5

14 2 0
                                    

Hayoo di vote dulu

Happy Reading

"Haachi!"

"Aduh, pake bersin. Dingin banget" Kristal mengeratkan selimutnya. "Untung gw naik taksi, hujannya gede banget lagi. Sukurin tuh ninggalin gw sendirian." Baru saja hendak memejamkan matanya,

"Haaachii!"  

"Aduh, gimana mau tidur kalo dikit dikit gw bersin" mencari posisi yang nyaman, Kristal berguling guling. Dubrak "aww, sakit" gadis itu berdiri dan tidur dengan posisi ala kadarnya. Lama kelamaan Kristal mulai mengantuk dan tertidur.

~Kristal~

Haachii!

Haachi!

Haaasyim!

Kristal bersin bersin terus di pagi ini, setidaknya dia tidak separah seperti Devan yang tidak masuk sekolah (ia membaca pesan yang dikirimkan Devan) ada rasa senang dan ada rasa sedih dalam hatinya. Senang karena Devan mendapatkan karmanya, dan sedih karena ia harus menulis double untuk dikasih ke rumah Devan.

"Lu beneran gak kenapa kenapa kan? cuma flu kan?" Kristal tersenyum dua sahabatnya sampai panik di pagi ini. Misya terus bertanya tanya sambil memeluk Kristal agar tidak kedinginan meskipun memakai jaket yang tebal, sementara Rika berlari ke minimarket dan membeli obat flu.

"Itu bocah kok lama banget sih," Baru hendak menelepon Rika, orangnya sudah datang. "Lama amat" Misya protes mengambil plastik berukuran besar tersebut.

"Macet tadi," Rika ngos ngosan. "Oh my god Rika, lu kenapa beli semua obat?" Kristal menengok kearah kantong plastik tersebut. "Lu mau bikin gw overdosis?" Kristal menganga melihat semua obat obatan yang bertumpuk disana.

"Gw mana tau obat flu itu kayak gimana" Rika mengangkat bahunya tak acuh. "Anjir, serius? kagak ada obat flu disini. Adanya tolak angin" Misya mengambil obatnya satu persatu "Mana isinya obat bocil semua lagi" Misya menggeleng heboh.

"Gw takut lo punya suami, nanti kalau sakit dikasih obat tidur lagi sama lu. Kan, lu gak tahu obat obatan"  misya mengorek kantong tersebut. "Sembarangan, ya kali gw kasih obat tidur" Rika mendumel, Misya mengambil sesuatu "Ya kan, lu gak tahu jenis obat, eh ada obat flu tapi punya bocil, panadol sirup. Lu minum ini dulu ya?" Misya menuangkan obat tersebut.

Kristal menoleh tidak terima "enak aja, emang gw bocil? minum sirup" Misya tak mendengarkan ia menuangkan cairan tersebut. Kristal membuka mulutnya siap menerima cairan yang ada di cup kecil itu.

"Aaaaa, mmm" Kristal seperti anak kecil dan Misya sebagai mak mak rempong, satu kelas tertawa dan ditanggapi pelototan Misya. "Gak usah ketawa, gak lucu! orang lagi sakit malah diketawain" sontak sekelas nyengir, sebenarnya Misya hanya bercanda dan Kristal juga biasa saja. Orang kristal sakit temen temen pada beli buah dan buah tangan lainnya, ada juga yang hanya mendoakan 'kelas yang solidaritas' kata Misya.

~Kristal

Kristal saat ini dikelas saja sibuk membuat soal yang akan diberikan kepada Devan nanti, sahabatnya izin ke kantin sebentar. Kristal tak akan egois menyuruh sahabatnya tetap tinggal disini. 

Pening dikepalanya membuat ia susah konsen terlebih lagi empat hari akan lomba, bahkan Devan sudah disiapkan penggantinya. "Kristal yang imut kesayangan Misya dan Rika, Hello where are you?" Dua gadis itu berteriak. "Ini gw bawain nasi kuning bik Tuti kesukaan lu" Misya menggoyangkan kresek sambil berlari, heboh sekali.

"Nih, pedes biar mantep. Ayo makan biar cepet sembuh" Kristal siap dengan sendok plastik, disaat tak ada nafsu pun nasi kuning tetap menggoda. Kristal makan dengan lahap. sementara Misya menyiapkan air dan obat. Dan Rika, dia mencoba mencari soal untuk Kristal walaupun dia tidak mengerti sama sekali.

"Enak banget, makasih ya" Kristal tersenyum setelah nasi kuningnya habis. " Udah biarin aja Rik, kasian lu udah kusut begitu" Rika segera menaruh pulpen dan buku tebal. "Apasih yang enggak buat sahabat kita, ya kan Rik" Misya merangkul sahabatnya.

~Kristal

Saat ini Kristal hendak kerumah Devan ia ingat betul jalannya. Ia diantar oleh Jeno yang baru pertama kali ke rumah Devan. Sesampainya di rumah Devan baru hendak mengetuk pintu bunyi dering terdengar di handphone Jeno.

"Halo, Iya ma. Kenapa? Aduh, aku lagi sama Kristal. Iya" Jeno menyodorkan handphonenya ke Kristal. Bingung, Kristal mengambil sambil menunjukkan tatapan bertanya kepada Jeno. "Mama mau ngomong".

"Halo, kenapa ma?"

"Itu sayang, kakeknya Jeno mendadak dateng ke rumah. Gak enak kalo jeno baru pulang sore, mama boleh minjem Jenonya dulu gak?"

"Wah, boleh ma, lagian kenapa harus minta izin kan Jeno anak mama?"

"Kan takutnya kalian lagi berduaan gitu, takut ganggu kayak anak muda lainnya"

Mama Jeno dan Kristal memang dekat sekali, walaupun ia tahu Kristal dan Jeno hanya bersahabat ia sering menggoda seperti tadi. (hanya menggoda)

"Iya ma, gak kenapa napa kok, yaudah Kristal pamit dulu ya" 

Setelah selesai dia menyodorkan handphone ke pemiliknya. "Kalo gitu, gw pulang dulu ya? Maaf gak bisa nemenin" Kristal hanya tersenyum sembari berucap tidak kenapa kenapa. Setelah itu Jeno menaiki mobilnya dan pergi.

ting tong

Kristal memencet bel, rumah Devan. "Iya, siapa?" seseorang wanita  yang sudah memutih terlihat "Halo mbok, lama gak ketemu ya?" wanita didepannya tersenyum senang "Wuooh, iya non Kristal, lama banget gak kesini. Sampai kangen mbok" Mbok Dami tertawa menyuruh Kristal masuk.

"Nyonya lagi duduk di ruang tamu non, mbok misi dulu ya?" mbok Dami pergi ke arah belakang rumah. Kristal canggung canggung menyapa wanita yang sedang membaca majalah fashion tersebut. "Halo tante, saya Kristal mau bertemu Devan" Wanita dihadapannya menoleh "Kristal ya ampun udah lama banget kita gak ketemu semenjak putus sama Devan, how are you?" Untungnya mama Devan tidak masalah karena Kristal mantan Devan.

"Baik tante, tante juga apa kabar?" Wanita tersebut menarik Kristal duduk disebelahnya. "Baik banget, cuman kurang seru sekarang kalo shoping gak ditemenin lagi sama kamu" Kristal tertawa canggung. Tentu ia punya muka untuk memasang wajah depan mama mantan, apalagi yang Devan tahu kalau dia selingkuh padahal mah tidak.

"Oh iya, kamu kesini mau ketemu Devan kan?" 

"Iya tante, mau ngasih soal buat lomba" Kristal tersenyum.

"Ke kamar Devan aja, masih inget kan? bye the way Devan lagi sakit siapa tahu didatengin kamu jadi sembuh" Kristal tertawa canggung "Iya tan," tangga satu persatu ia naiki sampai ke depan pintu bercat putih. tulisan 'Devan and Kristal forever' saa mereka masih alay, masih terpajang rapi di depan pintu.

"Dev? gw boleh masuk" ada sahutan dari dalam, Kristal membuka pintu kamar. Ia membuka tas dan menyodorkan semua kertas yang diberi paper klip, namun,

Aaaaaa

_______________

lagi rajin, akutuh paling gak bisa bikin cewek kalem, karena authornya aja petakilan. Part ini kalian belum beruntung karena gak ada adegan Devan dan Kristal huhu tapi liat nanti ya. part ini penuh dengan kebersamaan Kristal dengan sahabatnya, meskipun Misya lebih sering nongol sampai author aja yang nulis bingung pemeran utamanya siapa disini hehe.

tetap stay safe ya teman teman see you again.

jangan lupa follow my acount dan vote cerita ini yah

Bubbye

KristalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang