NEW WAITERS (1)

2K 283 21
                                    

Tidak terasa waktu sudah menunjukkan tengah hari.

Wei Wuxian mengusap peluh yang ada di dahi dan sekitaran lehernya, akhirnya dia bisa meletakkan pantatnya setelah sibuk berkutat di dapur dari pagi sampai siang terik begini.

Yah. Hari ini kedainya ramai pengunjung, Wei Wuxian menghela napas dengan meregangkan kedua tangannya sekedar untuk membuang segala penat sembari memijat kaki.

Maklum saja hanya ada dia dan Wen Ning di tempat itu, maka dari itu Wei Wuxian juga ikut melayani pelanggan apabila di rasa Wen Ning mulai kewalahan.

"Masih tengah hari dan kita sudah mendapatkan 800 yuan bos," ucap Wen Ning dengan menghitung uang di depan meja kasir.

Mendengar hal itu sontak membuat Wei Wuxian segera berdiri dari tempatnya duduk dan menghampiri pegawainya.
"Aiyo, bagaimana kalau kita lembur sampai malam hari ini, Wen Ning? Kita akan cepat kaya kalau terus ramai begini," ujarnya dengan mata berbinar.

"Apa kau serius, Bos?" tanya Wen Ning meminta kejelasan.

"Hahaha, tentu saja tidak. Mana mungkin aku tega melihatmu kelelahan, kita akan tetap tutup seperti biasa meski pun ramai pengunjung. Tsk, temanku tidak boleh kelelahan," sahut Wei Wuxian sambil menatap kasihan pada Wen Ning.

Yang ditatap hanya tersenyum kecut. Baru saja dia ingin berpikir bahwa bosnya menaruh sedikit perhatian padanya. Namun, lagi-lagi dia harus dihadapkan pada kenyataan bahwa atasannya ini hanya menganggapnya teman, tidak lebih.

"Apa Bos tidak ingin merekrut karyawan lagi? Sepertinya kedai kita sudah lumayan di kenal banyak orang sekarang." Wen Ning mencoba memberi usulan.

Wei Wuxian mengangguk membenarkan, dengan menggosok ujung hidungnya dia mencoba berpikir tentang usulan dari Wen Ning tentang karyawan baru.

Menurut Wei Wuxian saran Wen Ning masuk akal mengingat kedainya yang sudah agak ramai belakangan ini. Mungkin dengan merekrut pegawai baru, dia bisa meringankan sedikit beban pekerjanya ini. "Setuju. Ini bukan ide yang buruk, kenapa tidak terpikirkan dari kemarin. Aku akan menempelkannya hari ini juga, dan kau Wen Ning akan segera mendapat teman baru,"
ucap Wei Wuxian dengan tersenyum.

***

Gedung tinggi. Apotek Lan Gusu.

Lan Qiren yang masih tercengang dengan ucapan keponakannya hanya bisa menggeleng dengan tatapan frustasi dan tidak percaya.

"Apa Wangji belum bisa melupakannya! Bukankah itu hanya cinta monyet, cinta yang bahkan waktu itu dia sendiri tidak tahu apa artinya. Kejadian ini juga sudah berlalu cukup lama," tukas Lan tertua dengan kesal.

Lan xichen menghela napas panjang. Kakak Lan Wangji ini sudah hidup cukup lama dengan pamannya ini, segala sifat dan tabiatnya sudah dihapal di luar kepala.

"Awalnya aku juga tidak menyetujui ini paman. Namun, aku bisa merasakan bahwa Wangji benar-benar bahagia meski hanya mengucapkan namanya saja. Aku tidak pernah mendengar dan melihat Wangji meminta apapun pada kita selama ini, dan pemuda itu bisa mengembalikan kebahagiaan Wangji yang hilang," jawab Lan Xichen membela didi-nya.

"Begitu rupanya, lalu apa kau sekarang secara tidak langsung menyuruhku untuk merestui keponakan tersayangku untuk bersama dengan pemuda itu? Mungkinkah itu maksudmu, Lan xichen?" tanya Lan Qiren memberi penekanan.

Dengan mengangguk hormat. Pria tampan itu tersenyum lembut kepada paman yang sudah dia anggap sebagai pengganti ayahnya tersebut.

"Jauh di lubuk hati paman. Paman jelas sangat ingin melihat Wangji bahagia, paman tahu betul bagaimana terpukulnya Wangji pada waktu itu. Pada hari di mana dia kehilangan orang-orang yang dia cintai. Paman bisa memikirkan ini dengan pelan-pelan, aku rasa Wangji bisa menunggu," ucap Lan Xichen tetap bersikeras membela didi-nya.

Lan Qiren hanya membuang muka ke arah jendela kantor seraya menatap jauh ke bawah. "Jika kau sudah selesai dengan urusan pembelaan didi-mu, kau bisa meninggalkan ruanganku, Xichen," Ucapnya mutlak tidak ingin didebat.

"Baik, Paman. Terima kasih untuk waktunya," ujar Lan Xichen dengan sopan. Kemudian berlalu meninggalkan orang tua itu sendirian di ruangannya.

***

Jam empat sore di Kedai chili.

DIBUTUHKAN SATU ORANG YANG MAU BEKERJA.!

Plakat itu telah tertempel di jendela kedai Wei Wuxian. Si empunya tampak tersenyum puas dengan karyanya sambil berkacak pinggang dan melambai ke arah Wen Ning.
"Aku sudah memasangnya, Wen Ning. Lihat ini," tunjuknya ke arah jendela dengan menepuk dada.

"Bagus sekali, Bos. Kuharap akan ada yang datang untuk melamar kerja," sahut Wen Ning dengan mengangguk sambil mengacungkan jempolnya.

Puas tertawa, Wei Wuxian mengajak pegawainya untuk kembali masuk ke dalam kedai.
Sesampainya di dalam, Wei Wuxian memilih untuk duduk di bangku tamu dan mengeluarkan ponselnya untuk mencari inovasi baru dalam daftar menu makanannya. Sementara Wen Ning tengah fokus ke layar monitor untuk memasukkan data hasil penjualan hari ini.

Dua puluh menit kemudian.

Kriing. kringg.

Agaknya seorang pelanggan tengah masuk ke kedai.

Wei Wuxian dan Wen Ning segera berdiri untuk menyambut tamu.

"Mianmian. Bukankah itu kamu?" tanya Wei Wuxian dengan muka terkejut karena tidak menyangka akan bertemu di sini.

Wanita cantik yang dipanggil MianMian itu tersenyum lembut ke arahnya dengan tangan menunjuk ke papan luar jendela.
"Apa aku belum terlambat untuk menjadi karyawanmu, Ge?"

CHILI AND COFFEE ✓ || BOOK 1 ||Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang