o9

2.2K 313 81
                                    

Kembar tetap saja anak berusia lima tahun pada umumnya yang masih susah menyampaikan maksud dari emosi yang dirasakan dan berujung menjadi rewel atau menangis. Seonghwa biasa menghadapi kerewelan mereka yang muncul tidak tentu waktu tersebut. Kebanyakan ia berhasil menenangkan dan mengembalikan ke sisi ceria mereka, tetapi tetap saja tidak semuanya berhasil.

Hari ini salah satunya. Yeosang yang biasanya diam dan penurut bangun dengan keadaan rewel. Ia menolak bangun dari kasur dan terus bergelung di selimutnya. Seonghwa sempat berpikir kalau sulung Park itu sakit, mengingat betapa mudahnya Yeosang sakit, tetapi tangannya tidak merasa panas berlebih ketika menempel di keningnya. Pun saat Seonghwa tanya sakit di bagian tubuh lain Yeosang merengek dan menggeleng.

Yeosang cuma mau mendekam di kamarnya dan tidak mau pergi ke manapun.

Karena kembar selalu terikat, jelas kerewelan Yeosang menular juga ke Wooyoung. Beruntungnya Seonghwa berhasil membujuk keduanya untuk mandi dan sarapan, tetapi untuk pergi ke sekolah mereka menolak dan berujung menangis sesenggukan. Pagi itu berakhir dengan Seonghwa yang mengirimkan surat izin ke sekolahan dan membawa kedua anaknya ke kantor.

Seperti yang sudah-sudah, kembar menjadi perhatian para karyawan. Beberapa karyawan yang berani menyapa keduanya berusaha memberikan makanan manis seperti coklat dan permen. Yeosang yang malu menyikut Wooyoung diam-diam, menyuruh adiknya itu mengambil makanan manis yang disodorkan.

"Papa, boleh?" Anggukan Seonghwa dibalas dengan pekikan senang. Wooyoung segera mengambil coklat dan permen yang diberikan tak lupa mengucapkan terima kasih sebelum berlari ke Yeosang kemudian membaginya sama rata.

"Terima kasih ya," Seonghwa kembali mengucapkan terima kasih kemudian berlalu ke lift. Yeosang juga mengucapkannya dengan pelan.

Kembar Park segera berlari ke ruangan sang Kakek begitu sampai di lantai teratas. Seonghwa hanya menggeleng dan masuk ke ruangan miliknya.

"Kalau Kakek kerja kalian ke ruangan Papa aja, ya,"

"SIAP PAPA!"

Seonghwa sepertinya lupa bahwa sang Ayah akan melimpahkan pekerjaannya ke Seonghwa dan lebih memilih bermain dengan kedua cucunya jika datang ke kantor.

"Jagoan kakek hari ini nggak sekolah?"

Wooyoung menggeleng lalu menunjuk Yeosang. "Tadi pagi Ocang nangis Kakek. Nggak mau sekolah,"

"Tapi Wuyo juga nggak mau sekolah," yang ditunjuk mencebikkan bibir.

Kakek Park tertawa seraya mengusak surai keduanya. Topik obrolan mereka hanya seputar kegiatan sekolah dan topik lain yang menarik di mata anak usia lima tahun. Namun, yang membuat pria itu bingung adalah keduanya terus mengucap kata "Ayah". 

Seonghwa dipanggil Papa, dan untuk Eunwoo sendiri kembar selalu menyebutnya dengan Baba. Lantas siapa orang yang dipanggil ayah oleh cucu kembarnya tersebut? Hmm sepertinya dia harus bertanya ke Seonghwa saat makan siang nanti. Tak lupa mengabari istrinya tentang berita panas ini.

"Ocang... Nama Ayah siapa?"

"Ayah Joong!" jawab Yeosang dengan semangat. "Ocang kemarin dibeliin plushie baru, yang kelinci. Kalau Wuyo yang rubah. Ayah juga suka ngajarin gambar, gambaran Ayah bagus!,"

"Berarti Ayah baik ya?"

Yeosang mengangguk, "Baaaaiiiikkkk banget. Ayah nggak pernah marah, selalu beliin Ocang sama Wuyo hadiah. Ayah juga buat salad paling enak!"

"Ocang tau Ayah kerja apa?"

"Hmm," si sulung memasang pose berfikir, "kata Papa, Ayah kerjanya ngartiin buku gitu? Bukunya make bahasa Inggris! Kemarin Ocang sempat ngintip, hehehe,"

Foirfe | JoongHwaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang