6

12 2 0
                                    

Happy Reading

~Kristal~

"Aaaaaa," greb! Devan memeluk Kristalina sangat erat, samar-samar Kristalina bisa merasakan badan Devan yang panas. "Lepasin Devan, gw cuma mau ngasih soal sama rangkuman doang terus pulang" Devan menggeleng "Devan cuma mau Kristal disini, pelit banget. Lagipula, Devan kangen gak tau kenapa pengen meluk Kristal, disini aja yah?" Kristal menghela nafas pasrah dua tahun bersama membuat ia tahu watak Devan, keras kepala .

"Kristal, nanti sebelum pulang jangan lupa bawa kue bal-"  Mama Devan membuka pintu, terkejut melihat pemandangan di depannya ceklekk buru buru menutup pintu kemudian Mama Devan kemudian berkata "sorry I bothered you both, but later when you come home jangan lupa dibawa kuenya ya Kristal" sayup-sayup suara langkah kaki hilang.

Pipi Kristal memerah "tuh kan Devan, dilihat mama lepasin Kristal malu" tangan lentiknya berusaha melepas satu pasang tangan yang melingkar dipinggangnya. "gak papa, Mama juga ga ada kok kenapa malu? sama Devan ini" Bukannya melepas pegangan tersebut semakin erat.

Hening

Kristal sudah pasrah tangannya bahkan tak kuat mengalahkan orang yang sedang sakit. Apa jangan-jangan Devan hanya pura pura sakit? segera ia menggeleng mana ada orang pura pura sakit.

"Ceritain," ucap Devan. Kristal menolehkan kepalanya kebelakang, matanya mengerjap bingung.

"Ceritain yang mau lu omongin tentang hubungan kita saat di koridor, cepet mumpung gw ga berubah pikiran" Kristal menggeleng menutup mulutnya.

"Cepetan Kristal, atau lu mau gw sah-in?" alisnya terangkat satu, menggoda. Kristal segera menganggukkan kepalanya tersenyum kecil.

"Yee, makin jadi. Cepetan!" mengubah posisinya kemudian Kristal berbicara.

"Jadi, malam itu aku pergi ke taman sama cowok yang kamu liat, tapi sumpah dia itu sepupu aku. Aku minta ditemenin karena kamu sibuk, kamu ikut OSIS terus kan dari dulu. Aku lagi pingin beli ice cream, terus tiba-tiba kamu datang nuduh aku selingkuh. Gila aja aku masih labil masa udah mau jadi play girl. Dan kamu bilang putus udah deh." Kristal menghela nafasnya saat cerita itu berakhir.

"Terus maksud kamu aku mengabaikan kamu itu gimana?" Devan bertanya.

"Oh, jadi waktu itu sekolah udah selesai kita-kan mau pulang bareng, pas di jalan kamu ada janji main basket sama temen kamu kan? ya-udah deh aku ditinggal dijalan sepi, terus ketemu preman untung ada yang nolongin. Ini gak cuma sekali lho, kamu sering banget gak peduli-in aku karena sibuk mulu" Kristal cemberut.

"Maaf ya, aku emang gegabah waktu itu sampai ga nyadar kalo aku yang salah" Devan membujuk Kristal.

"Iya-eitss tapi ada syaratnya, kasih tau masa kecil kamu yang aku gak tahu" Kristal tersenyum miring.

"oke, dulu aku punya sahabat namanya Alice dia cantik banget," pandangan Kristal yang tertarik mulai meredup tapi sayangnya Devan tak menyadarinya "Dia pindah gak tau kemana kita lost kontak sampai sekarang. Cuma itu aja sih yang belum aku kasih tau" Kristal menganggukkan kepalanya mengerti.

"Dev, kok kamu masih pajang itu di depan pintu?" Devan mengangkat alisnya tak mengerti. "Itu ihh, pas jaman alay" Devan mengerutkan keningnya kemudian membeo.

"Ohhh, emang kenapa? gak boleh?" Devan tersenyum jail.

"Bukannya gak boleh, tapi kan kita-" belum sempat selesai Kristal berbicara Devan langsung memotongnya.

"Kita gak ada hubungan gitu? karena putus? masa mau pajang harus pacaran dulu" Kristal menggelengkan kepalanya 'maksudnya bukan seperti itu!' padahal apa lagi jika bukan itu maksudnya. "Kalo gitu, berarti sekarang kita balikan, detik ini juga kita pacaran" Devan tersenyum sementara Kristal membeku.

'Oh Gosh, yang benar saja!' Pikiran Kristal berkecamuk.

KristalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang