Kafe yang sedang ramai membuat Heejin dan beberapa karyawan nya sibuk. Mereka mondar-mandir mengantar pesanan dan meracik kopi.
Wangi kopi semerbak menguasai indera penciuman membuat rileks otot dan saraf yang semula tegang.Seorang lelaki dengan jas hitam dengan kaos turtleneck berwarna coklat tua duduk di meja pojok ruangan. Ia mengotak-atik ponselnya untuk memeriksa apakah berkas dari sekretaris Lee sudah masuk ke email nya atau belum.
Heejin datang dengan nampan yang berisi secangkir americano. "Tuan, anda memesan americano?"
Tak ada jawaban dari pria yang tengah sibuk dengan ponselnya itu. "Maaf tuan, apakah anda memesan americano?" Heejin sedikit menaikkan suara hingga pria itu menatapnya sekilas lalu mengangguk.
Dengan cepat Heejin meletakkan secangkir americano tersebut dan pergi.Pengunjung yang ramai membuat Heejin turun tangan untuk membantu mengantarkan pesanan ke para pelanggan. Heejin meletakkan nampan di atas meja di samping mesin kopi lalu mengangkat panggilan dari sang Mama tercinta yang sedari tadi meraung-raung minta diangkat.
Heejin melepaskan apron nya lalu melangkah ke ruangannya.
"Ada apa, Ma? Sekarang kafe ku lagi ramai"
"Oh, Mama cuma mau ingetin, lusa kan mau cari cincin buat kamu, kafe mu tutup dulu ya"
"Ma, kan aku udah bilang, aku ga mau, mama maksa banget si"
"Nanti, anaknya Mama Na yang dateng jemput"
"Terserah"
Tuut,-
Panggilan terputus, Heejin mematikan panggilan sepihak. Tak sopan memang, tapi emosi lebih berkuasa saat itu membuat Heejin menutup telpon.🐼🐼🐼
Heejin menatap baju yang di siapkan sang Mama dengan geli. Pasalnya, baju yang disediakan adalah dress selutut berwarna baby blue tanpa lengan dengan perintilan mutiara di kerahnya yang berwarna hitam. "Selera Mama jelek" komentarnya. Dengan cepat Heejin membuka lemari pakaiannya, mengeluarkan baju rajut warna putih dipadu dengan celana jeans. "Lebih baik" komennya.
Heejin memoles wajahnya dengan make up tipis, tak perlu mewah karna Heejin pun tak terlalu suka memakai make up, biasanya jika sedang jalan-jalan bersama Hyunjin dan Minju ia hanya memakai bedak tipis dan lip tint berwarna peach. Setelah siap, Heejin segera turun kebawah untuk sarapan.
"Loh, kok ga pake yang Mama pilih?"
"Bukan style Heejin, Ma". Jawaban singkat Heejin membuat sang Mama geleng kepala.
"Biarkanlah sayang, tidak menolak pun sudah cukup" bela Papa. Heejin menarik kursinya dan duduk manis disana sambil tangannya sibuk menyendokkan nasi goreng kimchi dari wadah besar ke piringnya.
"Apanya yang ga nolak? Udah ditolak, tapi emang si nyonya besar pura-pura ga tau"-batinnya.
"Maaaa, ni, calon adek ipar udah datang" teriakan Jaehyun berhasil membuat Mama melepas celemeknya lalu sedikit membenarkan rambutnya. Dengan cepat menghampiri sang tamu.
"Siapa yang dateng, Pa? Adek ipar? Emang Mama ngundang Hyunjin sama Jeno?" pertanyaan Heejin berhasil membuat Papa dan Jiho yang sedang menyuapi Jaeho saling tatap.
"Kenapa si?" tanya Heejin lagi tanpa memberhentikan aksi menyuap sarapannya.
"Calon kamu lah, Bunny". Jiho memang suka memanggil Heejin dengan sebutan bunny, karna Heejin ini maniak kelinci, apapun itu jika berbentuk atau bergambar kelinci akan ia miliki.
"Calon? Aku? Siapa?"
"Eh? Trus kamu ganti baju buat apaan? Mau jalan sama Jaemin kan?" balas Papa. Heejin mengangkat alisnya sebelah.
KAMU SEDANG MEMBACA
love out louth
Fanfiction#FriendsFamilyLoveStory Perjodohan karna janji persahabatan memanglah terlalu klise di zaman yang sudah canggih ini. Tapi tak menutup kemungkinan bahwa perjodohan seperti ini masih sering terjadi. Jaemin dan Heejin menjadi contohnya. Menjalankan kis...