o2

3K 512 74
                                    

Selamat membaca~!







Anak itu masih menangis di pelukan Hongjoong. San, anak laki-laki yang tadi mengejarnya, kini lari ke dapur berniat memanggil sang Papa. Sementara satu anak lagi yang nampak lebih kalem tiba-tiba saja sudah duduk di sampingnya sambil menatap anak dalam pelukannya.

"Maafin Wuyo, ya, Om. Dia emang cengeng " katanya.

Hongjoong tersenyum manis. Satu tangannya mengelus rambut anak itu pelan dengan tangan lain yang menahan tubuh Wuyo.

"Siapa namamu?"

"Yeosang, tapi Papa biasanya manggil Yeo atau Ocang. Kalau dia Wooyoung,"

"Yeo umur berapa?"

"Lima," ia mengangkat sebelah tangannya, menunjukkan angka lima sambil menyengir. Hongjoong yang gemas kembali mengusap rambut Yeosang.

"Wuyo temannya Yeo?"

Yeosang menggeleng, "Wuyo kembaran Yeo," Hongjoong mengangguk, sedikit terkejut dan tidak mengira kalau dua anak ini ternyata kembar. Kalau dilihat-lihat keduanya memiliki sifat yang berbeda. Yeosang kalem dan Wooyoung banyak tingkah. Muka mereka juga tidak mirip. Makanya ia menyimpulkan jika mereka hanya teman.

Tak lama San datang dengan menarik lengan sang Papa. Yunho yang ditarik hanya mengikuti langkah anak sulungnya tersebut. Tadi dia heboh melaporkan kalau Wooyoung terjatuh dan menangis di pelukan Hongjoong. Benar saja, saat dia sampai isakan Wooyoung masih terdengar meski tidak sekeras tadi. Bahkan ia masih menenggelamkan kepalannya di perpotongan leher Hongjoong.

"Wuyo sini sama Om beruang," biasanya kalau Wooyoung menangis dia akan memeluk orang di sekitarnya. Tidak berlaku untuk orang asing, sih. Makanya Yunho kaget begitu melihat Wooyoung memeluk Hongjoong erat.

Wooyoung menggeleng, semakin mengeratkan pelukannya. "Mau sama ayah," lirihnya. Hongjoong mengelus punggung kecil tersebut, menenangkan.

Yunho menghela nafas sebelum akhirnya menepuk pundak Hongjoong. Tak ada pilihan selain menurutinya, daripada menangis lagi. "Gue titip Wuyo bentar, ya? Kalau nangis emang suka meluk orang dia. Nanti bakal lepas sendiri, kok. Gue mau ambil makan buat tiga piyik ini dulu habis itu baru gue cerita,"

Setelahnya Yunho pergi, San mendudukkan diri di sisi kosong samping Hongjoong. Beberapa kali memanggil nama Wooyoung sambil meminta maaf. Dia merasa bersalah, kalau saja dia tidak mengejar Wooyoung mesti temannya itu tidak jatuh dan menangis.

Wooyoung akhirnya mengangkat kepalanya, tangannya masih melingkar di leher Hongjoong. Mata, hidung dan pipi tembam itu memerah. Gemas sebetulnya, tapi Hongjoong sadar situasi. Jadi dia memilih buat ngusap sisa air mata di pipi yang lebih muda. "Wuyo jangan nangis lagi, ya? Nanti kalau kelamaan nangis hidungnya mampet,"

Wooyoung diam tak merespon, tetapi pandangannya tetap jatuh ke Hongjoong lalu berganti ke piring berisi makan malam Hongjoong di atas meja. "Wooyoung lapar..."

Hongjoong tertawa gemas. Dia menguyel pipi Wooyoung kemudian menciumnya. Masih tak menyangka dengan kalimat Wooyoung tadi. Terlalh random.

Anak ini beneran ajaib!

***

Seonghwa bergegas keluar begitu mobilnya terparkir sempurna di parkiran D'halimun. Mengingat pesan yang dikirimkan temannya tadi, ia segera melangkah ke meja yang dimaksud. Beberapa karyawan yang mengenalnya melempar sapaan ramah, dibalas tak kalah ramah oleh Seonghwa. Dia memang terkenal ramah dan tidak pernah marah. Begitu matanya menangkap sosok yang dicarinya ia terbelalak sejenak dan tersenyum kecil kemudian.

Foirfe | JoongHwaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang