Sudah dua minggu sejak aku menyatakan untuk menyudahi apa yang aku dan Lanno mulai bersama. Rasanya memang tidak adil, ketika seseorang mengambil keputusan sepihak. Tapi, Lanno pun tidak keberatan. Justru kini aku yang keberatan. Rasanya berat sekali, menjalani hari tanpa penyemangat lagi, mengecek ponsel tanpa satu pun notifikasi yang berarti.
Ah, tidak. Aku tidak boleh lemah. Lagipula, perpisahan bukan alasan kehidupan harus musnah.
Kini aku sedang berada di sekolah, sudah tidak ada kegiatan belajar-mengajar lagi. Karena sekolahku telah selesai melaksanakan Ujian Akhir Semester. Ya, setelah putus, aku harus dibuat pusing dengan ujian. Dan kini, seharian di sekolah tanpa kegiatan, sungguh membosankan.
Sepulang dari sekolah aku memutuskan untuk mampir sebentar ke kedai eskrim, dengan Tania, yang lebih sering kupanggil Nia.
"Jadi, lo beneran udah putus sama Lanno?" Tanya Nia saat kami sudah duduk di kursi kami.
"Niii.. Udah 2 minggu, masih aja lo nanyain itu.." Aku memasang wajah malas.
"Ya, siapa tahu kan lo cuma prank gue.. atau bisa jadi lo udah balikan, tapi nggak ngasih tahu gue.."
"Apa untungnya coba buat gue?"
"Nggak ada sih.." Ucap Nia disertai sengiran khasnya.
"Nah, ya udah.. itu lo tahu.."
"Eh, bukannya anak baru itu naksir sama lo, ya?" Tanya Nia kemudian.
"Hah? Apaansih lo, kenapa jadi bahas dia?" Tanyaku heran.
"Ya nggak apa sih, gue denger gosip gitu dia naksir sama lo, hahaha." Nia tertawa.
"Hah? Sumpah? Gosip darimana?" Tanyaku.
"Banyak keleus yang udah tahu, udah nyebar cuy." Nia berbicara dengan gaya bahasanya yang 'sedikit' alay.
"Ih kok bisa sih gue nggak tahu apa-apa??" Tanyaku heran.
"Ya bisalah, yang lo tahu kan cuma Lanno, Lanno, dan Lanno.."
Aku menatapnya sinis.
"Hehehe canda.. Gue sih cuma mengikuti update berita terbaru di sekolah kita aja, Git." Jawab Nia.
Aku tidak tahu siapa yang menyebarkan berita gosip itu, dan tidak peduli juga.
Tiba-tiba ada seseorang yang berdiri di depan mejaku dan Nia, dia membawa eskrim menggunakan nampan.
"Boleh join?" Tanya orang itu.
Aku dan Nia serentak menoleh.
Ternyata Erlan. Entah mengapa dia bisa ada di sini juga.
"Boleh dong, panjang umur.." Sahut Nia tanpa menunggu persetujuanku.
"Panjang umur? Maksudnya?" Erlan heran.
"Oh, nggak kok. Bukan apa-apa." Jawab Nia.
"Oohh.." Erlan mengangguk.
"Lo nggak merasa terganggu kan?" Tanya Erlan kemudian padaku, dia memang tidak menyebut namaku tapi dia melihat ke arahku.
Aku diam.
"Diam berarti nggak, Er" Jawab Nia asal menyimpulkan.
"Ohh oke oke. Thanks." Ucap Erlan lalu langsung menaruh nampannya di atas meja dan duduk di sampingku, persis.
"Kalian dari tadi?" Tanya Erlan membuka pembicaraan.
"Nggak, baru kok." Nia menjawab dengan semangat.
"Hmm, kok eskrim lo udah habis, Git?" Erlan melihat ke arah gelas eskrimku yang telah kosong.
"Dia mah emang predator eskrim, Er." Nia menjawab dengan semangat.
KAMU SEDANG MEMBACA
LANGIT
Teen FictionLanno menatapku. "Bagaimana senjanya?" Tanyanya sambil tersenyum manis. "Luar biasaaa! Menurut Lanno bagaimana?" Tanyaku bersemangat. "Senjanya biasa, tapi karena bersama Gitta, jadi sangat istimewa.." Balasnya.