o3

2.6K 431 39
                                    

Sudah sejak pagi Wooyoung menjadi rewel. Dia terus merengek ke Seonghwa ingin bertemu dengan Hongjoong. Katanya mumpung hari libur. Seonghwa sudah berusaha menawarkan pilihan lain seperti pergi ke taman bermain atau kolam renang. Kedua tempat itu biasanya berhasil menjadi pengalih keinginan Wooyoung. Namun, kali ini tidak berhasil.

"Wuyo mau ke tempat ayah!" dia masih berusaha membujuk Seonghwa. Kakinya dihentakkan ke lantai, bibirnya mengerucut dengan alis yang menyatu. "Yeo, ayo bantuin~"

Yeosang melirik sekilas ke arah Wooyoung sebelum kembali memakan makan siangnya. "Makan dulu," katanya kalem.

Ekspresi wajah Wooyoung semakin mengeruh. Dia duduk dengan keras lalu melahap makan siangnya dengan suapan besar sebagai bentuk pelampiasan kekesalan. Yeosang tidak memihaknya, pikirnya.

"Pelan-pelan Wuyo, nanti keselek,"

Baru saja Seonghwa mengingatkan, Wooyoung sudah terbatuk hebat. Yeosang dengan segera menyodorkan segelas air putih yang langsung ditegak rakus oleh kembarannya. Tanganya menepuk punggung Wooyoung pelan.

"Baru papa bilang.. Udah kejadian aja."

"Habis Wuyo sebel," Dia mengusap matanya yang berair. "Papa nggak bolehin Wuyo ketemu Ayah,"

Seonghwa menghembuskan nafas pelan. "Papa bukannya nggak bolehin, sayang. Kita kan nggak tau Om Hongjoong lagi sibuk atau nggak. Lagian, emang Wuyo tau rumahnya Om Hongjoong?"

Wooyoung diam. Papanya benar, dia tidak tau Om– "Ih, Papa! Itu Ayah bukan Om." serunya begitu sadar Seonghwa memanggil Hongjoong dengan sebutan Om.

Soenghwa mengusap tengkuknya pelan. Sebetulnya ia bertanya-tanya alasan Wooyoung memanggil Hongjoong dengan sebutan Ayah. Saat pertama kali si kembar bertemu Yunho dan Mingi mereka langsung memanggil Om, bahkan ke teman-temannya yang lain. Namun, kenapa dengan Hongjoong justru dipanggil Ayah?

Ah, sudahlah. Biarkan saja Wooyoung senang terlebih dahulu, nanti anak itu juga bakal cerita sendirinya.

"Iya, maaf Papa salah nyebut,"

"Ulangi!"

"Emang Wuyo tau rumahnya ayah di mana?"

Wooyoung tersenyum senang karena sang Papa mengoreksi pertanyaannya. Dia menggeleng keras sebagai jawaban setelahnya. "Papa kan bisa tanya ke Om Yuno,"

Seonghwa tertawa melihat tingkah polos Wooyoung. Ia yakin, Wooyoung akan memaksanya menelpon Yunho dan bertanya ini itu tentang Hongjoong nanti.

"Papa hari ini mau belanja, kalian mau ikut atau ke rumah tante Yeji? Atau mau ke rumah Sannie?" tanya Seonghwa mengalihkan topik.

"Yeo ikut! Yeo mau bantuin Papa," Yeosang yang sedari tadi diam langsung berseru semangat, Wooyoung saja sampai terlonjak kaget.

"Wuyo juga!"

Seonghwa terkekeh. "Yakin mau bantuin Papa? Bukan mau milih snack sendiri?" kedua anak kembarnya tertawa.

"Itu papa tau!"

***


Jiwon kesal sekali dengan kekasihnya. Dia datang untuk mengajak Hongjoong makan siang bersama, tetapi sudah sepuluh menit lebih dia menunggu dan pintu apartemen tersebut tak kunjung terbuka. Memencet bel secara berkala dan menelpon Hongjoong pun sudah sejak tadi dilakukan. Lima menit kemudian pintu putih di hadapannya tersebut akhirnya terbuka. Muka bantal dengan rambut yang mencuat sana-sini menjadi pemandangam pertama yang terlihat.

"Kenapa nggak langsung masuk aja, sih? Aku ngasih tau password apartemen tuh biar kamu nggak nunggu lama kalau lima menit aku belum bukain pintu."

Jiwon mendelik, yang seharusnya marah kan dia karena pria 28 tahun itu masih tidur jam segini. Kenapa jadi Hongjoong yang mengomeli dirinya?

"Harusnya aku yang ngomel, ya, kok jadi kamu, sih! Lagian aku selalu lupa password-nya, mana semua chat juga keapus, "

"Makanya tulis di note," balas Hongjoong.

Merasa kalau perdebatan ini tidak akan selesai Jiwon lebih memilih melangkah duluan ke arah dapur. Menyiapkan makan siang untuk mereka berdua yang dibawanya dari rumah. Ibunya sengaja memasak makanan kesukaan Hongjoong hari ini.

"Wah, bistik! Ada capcay sama telur balado juga,"

"Cuci muka dulu, baru boleh makan!"

Jiwon sudah memasang ekspresi galaknya, Hongjoong yang melihat itu melesat ke kamar mandi dekat dapur sebelum pacarnya kembali mengomel.

Setelah drama singkat tadi, keduanya kini menikmati makan siang dengan tenang. Tak ada suara selama makan siang berlangsung. Hongjoong tipe orang yang akan diam selama nasi masih ada di piring. Keluarganya sudah menanamkan kebiasaan itu dari kecil dan terbawa hingga sekarang. Mereka akan kembali berbincang saat makanan sudah habis dan digantikan dengan cemilan pencuci mulut.

Saat kumpul bersama teman atau rekan kerja pun begitu, mereka sudah hafal dengan diamnya Hongjoong saat makan. Hanya di kondisi tertentu saja Hongjoong akan berbicara saat menyantap makan. Jiwon sendiri tak jauh beda. Didikan orang tuanya juga sama seperti Hongjoong, bahkan lebih keras. 

Selesai makan siang dan mencuci semua piring kotor dan peralatan lainnya mereka memutuskan untuk menonton di ruang bersantai. Jiwon memutar film Zootopia untuk kesekian kalinya.

Hongjoong jadi teringat si kembar saat melihat Nick dan Judy. Wooyoung si rubah dan Yeosang si kelinci. Ah, apa kabar mereka berdua, ya? Seminggu berlalu begitu cepat, dia belum menepati janjinya untuk bertemu kembali. Mungkin ia akan meminta kontak Seonghwa ke Mingi atau Yunho nanti.

"Won,"

"Hm?"

"Kemaren, pas kamu nggak jadi ke Halimun—" ucapan Hongjoong disela Jiwon cepat.  "Itu minggu lalu, Hongjoong,"

"Iya, maksudku minggu lalu, sempet ada kejadian lucu di sana,"

"Apa? Sannie mecahin telur sepiring lagi?"

"Bukan. Aku dipanggil Ayah sama anak kecil di sana,"

Jiwon yang awalnya fokus ke layar TV total mengalihkan pandangannya ke Hongjoong. Mulutnya terbuka membentuk huruf o kecil. Kemudian tanpa aba-aba menepuk lengan Hongjoong lumayan keras.

"Gila, kamu ngehamilin anak orang?" katanya sambil ketawa. "Kok bisa, sih? Cerita ayo!"

Lupakan film Zootopia, cerita Hongjoong sekarang lebih menarik di mata Jiwon. Jadi dia memperbaiki duduknya dan menghadap Hongjoong dengan pandangan berbinar. Hongjoong tertawa kecil, mengusap rambut pacarnya gemas sebelum mulai bercerita.

"Jadi pengen ketemu mereka," Jiwon merespon selesai Hongjoong bercerita.

"Aku sempet janji mau ketemu sama mereka lagi, tapi belum kesampean. Nanti kalau mau ketemu aku bawa kamu deh,"

Jiwon mengangguk kelewat semangat dengan mata yang masih berbinar senang mendengar ajakan Hongjoong. Dia memeluk Hongjoong erat setelahnya, "Janji ya kalau mau ketemu mereka kabari aku dulu?" Hongjoong mengiyakan. "Sayang deh sama mas pacar,"

Hongjoong membalas pelukan Jiwon dan mengecup puncak kepalanya beberapa kali. "Sayang dek pacar juga,"

Mereka tertawa keras setelahnya, merasa geli dengan panggilan tadi.

21.02.03
Em.teex





Aku niat update sore tadi. Eh, pas lagi ngedit malah mati lampu terus batrenya sisa 4%. Yaudah, baru bisa update sekarang.

Foirfe | JoongHwaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang