"Kasih gue kesempatan buat bikin sisca move on."
Haechan tersenyum mendengar ucapan Woojin. Keduanya saat ini masih berada di kantin, di meja yang sama. Bedanya semua orang sudah pergi kembali ke kelas, karna sebentar lagi jam istirahat selesai.
"bukannya lo egois? Kalo ngga biarin sisca buat jalanin hubungan baru sama orang lain."
"Waktu kalian masih pacaran aja lo dibiarin jalan sama yang lain, sama sisca. Masa lo ngga biarin dia jalanin hubungan baru sama orang lain, selain lo? Apalagi sekarang kalian udah putus." lanjut Woojin membuat Haechan berpikir.
Sisca itu, memang kelewat baik anaknya. Bucin dengan bodoh beda tipis soal percintaan. Padahal dulu bukan rumor belaka Haechan jalan dengan kakak kelasnya atau adik kelasnya saat masih berpacaran dengan Sisca. Tapi apa cewek itu pernah marah? Bahkan, mempertanyakan kebenaran gosipnya saja tidak pernah. Sampai dibuat bingung Haechan. Mempertanyakan, cewek ini benar - benar sayang atau tidak dengannya?
Awalnya Haechan juga hanya iseng jalan dengan Seryl, seperti jalan dengan beberapa cewek lainnya. Mengisi kebosanannya dalam hubungannya dengan Sisca.
Lalu, Haechan seperti mendapatkan hal baru dengan Seryl. Perdebatan emosi yang sama sekali tidak pernah ditemukannya dari Sisca membuatnya berpikir untuk memutuskan cewek itu. Apalagi saat itu mereka seperti benar - benar jauh. Bertukar kabar seadanya. Sisca tidak pernah protes. Jujur, ia berharap cewek itu akan menghampirinya dengan menyerbunya 1001 pertanyaan alasannya berubah.
Nyatanya, tidak.
Menurut Haechan perdebatan emosi dalam sebuah hubungan itu, penting. Apalagi bagi kebanyakan cowok. Mereka itu pemburu, sudah sewajarnya begitu. Ketika dirasa terlalu mudah mangsanya, mereka akan cari yang lebih sulit untuk ditangkap.
Nah, Sisca ini saat bersama teman - temannya mungkin bisa mengimbangi energi mereka yang ekstrovert. Tapi, ketika dalam hubungan. Cewek itu cenderung introvert. Haechan mungkin mengetahui kebiasaan Sisca karna sering memperhatikanya, tapi ia tidak tahu kehidupan cewek itu selain memiliki seorang Ibu single parent dan satu kakak laki-laki.
Haechan sejujurnya sayang, sangat sayang dengan Sisca. Tapi dia ragu, Sisca juga merasakan hal yang sama terhadapnya.
Tapi, kejadian semalam merubah semua keraguan Haechan. Melihat bagaimana cewek itu berlari, dan memeluknya erat. Saat itu juga ia merasa melakukan kesalahan paling fatal dengan memutuskan cewek itu.
Haechan bangkit dari posisinya. Melihat itu Woojin mengangkat salah satu alisnya, apa dia hendak pergi begitu saja tanpa menjawab?
"Gue kasih kesempatan. Asal lo janji ngga macem-macem sama dia." ucap Haechan, sebelum melangkah pergi meninggalkan Woojin.
Kalau kamu berhasil move on. Itu artinya karma buat aku, an.
Kehilangan pacar sebaik kamu. Sesabar kamu, sepengertian kamu.
Secantik kamu, pastinya. Ngga ada senyum yang lebih manis dari senyum kamu.
Bibir kamu yang selalu malu - malu tersenyum didepan aku.
Haechan tersenyum.
Disebrang sana ada Sisca yang tengah menatapnya, belum kembali ke kelasnya.
Cewek itu melangkah menghampirinya, mengambil salah satu tangannya untuk menerima pemberiannya.
"Dari sekian banyak hal yang aku tau tentang kamu. Kamu paling suka cokelat ini." ucap Sisca memberikan cokelat bola yang digemari Haechan.
"Makasih udah belajar banyak hal tentang aku. Hafal kebiasaan aku. Kamu orang pertama yang bikin aku ngerasa sangat dispesialkan orang lain. Makasih, hyuck."
"Maaf, kalo selama jadi pacar kamu aku ngga bisa memenuhi ekspetasi kamu." Sisca tersenyum, sebelum berbalik untuk melangkah kembali ke kelasnya.
Haechan bisa saja menangis kalau tidak mengingat ini di sekolah.
Sial. Cowok itu tidak pernah merasa sebodoh ini dalam hidupnya.
Kepala tertunduk menatap cokelat pemberian Sisca ditangannya. Senyumnya seakan menertawakan kebodohannya.
Bukankah ini terlalu cepat untuk menjadi hari penyesalannya?
°°°
KAMU SEDANG MEMBACA
[1] Mantan (END)
Fanfictionft. Lee Haechan a trilogy universe #1 Ex isn't a bad thing, tho. Or maybe cz it's Haechan and Sisca are okay with that. [start: 26 Desember 2020] [end: 17 April 2023 ] © asasa_