8.

124 29 2
                                    

Sedikit demi sedikit seberkas cahaya mulai masuk ke dlam penglihatan nya. Mengerjap untuk menyesuaikan intensitas cahaya yang masuk. Terasa sedikit aneh setelah sebelumnya hanya kegelapan yang ia jumpai. Perlahan, tubuhnya mulai merasakan lagi saraf-sarafnya. Jari-jarinya yang kaku, matanya yang memberat dan juga rasa sakit di perutnya. Tiba-tiba memori sebelumnya masuk ke dalam kepalanya hingga ia membuka mata seluruhnya

“Atsumu!”

Atsumu terkejut dengan serangan yang diberikan lawan bicaranya tersebut. Pelukan hangat dari si surai perak. Ia juga melihat di depan nya terdapat Osamu dan Suna dengan wajah kelewat lega. Dapat dipahami karena Atsumu baru saja mendapatkan luka besar dari sang dewa bintang.

“Apa lukanya masih terasa sakit? Apa kau membutuhkan sesuatu? Katakan saja padaku" Kita melepaskan pelukan nya untuk menatap Atsumu lamat. Memeta baik-baik apakah pemuda di hadapan nya sudah pulih seutuhnya atau belum.

Atsumu yang dihadiahi tatapan khawatir dan nada bicara yang sarat akan kecemasan hanya tersenyum kecil. Menepuk kepala Kita pelan dan berkata “Tidak apa-apa, aku sudah mendingan" setidaknya perkataan Atsumu barusan dapat membuat Kita lebih rileks dibandingkan sebelumnya

“Haaah...kau ini merepotkan sekali nya Tsumu" Osamu menghela nafas berat, memasang wajah lelah kepada Atsumu seakan Atsumu sudah menjadi beban untuknya. Tetapi mau sebagaimanapun kelakuan menyusahkan kembaran nya Osamu tetaplah khawatir oleh karena itu ia menyodorkan ramuan herbal kepada kakaknya itu.

Atsumu mengambil mangkuk coklat kecil dari tangan Osamu untuk meminumnya. “Atsumu-sama, ada yang ingin menemui mu" Suna yang berada di pojok ruangan angkat bicara, memperhatikan Atsumu yang berhenti sebentar dari kegiatan minumnya untuk mengangguk mengiyakan pernyataan Suna.

Dua daun pintu di ruangan Atsumu terbuka, menampilkan Gintoki dengan raut ketakutan dan kegelisahan miliknya. Sekujur badan nya bergetar, membungkuk takut sehingga dirinya terlihat semakin kecil.

“A-atsumu-sama" Gintoki menutup erat kedua matanya, menguatkan tekadnya untuk mengaku pada Atsumu jika dialah dalang kekacauan semua ini, ia mempersiapkan hatinya jika semisalnya Atsumu membuangnya atau memberinya hukuman berat. Mau bagaimanapun Gintoki sudah berjanji untuk mengakui kesalahan nya

Secara tiba-tiba Gintoki bersujud di hadapan Atsumu, dahinya menempel kuat pada lantai kayu lengkap dengan kedua tangan nya terangkat di kedua sisi kepalanya. “Maafkan aku! Aku yang mencuri botol videtur tersebut! Aku siap menerima hukuman apapun dari mu Atsumu-sama!”

Atsumu terdiam di tempatnya, memproses permintaaf maaf yang baru saja ia terima. “Berdirilah" salah satu perintah Atsumu keluar dari belah bibirnya, membuat kegugupan Gintoki semakin menjadi.

Gintoki mengangkat kepalanya perlahan, sedikit ragu untuk kembali pada posisi awal. Wajahnya masih memaku tanah dibawahnya, enggan menatap objek di depan nya seakan jika ia melihatnya sedikit saja nyawa nya berada dalam bahaya.

“Permintaan maaf mu kuterima"

“Eh?”

Gintoki spontan mengangkat wajahnya utuh, total kaget mendengar kalimat dari Daimyo nya itu. Ia melihat raut wajah Atsumu, tidak menunjukkan guratan kemarahan atau kebencian, melainkan wajah malas dan sedikit sombong yang biasa Atsumu punya. Gintoki kebingungan disini, ia merasa heran mengapa Atsumu tidak marah atau menghukumnya sama sekali, padahal ia sudah menduga jika ia akan diberikan hukuman oleh Atsumu karena bagaimanapun juga yang sudah membuat Atsumu berurusan dengan dewa bintang adalah Gintoki, bahkan dirinya sendiri mengakui jika dirinya pantas dihukum.

“Sudahlah, aku tahu mengapa kau melakukan itu, kau hanya ingin kita terlihat kan?” tidak ada nada kemarah dalam suara Atsumu, hanya nada datar dengan sedikit permainan pertanyaan diakhir kalimat dan juga seulas senyuman yang ia tampilkan di wajahnya.

constellations : youTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang