"Arkha ini ngebalik telornya gimana!? Nyiprat-nyiprat ini, aduh!!"
Arkha yang mendengar celotehan cowok lain yang notabenenya sudah tidak dibawah umur lagi itu hanya memutar bola matanya malas.
Iya, malas.
Akhir-akhir ini kesehatan Arkha menurun, jadi sesuai dengan anjuran Dokter Keandra yang tampan, dia harus istirahat total.
Jadi, karena Arkha sedang dalam mode princess nya, Artha-lah yang harus mengerjakan pekerjaan rumah.
Yang membuat Arkha sempat tidak percaya adalah--Artha iya-iya saja.
"ERSYA, JANGAN BUAT GUA MARAH YA!! INI GIMANA BALIKNYA KEBURU GOSONG!!"
Iya, cowok itu Artha-yang teriakannya sukses membuat kuping Arkha dan Darren pengang pagi-pagi buta.
"Ck." Arkha berdecak kemudian mengubah posisi duduknya menjadi rebahan. Maklum Arkha memang orangnya suka rebahan—bisa disebut keahlian. Passion.
"ERSYA, LO GAK JAWAB SEKALI LAGI GUA BAKAR RUMAH INI!"
Arkha tidak punya belas kasihan. Dia tidak lihat saja bagaimana Artha yang gelagapan perihal membalik telur saja. Artha tidak bisa memasak, tapi sok-sok'an memasak-ya buat siapa lagi kalau bukan untuk Arkha.
"YaAllah bang, tanggepin itu adiknya ngomong. Dari awal Darren ngaji sampai sekarang gak diem-diem bang Artha nya." Darren yang masih lengkap dengan sarung dan kopiahnya berjalan kearah Arkha sambil berkacak pinggang.
Merasa omongannya tak didengar oleh Arkha, Darren mendekat kemudian memberikan cubitan, tidak kuat-kuat amat sampai Arkha mengeluarkan kata-kata mutiaranya.
"SYIT! Sakit Darren sayang~" Arkha mengelus-elus tangannya yang tadi dicubit Darren.
"Ya Abang yang mulai. Itu bang Artha minta bantuan bukannya dibantuin! Bantuin cepet!"
"Eh, iya-iya. Abang bantuin jangan melotot gitu dong, keliatan julidnya 'kan." Arkha tidak tahan, Darren akan berubah jadi setan kalau marah.
Tapi memang dasar keluarga setan. Bercanda.
Saat Arkha baru saja menapakkan kakinya di dapur, Arkha sempat mengira kebakaran, hawa di dapur jadi panas soalnya. Tapi siapa sangka, ternyata langkahnya disambut tatapan maut yang keluar dari mata cowok yang sedari tadi memasak didalam dapur, tanpa bantuan siapapun.
"Aduh jadi merinding..." Arkha merasakan bulu tengkuknya berdiri, berasa uji nyali--pikirnya.
"Lo kemana aja? Dari tadi gua panggilin, ini jadi gosong 'kan! Semua ini gara-gara lo, kita jadi gak bisa sarapan!"
KAMU SEDANG MEMBACA
khatha [✓]
General FictionHanya ucap yang mampu mendeskripsikannya. Hanya suara yang menjadi perantaranya. Dan kata menjadi tercipta kemudian dapat menjelaskan semuanya. Namun, bagaimana jika dia kehilangan ucap dan suara? Akankah ia mampu mengucapkan sebuah kata? Walaupun b...