"Kabar baik?"
Sisca memukul Viola ketika mendapati sahabatnya itu yang berbicara. Karna terlalu fokus pada ponselnya cewek itu sampai tidak menyadari kedatangannya.
"Apaan sih, la."
Viola menarik salah satu bangku untuk duduk disamping Sisca. "lah, abisnya lo senyam-senyum liat hape. Makanya gue tanya, kabar lo baik? Kemaren-kemaren kerjaan lo ngelamun."
Nah, sejujurnya Viola ini juga perhatian, suka memperhatikan hal-hal kecil yang dialami teman - temannya. Makanya dia selalu sadar akan perubahan suasana hati Sisca. Yah, dia juga orang yang membuat Sisca spesial, tapi beda tempat dengan Haechan. Cowok itu eksklusif.
"Yah, gituh. Nggak perlu gue jelasin, kayaknya lo juga tau. Kak woojin kan curhat sama lo bukan?" jawab Sisca yang mana mendapat anggukan kepala dari Viola.
"Iya. Lo tau pasti karna jeno hampir berantem sama woojin kan?"
"Iya. Nebak aja alesan kak woojin ngobrol sama lo mulu, walaupun kalian temenan. Kuping gue berasa panas soalnya." ujar Sisca yang mana kali ini mendapat pukulan kecil dilengannya. Kalau Viola memukulnya dengan tenaga yang pasti meninggalkan bekas.
"Bisa aja, lo."
Sisca mengernyit, bingung. Jeno yang 24/7 disamping Viola mengikuti cewek itu seperti peliharaan kemana tidak terlihat?
"Cowok lo alias peliharaan lo kemana?"
"Kan sibuk pemilihan ketua basket. Alhamdulillah gue punya waktu sendiri." ujar Viola membuat Sisca tertawa.
"Si letta makin sibuk aja buset, ngalahin presiden. Heran gue. Apa bangkunya gue jual aja yah, ngga dipake juga ngga pernah masuk kelas." lanjutnya,
"Sembarangan lo! Diomelinlah menjual barang milik sekolah. Lagian maklumin aja sih, mau pensi." ujar Sisca memaklumi sibuknya para anggota OSIS apalagi Letta yang posisinya sekertaris.
"Kantin, yuk." ujar Viola,
"Ngapain?"
"Cari cowok. Ya, cari makanlah gila."
Sisca tertawa, sebelum bangkit dari posisinya dan menggandeng tangan Viola. Jarang - jarang ini Viola yang datang ke gedung IPA. Biasanya Sisca yang rajin ke gedung IPS.
Yah, tau kan Jeno sangat amat posesif membuat Viola kehilangan banyak teman cowoknya. Jadilah disini cewek itu sekarang. Huh, dasar. Kalau butuh baru datang. Sisca juga sih, ehehehe.
"Btw, lo sama kak woojin serius yah?" pertanyaan Viola membuka obrolan mereka yang akan mengisi sepanjang perjalanan menuju kantin.
"Keliatannya?"
"Serius, sih. Tapi emang lo udah move on, yah. Secara gue tau banget lo ngga mungkin semudah itu move on. Apalagi move on dengan cara cari yang baru kan bukan lo banget."
"Dibanding fokus move on. Gue lebih memilih buat berdamai, sih. Ngelupain emang susah, tapi berdamai mungkin lebih mudah?"
Viola mengernyit, bingung.
"Ketika gue udah berdamai yang pasti gue ngga punya masalah buat liat haechan sama yang lain. Gue pun akan fokus sama hubungan baru gue. Menurut gue, setelah satu tahun lebih kita jalanin hubungan, ngga mungkin buat gue bisa ngelupain gituh aja. Butuh proses yang pasti ngga sebentar."
"Makanya, saat ini gue masih mencoba untuk berdamai dengan keadaan. Membiasakan diri dengan status kita yang udah mantan. Ngurangin waktu mikirin dia, penasaran kabarnya, kepo urusannya."
"Adanya kak woojin mengalihkan semua hal yang tadinya gue tujukan buat haechan beralih ke dia. Mirip sih, metodenya dengan cari yang baru. Emang dasarnya gue aja yang suka jilat ludah sendiri." ujar Sisca yang langsung disambung dengan tawanya.
Viola tentu saja tertawa. Mengingat bagaimana mendengar sahabatnya ini menolak move on dengan cara cari yang baru, seakan cara itu tidak benar, karna memanfaatkan orang lain untuk dijadikan pelarian.
"Yah, sebenernya enggak salah. Karna disini lo jalanin metodenya dengan orang yang udah lo yakini. Kalo cuma buat coba-coba biar cepet move on, itu yang salah."
"Bangga deh, gue sama lo." ucap Viola tiba - tiba membuat Sisca merinding.
"Jangan gila lo."
"Lah? Bukannya emang."
Keduanya tertawa sampai terbahak - bahak sepanjang koridor. Tidak memperdulikan tatapan dari beberapa orang disekitar mereka yang melihat penasaran, bingung apa yang ditertawakan.
"OMG! LETTA!!!" teriak Sisca tiba-tiba mendapati keberadaan sahabatnya yang satu lagi itu dengan wajah lesunya.
"Gue move on aja kali yah?" ucap cewek itu ketika dihampiri Sisca dan Viola.
"Hah? Move on dari gebetan lo??"
Letta mengangguk. "Gue ngga sanggup dengan ketidakpastian ini. Kayaknya bener deh, cowok kalo beneran suka ngga bakalan bikin kita bingung."
"Jangan langsung move on. Mending lo coba berdamai dulu." ujar Viola membuat Sisca tertawa dan mendorong cewek itu sampai bergeser.
Letta yang tidak mengerti menatap kedua sahabatnya, bingung.
"Ini ta, metode move on sisca. Berdamai dulu dengan keadaan." jelas Viola pada Letta.
Sisca menghela napasnya. "Iya, ta. Daripada lo bingung juga dan bilang move on, tapi nanti gagal. Mending nikmatin keadaannya. Kalo dia baik, lo bales baik. Kalo dia pergi, gausah lo cari. Dan jangan kepo sama kabarnya."
"Hmm, iya juga, sih."
Sisca menggandeng Letta juga sebelum menarik kedua sahabatnya itu ke kantin. "Jangan galau lah. Biar galau jadi kerjaannya milea aja, jangan kita."
Mereka bertiga tertawa secara bersamaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
[1] Mantan (END)
Fiksi Penggemarft. Lee Haechan a trilogy universe #1 Ex isn't a bad thing, tho. Or maybe cz it's Haechan and Sisca are okay with that. [start: 26 Desember 2020] [end: 17 April 2023 ] © asasa_