"I-ini daftar menunya, Tuan. Silahkan dilihat." Akhirnya Wen Ning tersadar dari keterkejutannya dan segera melayani pemuda itu.
"Apa menu andalan di sini?" tanya pemuda tampan itu dengan muka datar.
"Tuan bisa memi---"
"Menu andalan di sini adalah ceker setan, Tuan. Anda beruntung karna aku baru saja merekomendasikan langsung karya terbaruku ini. Rasanya saangat lezat, benarkan Wen Ning?" tanya Wei Wuxian dengan mengedip-ngedipkan mata dan berdiri dari meja kasir lalu berjalan menghampiri meja pemuda tersebut.
"Baiklah. Aku pesan yang itu," jawab si pemuda tampan.
"Yang mana?" tanya Wei Wuxian dengan senyum jahilnya. Agaknya pria manis ini telah menemukan objek baru untuk di goda selain Jiang Cheng.
"Ceker setan." Singkat, padat, jelas.
"Pfffft, Maaf-maaf aku hanya bercanda, Tuan. Tunggu sebentar, ya? Akan langsung aku buatkan," ujar Wei Wuxian sambil menarik tangan pekerja lelakinya untuk masuk ke dapur.
Entah bagaimana tiba-tiba Wen Ning merasa merinding. Pria itu seperti merasakan ada sesuatu yang menatapnya tajam dari balik punggungnya.
"Mungkin hanya perasaanku saja," ucapnya menenangkan diri.
Sreng sreng sreng.
Wei Wuxian benar-benar akan memberikan menu terbarunya pada pemuda tersebut, lihat saja sekarang dia sibuk memasak ceker setan dengan menambahkan begitu banyak cabai sampai membuat pria di sebelahnya menutup hidung karna bau tajamnya yang menyengat.
"Bos, apa ini tidak cukup? Apa Anda yakin pelanggan kita tadi tahan dengan pedasnya?" tanya Wen Ning karena merasa kasihan terhadap nasib pemuda tampan tersebut.
"Aiyo, tenanglah Wen Ning. Dia, kan pria. Pria itu harus suka pedas," jawabnya dengan mencelupkan jari telunjuknya pada wajan penggorengan dan menyesapnya. "Pas, sempurna." Lalu Wei Wuxian mulai menata di piring dan segera membawanya ke meja si pelanggan.
Pengambilan gambar : pinterest
"Silahkan dinikmati, Tuan." Wei wuxian tersenyum lebar dengan menampilkan deretan gigi putihnya
"Karena ini adalah menu baru, maka aku akan memberikan penghargaan kepada yang bisa menghabiskan satu porsi ceker setan tanpa minum. Penghargaannya adalah aku akan memajang foto Tuan di sini," tunjuk Wei wuxian pada papan kosong di atas meja kasirnya untuk menampilkan deretan foto korban hasil karyanya.
"Tidak foto," Jawab pemuda itu singkat.
"Hah? Ohh anda tidak mau fotonya dipajang di sini, ya? Emm, bagaimana kalau dipaj---"
"Nomor ponsel mu." Tantang si pemuda.
"Ahh, hehee. Nomor ponsel? Emmm, kalau kau bisa menghabiskan ini tentunya. Aku akan memberikan nomor ponselku. Bagaimana?" tanya wei wuxian dengan pikiran yakin seyakin-yakinnya kalau pria di hadapannya ini tidak akan sanggup menghabiskan bahkan hanya satu potong saja.
"Mn," jawab pemuda dengan wajah tampan itu.
Belum sempat Wei Wuxian menjawab, pria ini mengambil satu potong ceker ayam dan mulai menyesapnya dengan perlahan.
Wei Wuxian diam tak bersuara melihat cara makan pelanggannya ini. Betapa tenangnya dia memasukkan suapan demi suapan lalu menghabiskan kuahnya sampai tak bersisa, dan lihat caranya menelan. "Ya Tuhan. Terima kasih sudah menciptakan makhluk setampan ini." gumam Wei Wuxian lirih dengan kepala ikut miring karena terus menatap tanpa henti manusia di depannya.
"Bagaimana?" tanya si pemuda setelah berhasil menghabiskan satu porsi ceker setan.
"Woahh. Kau hebat sekali, Tuan. Kau pelanggan pertama yang bisa menghabiskan menuku ini," jawab Wei Wuxian merasa takjub sekaligus terpesona.
"Nomor ponsel," jawab si pemuda dengan memberikan ponsel miliknya pada Wei Wuxian.
"Heheee, iya-iya aku mengaku kalah. Baiklah, mari kita bertukar nomor." Wei Wuxian terkekeh dengan mengambil ponsel pria di depannya dan mulai menekan tombol nomor.
"085854xxx, Anda bisa mencoba menelfonku," ujar Wei Wuxian setelah selesai menyalin nomor ponselnya.
Segera nada sambung terdengar dari hp pria yang sedang menelfonnya. Ponsel Wei Wuxian bergetar menerima panggilan masuk dari nomor tak dikenal.
"Ini dia. Nomor Anda sudah masuk. Emmm, harus ku beri nama?" tanya Wei Wuxian dengan sopan.
"Lan Zhan," jawab si pemuda.
"Lan Zhan, Lan Zhan. Aku seperti pernah dengar, tetapi di mana? Ahh, sudahlah. Aku simpan, ya? Ini sudah ku beri nama Lan Zhan hehee, kalau begitu nam..."
"Wei Wuxian. Permisi." Si pemuda pamit sambil berdiri dan meninggalkan sejumlah uang pada mejanya.
"Haa? Anda sudah tahu namaku. Aiyo, apakah aku ini terkenal? Hahahahaa. Hei, Tuan! Uangmu lebih," pekik Wei Wuxian dengan berlari menuju kasir untuk mengambil kembalian.
Belum sempat dia membuka nakas, tiba-tiba ponselnya bergetar tanda ada pesan masuk.
"Apa ini! Dia mengajakku bertemu?" tanyanya sambil melihat pada teks yang ada di pesan masuknya.
"Nanti malam. Jam tujuh."
"Woahh. Betapa manisnya," ucap Wei Wuxian dengan muka memerah dan memasukkan kembali ponselnya pada saku celana.
KAMU SEDANG MEMBACA
CHILI AND COFFEE ✓ || BOOK 1 ||
RomanceHanya cerita fiktif yang di buat untuk menghibur penggemar wangxian. (Tidak terkecuali aku ^-^) Dan ini imajinasi semata, semua tokoh meminjam karakter dari novel karangan MXTX , bergenre BL, bernuansa Comedy, Romance. Bagi yang anti yaoi bisa tekan...