2

21 3 0
                                    

Kenapa kita bersikap seperti tidak kenal? Segitunya kau membenciku? -Kristal

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kenapa kita bersikap seperti tidak kenal? Segitunya kau membenciku? -Kristal

🔮🔮🔮

Kristal berjalan di lorong perpustakaan, langkahnya tergesa-gesa.

"Aduhhh ih bodoh banget sih gw, kalau Devan gak jadi belajar gimana. Harusnya gw tadi gak ajak ribut kalo gini kan gw gak bisa belajar. Bodoh, bodoh, bodoh!".

Kristal berjalan sambil mengumpati dirinya, sesekali berlari sambil berharap orang itu masih ada.

Saat sudah sampai di perpustakaan, Kristal kemudian berjalan ke arah bangku-bangku dan meja panjang tempat biasa murid baca buku.

Sesaat Kristal bernapas lega. Kemudian berjalan ke arah bangku yang ada dibelakang sosok itu.

" Makasih udah nyempetin waktu buat belajar bareng gw". Kristal mengucapkan sebuah kalimat pada sosok itu.

"Gak usah geer! Kalo bukan disuruh juga gw gak bakal mau" Ucap Devan.

Ya sosok itu adalah Devan. Kristal memilih tidak menjawab daripada menambah masalah.

Waktu berlalu, canggung rasanya tinggal berdua di perpustakaan tanpa sepatah kata. Kristal kemudian memutar bangkunya menghadap Devan yang duduk Memunggunginnya.

"Dev, gw minta maaf atas kejadian di koridor tadi" Kristal mengucapkan kata maaf kepada Devan yang masih diam.

Kristal hanya menghela napas sambil memutar kembali tempat duduknya. Saat kemudian terdengar suara yang membuat Kristal tersenyum tipis.

"Ya, lupain aja" Ucap Devan.

Tiga kata itu mampu membuat perut seakan tergelitik. Kristal tidak akan munafik kalau dia masih mencintai Devan. Perlu diperjelas Devan adalah cinta pertama yang tak mungkin bisa dilupakan.

🔮🔮🔮

Sampai dirumah badan Kristal terasa remuk. Ia berjalan ke meja makan untuk mengambil air, sampai disana ia bertemu dengan Bik Inah. Bik Inah adalah yang mengurusnya dari dia masih kecil, ia juga amat menyayangi Kristal. Terutama, saat keluarga Kristal sedang jatuh Bik Inah tidak meminta bayaran ia sepenuh hati merawat Kristal saat Ibunya bekerja.

"Bik, Mama udah pergi?" Tanya Kristal sambil meminum airnya.

"Udah Non, tadi pas Non pergi kesekolah Nyonya pergi" Ucap Bik Inah.

"Mama ada ngomong apa gak?" Kristal tau sesibuk apapun Ibunya, ia tetap memantau aktivitas Kristal sehari-hari lewat Bik Inah.

"Ada Non, tadi Nyonya sempet nanya kok mukanya non makin pucet kayak lagi sakit" Kristal akui memang mukanya sudah sangat pucat seperti mayat hidup.

"Oh ya?, terus Mama ngomong apalagi?" Kristal masih bertanya ingin tahu lebih lanjut.

"Iya Non, Nyonya gak ada ngomong apa-apa lagi cuman minta sampein ke non jaga kesehatan. Tapi, kalau dilihat-lihat bener kata Nyonya muka Non pucet banget, non lagi sakit ya?" Bik Inah sibuk mengamati wajahnya.

Kristal tersenyum. "Gak kenapa-kenapa kok Bik cuman akhir-akhir ini banyak kegiatan aja" Kristal mencoba terlihat sehat dengan melompat-lompat.

"Tuh kan Bik, Kristal mah sehat tuhh buktinya bisa loncat" Kristal meloncat-loncat dengan semangat.

"Iya-iya Bibik percaya, sekarang Non bersih bersih dulu nanti kita makan Bibik buatin makanan kesukaan Non Ayam goreng, sama sayur sop ya" Bik Inah tertawa kecil sambil mengambil bahan-bahan dari kulkas.

"Siap Bik!" Kristal bergaya seperti orang hormat, kemudian berjalan ke atas.

🔮🔮🔮

Sesampainya dikamar, Kristal mengaca di depan meja rias. Benar-benar pucat, wajahnya sangat pucat. Saking pucat nya, mungkin jika ia tidur dijalan mereka akan mengurangi Kristal mayat jika tidak melihat perut nya yg naik turun.

Sudah lama Kristal tidak kontrol, sudah sebulan padahal ia diharuskan kontrol seminggu sekali. Obatnya yang di laci pun masih banyak tidak pernah ia minum. Sudah begitu, ditambah ia tidak nafsu makan sehingga makan hanya sedikit.

Saat sedang asik bercermin, cairan merah yang kental keluar dari hidungnya. Ia mengambil tisu dan memasukkannya seperempatnya ke lubang hidung. Ia berjalan menunduk ke kamar mandi.

Sesekali mengganti dengan tisu yang dibawahnya. Merasa sudah kering, ia memastikan dengan membuka tisu yang menyumpal salah satu lubang hidungnya. Ia menyalakan air, kemudian membersihkan wajahnya dan badannya.

🔮🔮🔮

Kristal turun ke ruang makan, melihat piring yang sudah disiapkan dengan lauk Ayam goreng dan sop. Ia memakannya pelan-pelan. Jujur saja, batu dua sendok Kristal meresa enek dan kenyang. Tapi untuk menghormati Bik Inah ia menghabiskannya dengan senyum.

"Enak gak Non?" Tanya Bik Inah

"Enak banget Bik, juara deh" Ucap Kristal sambil nyengir.

"Kalau gitu makan yang banyak" Bibi berdiri untuk mencuci peralatan masak.

"Aye aye captain" Kristal menaruh tangannya diatas dan hormat.

🔮🔮🔮

Setelah sampai dikamar Kristal mengunci pintu kamarnya, ia berjalan menuju balkon. Ia melihat ke arah langit malam, dipikirannya menjadi-jadi. Hidupnya sekarang tak akan lama lagi kan?, setelah itu ia akan jadi bintang seperti yang diceritakan Mama nya. Ia ingin meraih sesuatu yang diinginkan nya, 'Devan' satu nama itu akan Kristal perjuangkan sebelum akhirnya dia akan pergi.

Kristal duduk di salah satu bangku santai di sana. Matanya berair ia menghadap ke atas berusaha menahan lolosnya bulir itu, punggungnya bergetar. Ia tak sanggup untuk menahannya. Batinnya berkecamuk dengan kata kata yang seolah menyemangati dirinya sendiri.

"Aku harus tetap kuat, ini tak akan lama setelah itu aku akan melihat mereka dari atas"

🔮🔮🔮

Part ini tuh pendeknya gk ketulungan, sumpah aku gak ada ide buat kedepannya. Udah gitu aku orangnya agak sedikit-sedikit bosen gitu, hadeuuh.

Jangan lupa tekan tombol bintang di pojok kiri sekali pencet aja udh bikin aku seneng hehe.

Bubbye👋

KristalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang