o8

1.7K 275 12
                                    

Awalnya mereka berniat memasak di apartemen Hongjoong, berhubung itu tempat terdekat. Namun, Hongjoong menolak karena di apartemen miliknya tidak ada oven sementara mereka membutuhkan oven untuk memanggang kukis permintaan kembar. Jadilah kediaman Park sebagai pilihan terakhir, sekalian makan siang bersama.

Begitu sampai rumah, dua yang paling muda di antara mereka sudah berlari sambil menarik Hongjoong ke arah kamar mandi untuk mencuci tangan serta kaki. Baru kemarin diingatkan kembali di sekolah tentang pentingnya mencuci tangan setiap masuk ke sekolah maupun rumah. Semalam, Seonghwa bahkan dimarahin Wooyoung ketika pulang kerja langsung mendudukkan diri di sofa tanpa mencuci tangan terlebih dahulu. Seonghwa sedang mencuci tangan saat kedua anaknya berdiri di depan Jiwon menunjukkan tangan bersih mereka.

"Tante jangan lupa cuci tangan kayak Wuyo!"

Seonghwa memutuskan untuk membuat cookies terlebih dahulu. Hampir semua langkah dilakukan oleh kembar, tentu dengan pengawasan dan arahan dari sang Papa. Ia sudah menyiapkan bahannya, nanti kembar bagian menuang semua bahan satu persatu ke dalam mangkuk besar. Jiwon ikut membantu kembar memegang mixer yang cukup berat diangkat untuk anak berusia lima tahun. Setelah semua bahan tercampur rata, Yeosang dengan cepat mengambil dua sendok yang diterima Wooyoung dengan sepenuh hati. Keduanya menuang adonan di atas kertas roti sedikit demi sedikit hingga seluruh adonannya habis. Total empat loyang cookies yang mereka panggang.

Sembari menunggu cookiesnya selesai dipanggang kini gantian Hongjoong yang membuat salad. Ia sudah memotong apel, pir, dan buah lain menjadi kubus kecil saat kembar asik menuang adonan di loyang. Keju juga sudah diparut. Sama seperti tadi, kembar yang melakukan sisanya, memasukan buah ke mangkuk, menuang mayones dan brown sugar, mengaduk hingga rata, juga menaburkan keju di atasnya. Salad selesai bertepatan dengan bunyi denting oven tanda cookies sudah selesai dipanggang.

Jiwon, Yeosang, dan Wooyoung berseru senang. Mereka dengan semangat berlari ke depan oven. Jiwon sepertinya lupa bahwa umurnya kini sudah duapuluh enam, ia juga ikut melompat kecil dengan kembar saat Seonghwa mendinginkan cookies tersebut di atas meja makan. Perempuan itu tersenyum lebar, "Hongjoong aku berhasil buat cookies!"

Kalimatnya mengundang senyum di bibir Hongjoong dan tawa kecil dari Seonghwa.

Dua kembar Park sudah berlari ke kamar setelah yakin bahwa salad yang mereka buat didinginkan di dalam kulkas. Hongjoong juga ditarik bersama mereka, kata Yeosang, Hongjoong harus melihat plushie miliknya di kamar. Seonghwa menghela nafas lega, akhirnya bisa memasak makan siang dengan tenang. Jiwon sendiri mendudukkan diri di kursi meja makan, ia tidak pernah secapek ini saat membantu ibunya memasak, mungkin karena kembar juga mengeluarkan banyak energi hingga ia juga ikut mengeluarkan energi yang lebih besar. Setelah beberapa saat terdiam akhirnya Jiwon bangkit mendekati Seonghwa, ragu untuk memanggil laki-laki Park tersebut saat melihat muka seriusnya.

“Kenapa, Won? Lo butuh apa? Minum atau yang lain?” Seonghwa yang menyadari kehadiran Jiwon sedari tadi akhirnya membuka suara.

Perempuan itu tersenyum kikuk sambil menggaruk belakang lehernya. “Kak Seonghwa hmmm.. Gue boleh bantu masaknya? T-tapi gue nggak bisa bantu banyak sih, paling cuma motong sama ngaduk. Kalau Joong pernah cerita, gue nggak bisa masak."

Seonghwa tertawa mendengar racauan Jiwon. Ia membuka salah satu laci dan menyerahkan pisau serta talenan baru yang diterima dengan senang hati oleh pacar Hongjoong. Jiwon memotong sayur di bawah arahan sang pemilik rumah. Selanjutnya Seonghwa hanya membantu membumbui karena Jiwon dengan sedikit memaksa ingin menyelesaikan masakan tersebut, meski masih di bawah arahan Seonghwa. Pria Park itu jelas tidak bisa menolak dan berakhir mengizinkan Jiwon bereksperimen.

***

Perjalanan pulang ke rumah Jiwon dipenuhi perasaan senang. Baik Hongjoong maupun Jiwon tersenyum mengingat momen berkunjung ke kediaman Park tadi. Mereka bahkan baru pulang mepet senja saking betahnya.

"Gimana hari ini? Seneng?" Hongjoong memulai percakapan begitu rambu lalu lintas menunjukkan warna merah.

Jiwon mengangguk. Matanya masih terpaku pada toples cookies yang dibuat bersama tadi, Seonghwa secara cuma-cuma memberikan dua dari tiga toples yang ada. Masing-masing dapat satu. "Seneng banget. Keponakan aku nggak ada yang seasik mereka. Kebanyakan pada main hape kalau nggak diam doang."

Hongjoong menjalankan mobil kembali begitu lampu berubah hijau. Jiwon sendiri masih melanjutkan keluhannya tentang para keponakan, melenceng jauh dari topik utama mereka tadi. Maklum, para kaum hawa ini gampang banget buat melebarkan topik pembicaraan. Tenang, Jiwon balik ke topik "perasaan dia hari ini" kok.

"Aku sempat liat pas kamu bantuin Seonghwa masak. Kemampuan masakmu meningkat yaa? Kayaknya baru kemaren kamu masak telur goreng aja gosong,"

Hongjoong sempat balik ke dapur berniat membantu sang tuan rumah memasak makan siang. Namun, niatnya diurungkan begitu melihat keseriusan Jiwon membantu Seonghwa. Pacarnya bahkan bertanya banyak hal tentang tips memasak dan resep mudah yang bisa dibuat oleh pemula sepertinya. Hongjoong berakhir kembali bermain di kamar kembar.

"Aku kan cuma motong sama ngaduk, numis ini itu. Kak Seonghwa tetep yang bumbuin, makanya rasanya enak,"

"Tapi tetep aja kamu udah berkembang,"

Jiwon mendengus, tidak mau menjawab lagi. Mobil kembali dipenuhi suara penyiar dari radio.

"Won,"

"Iya, Joong?"

"Nggak kepikiran buat punya anak sendiri?"

Suasana yang tadinya hangat tadi berubah dingin hanya dengan satu kalimat. Jiwon diam. Ia sudah bisa menebak akhir dari percakapan mereka. Antara dia yang marah atau Hongjoong yang kecewa. Bisa jadi dua-duanya. Karenanya, ia memilih membuka mulut setelah melewati gerbang perumahan. Ia bisa menghentikan percakapan dengan dalih sudah sampai.

"Joong, aku tau apa yang bakal kamu omongin habis ini. Jawabanku masih sama, aku nggak bakal nikah deket-deket ini. Kakakku juga belum nikah dan keluargaku nggak mau kalau aku ngelangkahi dia."

"Kita bisa tunangan dulu, Won. Nikah setahun atau dua tahun lagi juga nggak papa."

Jiwon bisa dengar nada putus asa di sana, tapi keputusan dia bulat. Dia masih mau di status pacaran. Ia kembali menggeleng, menolak usul Hongjoong. "Makasih buat hari ini, akhirnya aku bisa ketemu bahkan masak dan main bareng sama kembar. Kak Hwa juga ngajarin masak dikit tadi." Jiwon tersenyum manis dan mengecup pipi Hongjoong sebentar, "Hati-hati di jalan, ya? Aku masuk dulu."

Hongjoong baru mau membalas perkataan Jiwon, tapi kalah cepat karena pacarnya sudah membuka pintu mobil dan menutupnya sedikit keras. Tak lama ia mendapatkan pesan baru dari Jiwon.

|Sorry, tapi aku masih belum mau buat naik ke status yang lebih tinggi dari ini.
|Plis banget joong, jangan ungkit topik ini dulu ya?
|Makasih lagi :)

Pria Kim itu mendengus kasar lalu memukul setir mobilnya. Ia kembali ditolak secara halus. Dia pikir kegiatan mereka hari ini bisa sedikit merubah keputusan Jiwon. Nyatanya sama saja. Kalau sudah begini bisa dipastikan Hongjoong akan didiamkan selama tiga hari.

Mobil Hongjoong bergerak pergi dari rumah Jiwon setelah ia berhasil meredakan emosinya. Tujuannya sekarang adalah rumah keluarga Song. Ia butuh sedikit nasehat (yang lebih mirip omelan sejujurnya) dari kedua temannya sebelum pulang ke apartemen.

Sabtu ini berawal cerah dan berakhir mendung untuk sepasang kekasih itu.

Em.teex
21.10.29








Halo haloooooo!!

Udah lama ya ga muncul. Padahal libur semesteran kemaren aku udah berkhayal buat nabung gitu biar bisa rajin update, eh malah cuma book sebelah yang kesampean. Ckckck.

Sejujurnya aku sempet bingung mau lanjutin cerita ini gimana. Alur secara keseluruhan tuh adaaaa, cuma ga bisa ditulis aja dan yah syukurnya jadi chap ini.
Itu pun scene Hongjoong sama Jiwon baru kepikiran tadi pagi, hehehe.

Makasih buat yeoshazel yang berbaik hati ngerevisi chap ini.

Makasih juga buat teman-teman yang sering ngechat di wa buat cepetan apdet. Aku sudah apdet kawan :)

Semoga chap depan bakal cepet apdet ya. Kalo bisa sih sebelum aku uts :)
Mari berdoa aku bisa nyicil.

Sehat-sehat semuaaaa!!

Foirfe | JoongHwaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang