"Kok tidur diluar? Ayo masuk, disini dingin."

"Hmmm..." Nokia bergumam.

Dengan keadaan setengah sadar Nokia berjalan menuju kasurnya, sesekali ia mengoceh tak jelas. Karena kurang berhati-hati dan tak membuka seluruh matanya, jari kelingking kaki Nokia bertemu dengan kaki ranjang.

"Aw," pekiknya. Dengan refleks Nokia berjongkok dan memegangi jari kelingking kecilnya.

"Nokia."

Setelah rasa nyerinya mulai menghilang, dengan perlahan Nokia kembali merebahkan diri di atas kasur, tak lupa eyang Lasmini yang langsung menyelimutinya ketika sang cucu ingin kembali tertidur.

"Eyang, tidur sini aja." Nokia memegangi lengannya, ketika beliau ingin beranjak.

"Iya, Eyang, tidur sini sayang," jawabnya dengan diiringi anggukan. "Sekarang, Nokia, tidur lagi." Beliau tersenyum lembut sembari mengusap-usap kepala Nokia.

Waktu berlalu begitu cepat. Nokia kecilnya kini telah dewasa.

"Nokia, sekarang kalau tidur masih suka kebangun tengah malam?" beliau bertanya, sekaligus ingin memastikan keadaan sang cucu.

"Udah enggak, Eyang, udah dapet setahun lebih..." ia menjawab dengan mata yang masih tertutup, "tapi kadang-kadang juga kebangun pas lapar, mangkanya di kamar banyak makanan." Nokia tertawa.

Merasakan tak ada pergerakan lagi di kepalanya, Nokia lekas membuka mata.

"Tenang aja, Eyang, bangunnya kadang-kadang doang kok. Yang..." kalimatnya terjedah karena ia menguap. " Aahh... lewebih aa penting sekarang aku gak pernah lagi teriak-teriak pas tidur." Ia tersenyum bangga dengan mata yang kembali terpejam.

"Tidur lagi sayang, jangan lupa berdoa." Eyang Lasmini mengecup kening Nokia dan mulai mengelus kepalanya lagi.

...

Menurut Bio, Senin adalah hari yang paling menyebalkan. Pasalnya semua benda-benda yang akan ia gunakan akan menghilang, bundanya akan jauh lebih galak dari biasanya, serta waktu berjalan lebih cepat dari hari Sabtu.

"Bi, sarapannya udah jadi apa belum?"

"Belum, Den, nanti kalau sudah jadi Bibi panggil."

"Bio, bahasanya dijaga." Teriak Bu Laras yang mendengar Bio mengumpat.

"Bun, udah ketemu kaos kakinya?"

"Tadi Bunda kasih ke Ayah."

"Udah, tapi masih basah. Ini Ayah setrika biar kering," sahut pak Herman

"Kok di setrika? Nanti molor Ayah." Nokia yang baru saja turun dari tangga ikut menyahuti.

"Gapapa kak, yang penting aku gak pakai kaos kaki basah, mending pakai kaos kaki molor daripada basah, kalau pakai kaos kaki basah yang ada nanti bau."

"Bunda, Bunda, tau dasi warna biru Ayah dimana?"

"Bunda taruh di atas meja ruang tengah," jawabnya sambil memperbaiki penampilannya. "Kia, kamu berangkat jam berapa?"

Nokia yang terlihat sibuk mencari sesuatu malah bertanya balik. "Bun, tau sepatu putih ku?"

"Kalau gak salah kemarin Bunda lihat di samping jemuran."

"UDAH KETEMU BUN."

"KAKAK, BANTUIN NGERJAIN TUGAS, NANTI JAM PERTAMA DIKUMPULIN." Bio ikut berteriak. Ia panik, benar-benar sangat panik.

Nokia Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang