“Apa?”
Mungkin seharusnya ia lebih kuat untuk menahan godaan lidah Atsumu lebih lama, karena ia tidak tahu jika kalimat pulang akan keluar dari bibir Atsumu.
Atsumu menegapkan badan nya, kembali pada posisi awal dimana jarak masih ada diantara mereka. “Kurasa kau harus pulang, ke bumi tempat asalmu" wajah Atsumu tidak pernah lebih datar dari ini saat mengobrol dengan dirinya. Ini membuat Kita bingung.
“Apa?! Tapi mengapa?!” Kita sedikit menaikkan intonasi suaranya, tidak rela dirinya disuruh pulang disaat ia nyaman dengan semua ini, di saat ia mempunyai teman disini, disaat ia mempunyai Atsumu saat ini.
“A-aku ... maafkan aku Shin-san" semua pertahanan diri yang Atsumu pakai pada wajah datarnya runtuh seketika, mempertontonkan raut sedih Atsumu dengan kedua alis bertaut ke atas. “Hanya saja, kau tidak bisa tinggal selamanya disini Shin-san, kau manusia hidup tidak seperti diriku yang sudah mati. Kau mempunyai kehidupan di bumi sana, kau mempunyai nenekmu yang harus kau urus. Ini bukan tempat tinggal mu"
Kita terdiam, mematung, raut wajahnya sulit dibaca. Terlalu banyak kerutan di dahinya, terdapat genangan air dikedua bola matanya. Kita sedih. Sangat. Ia melupakan jika dirinya berbeda dengan yang lain nya, ia melupakan akan fakta jika ia tidak seharusnya berada disini.
“T-tapi aku ingin tetap bersamamu" Kita tahu jika suara yang ia keluarkan lebih parau dari yang biasanya, tapi percayalah Kita sudah berusaha sekuat mungkin untuk menyembunyikan rasa sakit di kerongkongan nya.
Atsumu menatap wajah Kita, tahu betul jika pemuda dihadapan nya sedang menyembunyikan rasa sedih di hatinya. Maka ia bergegas memeluk Kita untuk membagi rasa sedih yang sama. Rasa sedih yang ia tanggung akibat ucapan nya sendiri.“Aku juga ingin tetap bersamamu Shin-san" tangan Atsumu mengelus surai perak oemuda di pelukan nya. Memeta baik-baik postur tubuh Kita dalam dekapan nya, mengingat baik-baik wangi vanilla dari tubuh Kita, merasakan kehalusan surai perak pemuda yang sudah meluruhkan hatinya ini.
Atsumu melepaskan pelukan mereka, menangkupkan kedua tangan besarnya pada kedua belah pipi Kita “Ayo jagoan, kau tidak ingin membuat nenekmu menunggu bukan?” tersenyum simpul untuk setidaknya menutupi rasa sedih di hati nya.
.
.
.“Semoga kau selamat hingga sampai ke bumi sana Kita-san, jika tidak aku akan memukul Tsumu hingga babak belur"
Kita terkekeh dalam pelukan Osamu, ia bersyukur karena Osamu tahu untuk tidak menambah kesedihan dalam suatu perpisahan. Yap, perpisahan yang ia lakukan dengan beberapa teman barunya.
“Senang bisa berkenalan dengan mu Kita-san, kau sudah menjadi teman yang baik" Suna mengusap puncak surai Kita layaknya seorang kakak yang bangga pada adiknya. Kita tersenyum senang mendapat usapan hangat di kepalanya.
“Kita saat kau kembali jangan lupakan aku oke" Aran menyatukan ujung ibu jari nya dengan ujung telunjuknya, membuat tanda oke pada tangan nya. Kita meniru gestur yang sama seperti Aran dan berkata oke untuk mengiyakan permintaan teman tingginya itu.
“Ukh, K-kita" berikutnya terdapat Gintoki memegangi kedua sisi kimononya dengan erat, enggan menatap wajah Kita dan lebih memilih lantai kayu dibawahnya sebagai objek penglihatan nya.
Kita sedikit membungkuk untuk mensejajarkan tinggi nya dengan pemuda mungil tersebut, membawa salah satu tangan nya untuk mengusap surai hitam Gintoki “Terimakasih sudah mencuri kalungku, jika tidak aku tidak mungkin akan sampai ke tempat ini"
“Hiks, Kitaaaa" Gintoki menghujam badan Kita dengan pelukan erat, oemuda mungil tersebut menggenggam erat pakaian Kita yang sudah berubah menjadi kaus dan celana yang sebelumnya ia pakai saat pertama kaali datang kesini. Pelukan nya sangat erat seperti enggan membiarkan Kita pergi dari sisinya. Sungguh menggemaskan.
KAMU SEDANG MEMBACA
constellations : you
ФанфикKita Shinsuke. Remaja tangguh usia delapan belas tahun. Bersurai keperakan yang ditutup dengan sedikit surai hitam dibawahnya. Tidak begitu tinggi tetapi tidak pendek. Berbadan ideal yang lebih condong ke kurus. Pendiam tetapi cukup frontal. Remaja...