3

17 3 0
                                    

Pagi ini Kristal piket, ia datang lebih pagi dari sebelumnya. Ia bahkan datang saat pak satpam baru membuka gerbang.

Kristal sedang menyapu lantai kelasnya, setelah selesai ia menghapus dan mengelap papan tulis. Tugas mengelap meja, mengepel, membuang sampah, dll adalah tugas teman sekelompok nya. Sambil menunggu teman-temannya ia menyempatkan belajar untuk lomba nanti.

                         🔮🔮🔮

Kringggg

Terlalu serius belajar ia tak menyadari bahwa kelasnya sudah hampir penuh, bahkan dia sahabatnya itu sudah duduk di kanan-kirinya. Rika menoleh kemudian mengangkat dagunya seperti berkata,

"Ada apa?"

Kristal menggeleng, sementara Rika mengangkat bahunya. Misya yang asik main HP mau tak mau berhenti bermain karena guru sudah masuk.

Jangan tanya kenapa Misya bisa masuk pagi, tentu karena tas-nya jika tidak ia tak akan mau masuk pagi seperti sekarang. Lebih baik bolos katanya.

.

.

.

Saat ini sudah istirahat, koridor ramai dipenuhi para murid. Kristal sedang digeret kedua sahabatnya ke kantin, padahal ia sudah bilang kalau ia tidak mau.

"gw gak mau ke kantin Misya, Rika ngertiin gw doong"

"gak lo harus ke kantin, masa bodo sama rengekan lu itu gw mau ketemu ayang bebeb gw" Misya tersenyum lebar sambil terus menarik tangan Kristal yang sedang berjongkok. Para murid melihat Misya yang ternsenyum menatap seakan 'ni anak kenapa dah'.

Merasa diperhatikan, Misya menoleh ke arah murid yang menatapnya aneh. "Apa lu liat liat hah! gw tau gw cantik kok".

Sontak murid murid disitu berteriak menyoraki. "diem lo sini, maju kalo berani!" murid muridnya kemudian mencibir dan pergi. sementara, Rika sedari tadi menutup mukanya malu. Apa hanya ia yang waras disini? kalau Misya memang sudah gila sedari lahir, tapi Kristal dengan tidak tau malunya ia merengek dan berjongkok. Kemana sifat pendiamnya selama ini?

"Udah deh, lu malu maluin tau ga? pada ngeliatin tuhh. Sya, udah lah jangan peduliin, Kristal, kalem dongg malu diliatin orang" sementara Kristal melihat benar kata Rika mereka melongo melihatnya seperti ini. Lantas Kristal segera berdiri dan menarik Misya ke kantin.

Misya terlonjak senang ia bersenandung, Rika melihat murid yang sedang melihat dari tadi. " Maaf, atas keributannya ya?" setelah itu Rika lari menyusul kedua sahabatnya yang sudah jauh di depan.

Sesampainya di kantin Misya segera melepas pegangannya dengan Kristal dan segera memeluk pacarnya. "Hai, beb" Nando kemudian mengacak rambut Misya dengan sayang membuat mereka yang melihatnya memekik tertahan. 

"Sini duduk, mau makan apa hm?" Misya tersenyum manis kemudian menjawab, 

"Apa aja yang penting sama kamu makannya" kemudian dua sejoli itu terhanyut saling menatap melupakan 3 orang jomblo yang melihatnya dan puluhan murid yang entah lah. Benar benar dunia serasa milik berdua yang lain pindah ke Pluto.

Nando adalah sahabat devan begitu juga dengan Riko, bedanya Nando wakil ketua OSIS sementara Riko si playboy cap kucing adalah bad boy yahh satu kelompok sama Misya lahh. Itu sebabnya Kristal tidak mau ke kantin taku bertemu Devan. Tapi, Devan gak ada kemana perginya cowok itu?.

"Nyari Devan yaa? tuh lagi main basket" Riko menunjuk lapangan yang isinya anak perempuan sedang menjerit.

"Ah, apa enggak siapa yang nyari Devan" sudah menjadi rahasia mereka bahwa Kristal dan Devan adalah mantan kekasih.

"Udah lah ngaku aja sana datengin" Riko tersenyum jail.

"Apaan sih" pada ujungnya Kristal juga mendatangi lapangan itu melihat Devan dari ujung lapangan. Merasa diperhatikan, tatapan orang ini berbeda meskipun ia juga diperhatikan oleh murid perempuan lainnya. Ia menoleh, terkejut melihat Kristal yang tak biasanya mau melihat dia bermain basket. Alhasil, bola yang ia lempar tak tentu arah dan,

Buukkk 

Bola itu menghantam kepalanya keseimbangannya goyah dan terjatuh. Kepalanya sedikit pusing dan sikut yang ia buat bertumpu lecet dan berdarah, perih rasanya. Melihat itu Kristal segera datang dan menglurkan tangannya.

"Gw bisa sendiri" Devan kemudian bangun Kepalanya sakit. 

"Ayo gw obatin, gak terima penolakan!" Kristal melotot saat melihat Devan hendak berbicara dan kemudian menggeretnya ke UKS. Murid murid menatapnya bingung, sejak kapan dua orang itu terlihat dekat dan Devan biasa saja saat tangannya digenggam.

Jeno sudah dari awal melihat kejadian itu tersenyum tipis.

"Asal itu buat lo bahagia gak papa, gw siap jadi sandaran lo kalo  lagi sakit hati" Ucapan itu terdengar seperti bisikan, kemudian Jeno pergi dari situ.

                                                                           ______________

halo! gimana part ini? semoga suka yaaa

jangan lupa vote, komen dan follow my acount WP, Ig, and Twt

Instagram: @lovelyeags 

Twitter: @lovelyeags

thankyouuu tetap jaga kesehatan ya teman teman!

KristalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang