22 ||

2.3K 212 27
                                    

"Selamat ya Artha, kamu jadi lulusan terbaik tahun ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Selamat ya Artha, kamu jadi lulusan terbaik tahun ini. Bapak bangga sama kamu." Ucap Pak Darmo selaku kepala sekolah.

Iya, tepat satu tahun Arkha terlelap tanpa membuka mata.

Satu tahun yang sangat berat untuk Artha.

Artha bahkan tidak bisa tersenyum kala menerima medali dan piagam, sebagai tanda lulusan terbaik. Artha memilih mengatakan terimakasih seadanya, kemudian memberikan pidato, sesuai yang diarahkan panitia acara.

"Selamat siang, teman-teman semua. Saya Artha Elvano Narendra, berdiri disini untuk menyampaikan rasa terimakasih dan hormat saya kepada bapak ibu guru yang telah memberikan pengajaran kepada saya selama dua setengah tahun ini."

Artha melirik sekilas, dilihatnya Zeno dan Esa yang sedang tersenyum kearahnya.

Artha balas tersenyum sekenanya, kemudian kembali melanjutkan pidatonya.

"Dihari yang berbahagia ini, saya masih berharap bahwa ada satu orang berdiri menatap saya dari bawah sana—" Artha menunjuk kearah audience dibawahnya.

"—tersenyum lebar dengan deretan giginya yang terlihat. Saudara kembar saya, Arkha Ersya Narendra—yang sayang sekali dia tidak dapat hadir diantara kita pada siang hari ini."

"Saya pun berharap, untuk kesembuhannya dan saya berharap dia dapat sadar dari tidur panjangnya. Maaf kalau ini agak out of topic, but, Saya—" Tenggorokannya tercekat. Ada sesak yang menghimpit dadanya, ada bulir air juga yang memaksa keluar dari matanya.

"Arkha, cepet bangun ya. Kita udah lulus, masa lo mau tidur terus, mana janjinya? Katanya mau main basket bareng Sanha pas graduation, katanya mau jajan es bang Joni sama Esa pas graduation. Tapi kalo lo ga bangun gimana mau nepatin janji lo, Kha."

Artha terkekeh, air matanya luruh begitu saja tanpa aba-aba. Artha tidak membencinya, hanya kaget saja, setahun ini Artha jadi orang yang lebih emosional dibanding sebelumnya.

"Terakhir, lo juga ada janji sama gua, Kha."

Artha menengadahkan kepalanya, menghadap langit yang seolah tau perasaannya saat ini.

"Lo janji mau masuk universitas yang sama kayak gua, lo janji mau bawa gua ke makan mama, lo janji mau liburan bareng sama gua dan Darren, lo janji—hiks." Artha membekap mulutnya. Isaknya tidak bisa ia tahan, meluncur bebas seiring dengan gerimis kecil yang datang. Sudah Artha bilang tadi, sang Mega umpama tau—salah satu penikmatnya sedang ditimpa oleh lara. Berharap gerimis kecil yang datang kala matahari masih bersinar terang itu, bisa menghapus kesedihan anak lelaki yang berdiri di mimbar saat itu.

"Lo janji mau hidup lama sama gua. Kalo lo pergi, berarti lo pengecut. Lo cupu banget, Kha! Hahahaha!"

Zeno dan Esa yang sedari tadi memperhatikan Artha, turut menangis dibawah gerimis yang datang saat itu. Hitung-hitung tangisan mereka jadi tidak terlihat, tidak tau saja, mata tidak dapat pernah berbohong.

khatha [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang