o5

2.2K 396 70
                                    

Kalau dipikir-pikir hidup Seonghwa sedikit berubah selama sebulan belakang ini. Terhitung sejak pertemuan pertama antara dirinya dan Hongjoong. Ia punya teman baru, si kembar juga punya kenalan baru selain keluarga Song dan nilai plusnya mereka dapat sosok Ayah. Jujur Seonghwa sedikit aneh menyebutnya.

Sebulan ini juga wajah kedua anaknya terlihat lebih bewarna, lebih ceria, lebih bersinar dan lebih lainnya. Seonghwa senang melihatnya, tetapi juga sedih di satu sisi. Lima tahun ini ia yakin bahwa kembar sudah merasa cukup dengan sosok dirinya juga keluarga duo tiang. Namun, begitu kejadian di D'halimun ia sadar, Yeosang dan Wooyoung butuh sosok Ayah. Sosok yang tidak pernah mereka rasakan karna pergi duluan meninggalkan dunia bahkan sebelum mereka lahir.

Seonghwa menghembuskan nafas berat, pandangannya jatuh ke figura berukuran sedang yang sudah lama berada di ruang kerjanya, ralat ruang kerja mendiang suaminya. Itu foto pernikahan mereka. Seonghwa tersenyum manis, begitu pula dengan Eunwoo. Puas memandangi foto tersebut juga foto lain yang berada di sana, Seonghwa akhirnya menyudahi acara nostalgia tersebut. Ia harus menyelesaikan semua tugasnya agar besok bisa mengunjungi makam sang suami tanpa gangguan apapun.

Pekerjaannya selesai saat ponselnya berdering memecah hening. Panggilan masuk dari Hongjoong, tetapi Seonghwa yakin sekali kalau itu kedua anaknya.

"Halo?"

"Papa, ini Wooyoung!"  

Seonghwa tertawa begitu mendengar pekikan Wooyoung yang tidak terima saat ponsel Hongjoong direbut oleh Yeosang. Si sulung bilang ini jatahnya dia karena kemarin Wooyoung sudah menelpon Seonghwa untuk memberi kabar. Itu salah satu peraturan yang diterapkan Seonghwa jika bukan ia yang menjemput dari sekolah. "Kabari Papa kalau sudah dijemput, ya? Pinjam ponsel Ayah buat nelpon atau chat Papa, oke??"  Ini juga berlaku saat Yunho dan Mingi saat menjemput kembar.

Ah, iya Hongjoong saat makan siang bersama hari Jum'at lalu tiba-tiba saja menawarkan diri untuk menjemput kembar. Seonghwa tentu tidak keberatan. Toh, menurut cerita Yunho dan Mingi Seonghwa bisa menyimpulkan kalau pria Kim itu orang baik. komunikasi mereka selama sebulan via telepon juga baik-baik saja. Maka kemarin resmi menjadi hari pertama Hongjoong menjemput kembar di sekolah mereka.

"Ocang di sini," Yeosang terkekeh pelan. "Papa, kita udah di mobil sama Ayah. Ayah nggak mau nyalain mobil sebelum kita nelpon Papa,"

"Sekarang bilang ke Ayah kalau udah boleh jalan, kan udah nelpon Papa," Yeosang menuruti perkataan Seonghwa. Hongjoong sendiri menahan gemas melihat sulung Park yang begitu penurut.

"Mobilnya udah jalan!"

"Oke, bilang ke Ayah buat hati-hati bawa mobilnya. Jangan ngebut. Papa tunggu di lobby, ya?"

"Oke, Papa! Dadah~"

***

Awalnya Seonghwa berniat mengajak kembar untuk makan di restoran dekat kantornya, tapi Hongjoong justru mengajaknya makan siang bersama di salah satu restoran Italia. Ia menikmati zucchini lasagna-nya sambil mengawasi Yeosang yang berusaha menyuap spaghetti miliknya. Wooyoung sendiri memilih fettucini dan meminta Hongjoong untuk menyuapinya. Siapa Hongjoong sampai bisa menolak permintaan Wooyoung? Ia bahkan rela makan  setelah Wooyoung menghabiskan makan siangnya. Begitu piring mereka bersih kembar langsung menatap Seonghwa dengan puppy eyes andalan mereka.

"Papa.. Wuyo mau yang pisang,"

"Yeo mau yang vanilla,"

Seonghwa tersenyum membersihkan sisa noda saus di sekitar bibir keduanya sebelum berdiri dan menggandeng tangan mereka.

"Ayah nggak ditawari?" tanya Seonghwa. Hongjoong menaikkan sebelah alisnya begitu dirinya disebut.

"Ayah mau rasa apa?" keduanya kompak bertanya.

Foirfe | JoongHwaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang