o4

2.4K 408 46
                                    

Seonghwa hari ini tidak bisa menjemput si kembar sepulang sekolah. Ada pekerjaan tambahan yang harus ia selesaikan segera. Tidak bisa ditunda.

Biasanya dia bakal nitipin si kembar ke Gahyeon. Salah satu guru di TK mereka sekaligus adek kelasnya semasa SMA. Karena sudah kenal lama, Seonghwa bisa tenang menitipkan dua anaknya itu di rumah sang guru.

Dua puluh menit sebelum kelas berakhir, Seonghwa mengabari Gahyeon. Ia juga menitipkan permintaan maaf karna tidak bisa menepati janjinya untuk makan siang bersama.

Dari situlah awal mula Yeosang merajuk.

Yeosang sehari-hari sudah pendiam dan berbicara seperlunya, kalau ditambah merajuk sudah dipastikan dia tidak akan berbicara. Si sulung hanya akan merespon dengan gelengan dan anggukan atau kasus yang paling parah dia hanya akan diam. Berbanding terbalik sekali dengan Wooyoung yang sedang merajuk, mencari perhatian dengan terus merengek.

Sepanjang perjalanan dari TK ke rumahnya, Gahyeon dibantu dengan Wooyoung selalu mengajak Yeosang berbicara. Hasilnya sudah tertebak, Yeosang hanya diam sambil melemparkan pandangan ke luar jendela mobil. Namun, begitu ketiganya memasuki rumah Yeosang tiba-tiba menangis sesenggukan. Gahyeon segera menggendong Yeosang dan menenangkannya.

"Yeosang mau apa, hm?" tanyanya sambil membawa Yeosang mendekat ke arah Wooyoung yang duduk manis di depan tv. Yeosang sudah tidak menangis, ia termasuk anak yang mudah dibujuk.

"Makan siang sama Papa,"

Gahyeon tersenyum manis. Dia mengusak rambut arang Yeosang kembali memberi pengertian kalau Seonghwa tidak bisa menjemput. Yeosang mengangguk paham. Wooyoung yang melihat Yeosang sudah duduk tenang di sampingnya langsung memeluk sang kakak.

"Yeo, jangan nangis lagi. Tadi kan Papa sudah minta maaf."

Yeosang cuma mengangguk balas memeluk Wooyoung.

Gahyeon gemas sendiri melihat interaksi keduanya, ia mengusap kepala keduanya sayang. Guru satu itu sudah menganggap si kembar anaknya sendiri.

Syut, diam-diam saja. Ini rahasia. Gahyeon memang sudah lama menyimpan perasaan kepada Seonghwa. Semenjak SMA. Diberi kepercayaan Seonghwa untuk menjaga anaknya saja dia sudah kepalang senang. Makanya ia memanfaatkan kesempatan itu sebaik mungkin. Siapa tau Seonghwa melirik dia.

Gahyeon melirik jam yang menggantung di atas tv. Hampir mendekati waktu makan siang, ia harus segera memasak untuk mereka bertiga.

"Tante mau masak makan siang, siapa yang mau bantuin?"

"YEO MAU!"

"WOO JUGA!"

Yeosang dan Wooyoung segera berlari kecil ke arah dapur. Gahyeon yang ditinggalkan di ruang keluarga terkikik pelan. Ia hendak menyusul ke dapur saat ponselnya berdering dengan nama Seonghwa tertera di layarnya. Gahyeon segera menggeser tombol hijau di sana.

"Kalian udah di rumah, kan?"

Wanita Lee itu selalu senang mendengar nada bicara Seonghwa yang selalu lembut, tanpa sadar ia sudah tersenyum lebar dengan wajah sedikit memerah. Begitu tersadar ia segera menjawab pertanyaan Seonghwa dan melangkah ke dapur.

"Lo belum masak buat makan siang kan, Hyeon?"

Gahyeon menggelengkan kepalanya, "Belum kok, Kak. Ini baru aja mau mulai masak,"

"Syukur deh kalau lo belum masak." Seonghwa di sebrang sana menghela nafas lega. "Pekerjaan gue selesai lebih cepat, jadi gue mau ngajakin kalian makan siang di luar."

Ia tak salah dengar, kan? Seonghwa mengajaknya makan siang bersama? Mesti mereka bakal terlihat seperti keluarga kecil bahagia.

"Sorry mesti lo salah paham. Maksud gue gini, salah satu.. Hm, temen gue mau ngajak makan siang si kembar. Barusan aja dia nelpon. Gue udah bilang kalau kembar ada di rumah lo dan dia bilang ajak lo aja sekalian. Posisi dia juga dekat dari rumah lo, sekitaran sepuluh menit lagi sampai. Jadi siap-siap ya?"

Sayang, bayangan makan siang keluarga kecil bahagianya dihancurkan secepat kilat oleh penjelasan Seonghwa. Ia tersenyum kecut sekarang.

"Gue juga diajak makan siang? Seriusan nggak papa?"

"Iya, temen gue bilang ikut aja." jeda sejenak sebelum Seonghwa kembali membuka suara. "lo boleh nolak kalau lo gak nyaman sama orang asing,"

Gahyeon terdiam sejenak. Ia ingat kalau Seonghwa tidak pernah mengajak kembar untuk bertemu dengan orang asing, apalagi mengajak makan bersama. Bolehlah dia berbangga hati mengatakan bahwa ia mengenal seluruh teman dekat si pria Park yang dekat dengan si kembar. Namun, kali ini Seonghwa tidak menyebut nama yang berarti dia tidak mengenal teman yang dimaksud. Kalau begini Gahyeon harus ikut kemudian mencari tau tentang teman yang dimaksud.

"Nggak papa kok, Kak. Lumayan bisa makan siang gratis,"

***

"AYAAAAAH!!"

Wooyoung berlari cepat ke arah pintu, disusul dengan Yeosang setelahnya. Keduanya langsung menabrakan diri ke badan pria yang Gahyeon asumsikan sebagai "teman" Seonghwa.

"Hei, kembar. Maaf, ya Ayah baru bisa main sekarang," katanya sambil mencium pipinya keduanya bergantian.

"Wuyo kangen Ayah. Ayah nggak dateng ke rumah padahal udah Wuyo tungguin tiap hari. Lama~" rengek Wooyoung sambil memajukan bibirnya.

"Baru juga satu bulan, Woo."

"Ah, Ocang nggak asik."

Mereka bertiga tenggelam dalam momen melepas rindu. Meninggalkan Gahyeon yang mematung di tempatnya. Mencerna semua kejadian yang baru saja terjadi.

Segera setelah sambungan dengan Seonghwa selesai Gahyeon langsung memberi tau si kembar yang langsung memekik heboh. Bersiap-siap seperti saran sang kakak kelas. Kemudian saat bel pintu rumahnya terdengar ia melesat membuka pintu, memukan seorang pria yang tersenyum canggung dan mereka berkenal sesaat. Selanjutnya yang terdengar adalah teriakan si kembar yang memanggil Ayah.

Tunggu. Ayah katanya?

Gahyeon membulatkan matanya. Pandangannya jatuh ke Hongjoong yang kini mengusak rambut Yeosang. Dia tidak pernah melihat pria tersebut kalau Seonghwa mengajak makan bersama, ini pertama kali. Namun, kenapa interaksi ketiganya seakan-akan mereka sudah kenal lama dan sangat dekat. Bahkan kembar memanggilnya "Ayah"?

Sejak kapan? Apa ia melewatkan sebuah peristiwa penting?

"Tante Gahyeon, ayo masuk mobil!" teriakan Wooyoung menarik Gahyeon ke permukaan. Ia mengerjab dan berlari kecil memasuki mobil.

Gahyeon mencatat di pikirannya untuk mencari tau tentang Hongjoong sepulang makan siang ini. Ia ingin tau sebesar apa peluang dia untuk mengalahkan si pria Kim. Karena firasatnya mengatakan bahwa Hongjoong akan menjadi rival terberatnya untuk mendapatkan Seonghwa.

Tidak mau tau. Kali ini, Gahyeon harus menang.

21.02.21
Em.teex




Halo~
Akhirnya aku up date juga. Heheh. Maaf, ya, akhir-akhir ini aku ngerasa berat dan ga bisa nulis. Padahal chapter ini dirancang dua minggu yang lalu, tapi baru bisa diketik semalam.

Tumben banget aku up siang hari, biasanya selalu tengah malam. Wkwk

Jaga kesehatan semuanya, jangan sampai sakit~

Foirfe | JoongHwaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang