"Lan, lu ngapain mewek, he?" Mutya memukul pundak Lani.
"Gue tuh gak bisa diginiin Mut, itu teaternya sedih banget," suara Lani teredam dengan suara tangisannya sendiri, "lo kalau mau nangis, nangis aja, disini juga banyak yang mewek kok."
"Alay tau."
Mutya bergidik memperhatikan sekelilingnya, banyak pasangan muda-mudi berpegang tangan, tak sedikit pula yang asik bersandar di bahu pasangan menghayati tontonan. Segerombolan cewek yang saling menguatkan dengan air mata yang lumayan bercucuran, beberapa cowok yang terlihat acuh dan malah menjadikannya sebagai bahan olokan temannya yang galau. Mutya terus mengedarkan pandangan, sampai sesaat kemudian ia menyadari bahwa kawanannya menghilang satu.
"Hadeh, ini bandar bando ngilang kemana," keluhnya.
"Hadeh," Rey menirukan nada Mutya ketika mengucap kata hadeh, "udah tenang aja entar juga muncul sendiri tu anak."
"Permisi Kak, permisi." Disisi lain Nokia yang berusaha mencari keberadaan para spesiesnya merasa kesulitan karena keadaannya yang berdesakan, belum lagi penerangan di taman yang sedikit redup. "Permisi numpang lewat, permisi Kak, permisi."
"He, jalan pakek mata," teriak seorang cowok ketika Nokia tak sengaja menabraknya saat hendak berciuman dengan cewek yang tengah bergelayut manja di salah satu lengannya.
"Ngomong pakek mulut, Jalan pakek kaki, mata buat ngeliat. Masnya kalau mau obral mulut jangan disini, liat kondisi, malu udah tua masih aja kayak bocah," balas Nokia menggebu-gebu.
"CEWEK SINTING, mana ada bocah mau ciuman."
"Isshh..." Nokia bergidik, lebih baik ia kabur untuk melanjutkan pencariannya daripada harus meladeni orang yang tak tau fungsi mata.
"Permisi Kak." Nokia mulai membelah lautan manusia lagi. "Per—"
"KIA." Gea yang pertama melihat Nokia dengan ekspresi ling-lung nya di sekian banyak orang.
"NOKIA." Mutya ikut berteriak.
"NOKIA... Nok... Ki... Aaaa." Siapa lagi kalau bukan Lani yang air matanya masih setia bercucuran.
"KIA SINI." Rey, Gea, Lani, serta Mutya berteriak kompak, mereka terus berteriak, namun seolah tuli Nokia tak segera menghampiri mereka. "NOKIA."
"HP JADUL."
"NOK, NOKIA."
"KI."
"WHE." Seketika mereka berempat terdiam tak bergerak namun tetap bernafas. "Jangan teriak-teriak, berisik banget mbak," tegur seorang cowok dengan rokok yang diletakkan di telinganya.
"Tinggal samperin aja ngapain pakek acara teriak-teriak, emang cewek-cewek rempong," ujar cowok dengan wajah sangar nya.
Rey menelan ludahnyanya. "Gue cowok, Bang."
"Buset, gue kira cewek semua, baru tau gue ada cowoknya," ujarnya pura-pura kaget.
"Tipe-tipe orang kalau diajak keluar paling nyusahin, ya kaya ni orang berempat. Rempong," ejek cowok lainnya.
"Sembarang lo kalau ngomong," ujar Mutya tak mau kalah. "Gue tonjok baru tau rasa lo."
"Udah lah, Mut, mending kita kesana." Lani menarik lengan Mutya, mencoba melerainya. "Kita samperin si Kia, sebelum dia ngilang lagi."
"Mending pergi deh mbak, daripada di sini ganggu kesehatan telinga."
"Awas lu." Mutya memberontak dari gandengan Lani.
"Udah Mut, ayoo." Lani tetap berusaha menyeret Mutya, meski yang diseret memberontak. "Ayo, berat banget kayak nyeret kebo."
"Lepas," Mutya menyentak tangannya, "gue bisa jalan sendiri." Ia berkata ketus.
![](https://img.wattpad.com/cover/254973595-288-k775965.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Nokia
RandomKata orang, persahabatan antara cowok dan cewek pasti akan melibatkan suatu perasaan. Namun, kisah ini mampu membuktikan bahwa tak semua persahabatan antara cowok dan cewek selalu melibatkan perasaan yang selalu dibicarakan orang-orang. Buktinya, No...