Akhir pekan ini Seonghwa bisa bersantai tanpa dikejar dokumen kerjaannya. Jam baru menunjukkan pukul enam kurang, matahari belum muncul sepenuhnya. Sekali-kali bangun siang nggak masalah, paling kembar juga baru bangun sekitar jam 8, pikirnya. Sayangnya, semua cuma ekspektasi Seonghwa saja. Kembar tiba-tiba menerobos masuk kamarnya dan menindih tubuhnya.
"PAPA, AYO BANGUN!" teriak mereka semangat diselingi dengan kecupan di seluruh wajah Seonghwa.
"Kita mau buat kukis hari ini!"
"Kukis coklat, Papa! Ayo buat!"
"Papa udah janji kemaren, ayo bangun!"
"AAAHH PAPA MELUKNYA KEKENCANGAN!"
Iya, Seonghwa yang berada di ambang gemas dan mengantuk menghentikan mereka dengan pelukan erat.
"Yeo... Wuyo... Ini masih pagi. Lihat, matahari aja belum muncul," balas Seonghwa, masih dengan suara serak khas bangun tidur.
"Tapi kalau kita nggak pergi sekarang nanti coklatnya habis, Papaa," Yeosang mengerucutkan bibirnya.
"Cococipnya juga nanti diambil orang,"
"Cokocip, Wuyo! Bukan cococip!"
"Seterah, Ocang deh!"
Seonghwa tertawa pelan, mengecup puncak kepala keduanya bergantian.
"Coklat sama choco chipnya nggak bakal habis, sayang. Om tokonya punya banyak kok di gudang. Tokonya baru buka jam 10, coba lihat jam berapa sekarang?"
Wooyoung dan Yeosang langsung menolehkan kepala mereka dan berusaha membaca angka yang ditunjukkan jam digital di atas nakas. "Jam enam. Masih lama ya, Pa?"
"Coba dihitung, sepuluh dikurangin enam berapa hasilnya?"
Keduanya sibuk menghitung dengan tangan kecil mereka sebelum menunjukkan empat jari. "Lamaaa!" seru mereka dengan nada sedih.
"Nah, karna masih lama anak Papa ini mau apa sekarang? Mau tidur lagi atau mau bantu Papa buat sarapan?"
Seonghwa tidak menerima jawaban selain pelukan erat dari keduanya. Kepala mereka sudah bersandar nyaman di perpotongan leher sang Papa. Tak berselang lama, ketiganya kembali menjemput alam mimpi.
***
"Yeosang, Wooyoung, hati-hati nanti nabrak orang,"
Seonghwa yang mendorong pelan troli setengah terisi ditinggal kembar berlari menuju rak berisi bahan kue. Mereka sudah tidak sabar untuk memilih coklat buat kukis. Yeosang sesaat kemudian sudah memegang satu bungkus coklat batang yang biasa Seonghwa pakai untuk membuat kue, Wooyoung sendiri masih berusaha mengambil choco chip yang letaknya satu rak lebih tinggi darinya. Yeosang yang terus menerus terkikik melihat usaha keras Wooyoung memancing rasa kesal si bungsu. Ia menghentakkan kakinya dan mendorong Yeosang lumayan kuat hingga terjatuh. Bukannya marah, tawa Yeosang justru mengeras.
"Wuyo pendek,"
"Yeo brisik!"
Seonghwa yang baru datang hanya menggeleng melihat kelakuan keduanya. Sudah kepalang sering melihat tingkah absurd mereka. Lihat saja, mesti Wooyoung akan merengek tidak terima tak lama lagi.
"Papaaa~ Yeosang jahat, Wuyo nggak bisa ngambil cococipnya. Bisa minta tolong ambilin?"
Seonghwa mengangguk. Setelah menaruh coklat batangan yang diambil Yeosang ke dalam troli, Ia segera mengangkat tubuh Wooyoung dan kembali menurunkannya saat tangan kecil anaknya sudah memeluk sebungkus choco chip.
"Makasih, Papa!"
"Sama-sama, Wuyo. Sekarang kita ke area buah, okey?"
Tak butuh waktu lama, mereka sudah berdiri di depan rak buah dengan kembar yang berdebat memilih buah yang akan dibeli.

KAMU SEDANG MEMBACA
Foirfe | JoongHwa
Hayran KurguHongjoong tau umur dia memang sudah waktunya untuk menikah. Pun dia memang berencana membangun keluarga tahun depan. Membayangkan dirinya dipanggil "Ayah" saja sudah membuatnya tersenyum senang. Namun, tiba-tiba dipanggil "Ayah" oleh seorang anak l...