;FIVE

26 4 0
                                    

"Mas," panggil Sisca sambil mengubah posisinya, yang tadinya tengkurep jadi telentang. Kepalanya menoleh menatap ke arah Jaehwan.

"Hm?" saut Jaehwan yang saat ini tengah fokus pada laptopnya yang berisikan tugas kampusnya.

"Sebel deh, masa setiap hari ketemu haechan. Iya sih, satu sekolah. Tapi bangunan sekolah tuh, luas banget. Kenapa tiga hari berturut - turut ini ketemu terus sebelum pulang??" curhat Sisca tentang keresahannya selama beberapa hari ini.

Jaehwan yang tadinya tengah fokus mendadak menoleh menatap adiknya itu mendengar nama Haechan disebut. Oh, tentu saja ia tau sosok cowok satu itu. Cukup kenal baik karna selama mereka berpacaran, Sisca selalu terbuka dan menceritakan segalanya padanya.

"Trus? Dia masih suka ngasih susu ke kamu??" tanya Jaehwan,

Sisca berfikir, seingatnya sih, tidak. Setelah jadi mantan hanya sekali saat dikantin waktu itu kalau tidak salah.

"Enggak. Waktu dikantin itu pertama dan semoga terakhir, sih."

Jaehwan menatapnya, menunggu lanjutan ceritanya. Lantas apa yang mengganggunya, kalau bukan lagi tentang susu?

"Mas. Kayaknya bener ngga sih, aku harus cari orang lain buat move on?" ujar Sisca,

"Ginih, dek. Sebenernya move on dengan cara cari orang baru ngga konotasinya selalu buruk. Bukan berarti kita memanfaatkan orang, walaupun itu benar adanya. Tapi, coba pikir, kita bisa melupakan beberapa memori yang baru aja kita lakuin kenapa? Karna kita ngelakuin aktivitas baru."

"Nah, sama dengan move on dari mantan. Kalo kamu sendiri masih stuck disitu aja, pastinya bakalan kepikirannya cuma dia. Inget yah, bukan berarti mas bebasin kamu buat jalanin hubungan sama banyak orang. Nggak gituh,"

"Astaga, iya, mas." sela Sisca yang membuat Jaehwan tersenyum dan mengusak kepala adik perempuannya itu.

"Mas, percaya kok, sama kamu."

Jaehwan membuka ponselnya, "kamu mau ikut mas ngga minggu ini??"

Sisca menoleh, "kemana?? Eh, tapi aku udah ada janji duluan sih, sama kak woojin." ujarnya mengingat tempo hari lalu kakak kelasnya itu mengajaknya jalan secara terang-terangan.

"Oh, yaudah. Mami juga ngabarin minggu ini katanya dia pulang."

"Serius??!!" Sisca yang tadinya terlentang itu sontak tengkurap sangat excited mendengar kabar maminya akan pulang.

"Iya. Makanya kalo mami chat tuh, dibales. Sibuk galau, sih." ujar Jaehwan dengan tertawa meledek Sisca yang kini wajahnya sudah merenggut kesal.


°°°

Disisi lain ada Haechan yang tengah pusing mengacak rambutnya, frustasi.

"Lo nggak bisa yah, hargain gue sekali? Gue ini cowok lo." ujarnya dengan nada penuh penekanan.

Seryl memutar bola matanya malas. Begini sifat Haechan yang dibencinya, terlalu lebay dalam menanggapi segala hal. Padahal hubungan mereka tidak serius, kenapa terkesan serius?

"Ryl. Walaupun kita ngga serius, seenggaknya lo bisa jaga sikaplah. Masa hampir setiap menit gue dapet kabar dari orang lo deket si ini lo lagi sama si ini."

"Chan. Lo sendiri tau gue kayak apa, sebelum-sebelumnya juga ngga apa, lo setuju sama sikap gue yang friendly?"

Haechan tertawa. "Lo bedain being friendly sama centil, ryl. Sikap lo tidak mencerminkan cuma being friendly."

"Kenapa gue mempermasalahkan ini sekarang? Karna gue capek. Gue malu."

Seryl menyipitkan kedua matanya, "Sorry? Malu?? Lo malu punya cewek kayak gue??"

Haechan mengangguk.

"Wah, padahal lo yang dateng ke gue."

"Gue, yang dateng ke lo?? Lo lupa ryl, seberapa rajin lo nyapa gue waktu gue baru pacaran sama sisca?"

"Yah, itu gue cuma bersikap ramah. Kenapa lo baper."

"Ramah?? Wah.... " Haechan tidak habis pikir dengan sosok yang sedang dihadapinya ini.

"Kayaknya gue beneran gila udah ngambil keputusan ini." ujar Haechan sebelum menendang kaki kursi didekatnya dan melangkah pergi keluar darisana.

An..

An

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
[1] Mantan (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang