Drrt. Drrt. Drrtt.Suara getaran dari atas meja terus berbunyi tanpa henti, menandakan adanya panggilan masuk pada benda kotak persegi panjang berwarna hitam merah yang sampai detik ini belum dijawab oleh pemiliknya.
Drrtt. Drrt. Drrrt.
Getaran itu masih bertahan. Ehemm, bukan getaran rasa. Melainkan getaran ponsel milik pria manis kita, Wei Wuxian.
Dengan mendongakkan kepalanya sedikit, perempuan cantik berambut hitam panjang itu mengintip siapa gerangan yang terus menelfon bosnya tanpa henti sembari menghitung uang di laci kasir.
'Singa Jantan'
Tidak perlu bertanya siapa yang dimaksud dengan 'Singa jantan' itu, pastinya Mianmian sudah bisa menebak sendiri. Melengos malas, penjaga kasir itu menghitung uang dengan kekuatan seorang teller bank kualitas wahid sambil menghentakkan kaki dengan kesal.
"Masih pagi sudah membuat mood hancur," ucap Mianmian mengomel.
Bersenandung ria pria tampan menjurus kemanis keluar dari kamar mandi dengan mengusap-usap perutnya, kemudian berjalan ke arah tempat ponselnya diletakkan.
Matanya membelalak mendapat begitu banyak panggilan masuk ketika menekan tombol on/off pada ponselnya, padahal baru sepuluh menit yang lalu pria itu meletakkan benda kotak miliknya.
'70 missed call. Singa jantan.'
Belum sempat Wei Wuxian menekan tombol hijau untuk menghubungi kembali panggilan yang masuk, si 'singa jantan' sudah meneror dengan pesan masuk.
"Wei Ying, jangan membuatku khawatir."
"Setidaknya katakan padaku jika aku punya salah, Wei Ying."
"Kumohon. Angkat panggilanku."
"Wei Ying."
"Wei Ying."
"Wei Ying."
Wei Wuxian terkekeh melihat pesan cinta dari kekasih yang belum lama ini dipacarinya itu, bagaimana tidak terkekeh? Baru ditinggal sepuluh menit saja Lan Wangji sudah panik seperti itu dan Wei Wuxian juga hanya pergi ke kamar mandi memenuhi panggilan alam. Ishhh, memang bucin nian pria dengan ketampanan mematikan ini.
Menekan gambar video, Wei Wuxian melakukan video calling pada Lan Wangji. Tidak perlu menunggu dua detik untuk dijawab, bahkan ketika panggilan itu baru berdering seseorang dengan wajah dinginnya sudah mengangkat tanpa perlu membuat Wei Wuxian menunggu lebih lama lagi.
"Woahh. Cepat sekali mengangkatnya hehe, ada apa Lan Zhan?" Wei Wuxian bertanya seoalah tidak terjadi apa-apa.
"Kau darimana?
"Pfttt. Aiyo, aku hanya ke kamar mandi dan lupa tidak ijin dulu pada anak tampan ini," ucap Wei Wuxian dengan muka bersemu merah.
"Sudah makan?"
"Iya, sudah. Kau bagaimana? Hei, jangan minum kopi di pagi hari, ya!" Wei Wuxian memulai peringatannya.
"Mn. Tidak," Lan Wangji berucap dengan patuh.
"Lalu ada apa dengan panggilan masuk yang begitu banyak ini? Apakah hanya menanyakan aku sudah makan atau belum?" tanya Wei Wuxian memulai aksi menggoda prianya.
Lan Wangji mengarahkan kamera ponselnya pada koper yang tengah disiapkan. "Aku minta ijin untuk pergi ke Lanling."
Wei Wuxian membenarkan letak duduknya dan mulai bicara serius, "kapan?".
"Hari ini," jawab Lan Wangji singkat.
"Aiyo, Lan Zhan? Apa kau akan lama?" tanya Wei Wuxian dengan merajuk, tidak sadar dengan ucapannya yang membuat pekerja wanita yang tidak berada jauh darinya melengos malas.
"Hanya sedikit urusan bisnis, kau mau ikut?" tanya Lan Wangji dengan berharap.
Wei Wuxian mengusap ujung hidungnya dengan terkekeh, "Bertemu dengan gege dan pamanmu? Baiklah aku mau, tapi tunggu kau selesaikan urusanmu dulu, bagaimana?" tanya Wei Wuxian dengan tersenyum.
"Mn."
"Lan Zhan? Jangan lama-lama, ya? Cepat pulang," ucap Wei Wuxian mengerucutkan bibirnya. Sangat imuut, imuutt sekali.
Lan Wangji memandangnya dengan tatapan siap menerkam jika saja saat ini mereka bersama, "Wei Ying."
"Huh. Apa? Jangan memanggilku, aku tidak mau jawab." Wei Wuxian tetap memainkan dramanya.
"Mau ice cream?" tanya Lan Wangji.
Wei Wuxian semakin mengerucutkan bibirnya dengan berpura-pura menolak, "Kalau ada maunya saja kau begitu, apa ini semacam sogokan, Lan Zhan?"
Yang ditanya hanya tersenyum kecil. Yah, Lan Wangji memang membatasi Wei Wuxian untuk tidak mengkonsumsi makanan manis berbahan susu itu secara berlebihan, jadi wajar saja kalau Wei Wuxian menganggap ini sebagai sogokan.
"Aku hanya sebentar, tidak sampai satu minggu," ucap Lan Wangji.
Dengan menghela napas, Wei Wuxian akhirnya memberikan ijin pada Lan Wangji. Toh, dia juga bekerja bukan untuk liburan apalagi sampai melakukan hal yang tidak-tidak. Wei Wuxian percaya 100% kalau pria ini tidak akan mematahkan hatinya.
"Hati-hati, ya? Lanling lumayan jauh, kalau sudah sampai hubungi aku," pinta Wei Wuxian.
"Mn, istri."
Mulut Wei Wuxian menganga dengan mata membulat, sedetik kemudian tawanya pecah memenuhi seisi ruangan yang tidak terlalu besar itu.
"Apa? Kau memanggilku apa, Lan Zhan?" tanyanya dengan tertawa terpingkal.
"Wo Ai Ni."
"Aiyoo, pandainya kau menggombal sekarang. Lihat wajahmu itu, bilang Wo Ai Ni dengan sedatar itu." Wei Wuxian semakin gemas dengan tingkah Lan Wangji yang sebenarnya lucu, hanya saja tertutup salju sedemikian tebalnya sampai membeku.
"Kalau pekerjaanmu sudah selesai cepat pulang. Kau jangan jadi bang toyib, ya, Lan Zhan," ucap Wei Wuxian mengingatkan.
Sementara yang di seberang mengerutkan kening dengan tatapan tajam, "Bang toyib. Siapa?" tanya Lan Wangji.
"Hahahaaa, kau tidak akan tahu" jawab Wei Wuxian tergelak.
"Siapa dia, Wei Ying." Lan Wangji menuntut jawaban.
"Ahhh, baiklah baiklah. Bang toyib hanya lagu, kau bisa mencarinya di internet. Tsk, kau ini suka sekali minum cuka." Wei Wuxian memberi penjelasan dengan cengengesan.
Dengan kekuatan super jari Lan Wangji mulai mengetik dan mencari kata kunci. 'Bang toyib.'
"Bang toyib adalah nyanyian sekaligus sindiran untuk kaum pria yang bekerja dan lupa pulang." Suara khas wanita di situs pencarian resmi yang mendunia. (Kalian sudah hapal dengan suara wanita ini gais, hohohooo.)
"Wei Ying," panggil Lan Wangji.
"Pffft, apa, huh? Kau masih mau minum cuka pada bang toyib itu?" tanya Wei Wuxian dengan cekikikan.
"Wei Ying. Aku bukan bang toyib," ucap Lan Wangji dengan pasti.
"Hahahahaa, kau ini? Mengapa menganggap becandaku dengan serius, jelas kau bukan bang toyib. Aiyaa, berhenti membuatku tertawa, Lan Zhan," Wei Wuxian berkata dengan memukul-mukul pahanya.
Percakapan singkat itu nyatanya tak cukup hanya dengan Wei Wuxian saja yang tergelak, wanita yang sedang berada tidak jauh darinya diam-diam ikut tersenyum sambil melihat Wei Wuxian yang sama sekali tidak memandang ke arahnya.
"Ternyata tempat itu memang tidak pernah ada untukku, ge," ucapnya dengan tersenyum ikhlas.
KAMU SEDANG MEMBACA
CHILI AND COFFEE ✓ || BOOK 1 ||
RomanceHanya cerita fiktif yang di buat untuk menghibur penggemar wangxian. (Tidak terkecuali aku ^-^) Dan ini imajinasi semata, semua tokoh meminjam karakter dari novel karangan MXTX , bergenre BL, bernuansa Comedy, Romance. Bagi yang anti yaoi bisa tekan...